Ahmadiyаh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: dimana → di mana, rubuh → roboh
k Bot: Penggantian teks otomatis (-ibukota +ibu kota)
Baris 49:
Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam [[Bahasa Arab]]. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun dia sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, dia akan mengirim wakil dia ke Indonesia. Kemudian, (alm) [[Maulana Rahmat Ali|Maulana Rahmat Ali HAOT]] dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.
 
Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di [[Tapaktuan]], [[Aceh]]. Kemudian berangkat menuju [[Padang]], [[Sumatera Barat]]. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.<ref>Subjek "Mengundang Ahmadiyah ke Indonesia", Diskusi Sdr.Nadri Saaduddin, [http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/03/26/0247.html]</ref> Tak beberapa lama, [[Maulana Rahmat Ali|Maulana Rahmat Ali HAOT]] berangkat ke [[Jakarta]], ibukotaibu kota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) [[R. Muhyiddin]] sebagai Ketua pertamanya.
 
Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi [[Indonesia]] yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) [[R. Muhyiddin]]. Dia dibunuh oleh tentara [[Belanda]] pada tahun 1946 karena dia merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) [[Mln. Abdul Wahid]] dan (alm) [[Mln. Ahmad Nuruddin]] berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.