Bizantion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 103.23.224.162 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Awekos
Ign christian (bicara | kontrib)
artikel ini mengenai kota, bukan kekaisaran, lagipula bahasanya menggiring opini
Baris 5:
Asal-usul Byzantium terselubung legenda. Menurut legenda tradisional, Byzas dari Megara (sebuah kota dekat [[Athena]]) mendirikan Byzantium, tatkala dia berlayar ke arah Timur Laut melintasi [[Laut Aegea]]. Byzas telah meminta nasihat dari [[Orakel di Delphi]] mengenai tempat untuk mendirikan kota barunya. Orakel memberitahukan kepadanya untuk mendirikan kota di "depan si buta." Saat itu, dia belum memahami ramalan orakel itu. Namun setelah sampai ke [[Bosporus]], barulah disadari maknanya: di pesisir Asia berdiri sebuah kota Yunani, [[Khalsedon]]. Mesti merekalah yang dimaksud dengan "si buta" karena tidak melihat wilayah yang nyata-nyata superior yang hanya setengah mil jauhnya di seberang Bosporus. Byzas mendirikan kotanya di wilayah "superior" itu dan menamakannya Byzantion menurut namanya sendiri. Kota Byzantium terutama adalah sebuah kota niaga karena lokasinya yang strategis di satu-satunya pintu masuk ke [[Laut Hitam]]. Byzantion kelak menaklukkan Khalsedon, yang terletak di seberang Bosporus.
 
Setelah bersekutu dengan [[Pescennius Niger]] melawan sang pemenang, [[Septimius Severus]], kota ini dikepung pasukan [[Kekaisaran Romawi|Romawi]] dan menderita kerusakan parah pada tahun [[196]]. Byzantium kemudian dibangun kembali oleh [[Septimius Severus]], yang saat itu telah menjadi kaisar, dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian [[Konstantinus I|Kaisar Romawi Konstantinus I]] yang, pada tahun [[330]] Masehi, membangun-ulang kota itu menjadi [[Roma Baru|Nova Roma]] (''The New Rome''). Setelah mangkatnya, kota ini disebut [[Konstantinopel]] ('kota Konstantinus'). Kota ini selanjutnya menjadi ibukota [[Kekaisaran Romawi Timur]], yang kelak disebut [[kekaisaran Byzantium]] oleh para sejarawan. Di bawah pemerintahan Theodosius I (379–395 Masehi), Kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran dan kepercayaan-kepercayaan lain seperti politeisme Romawi dilarang. Dan pada akhirnya, di bawah pemerintahan Heraclius (610–641Masehi), kekuatan militer dan administrasi Kekaisaran direstrukturisasi dan mengadopsi penggunaan bahasa Yunani ketimbang bahasa Latin.
 
Selama masa pemerintahan Justinianus I (527–565 Masehi), Kekaisaran Byzantium mencapai luas wilayah terbesar setelah menaklukkan kembali kawasan pesisir barat Laut Mediterania, termasuk Afrika Utara, Italia, dan Roma, yang bertahan hingga dua abad kemudian. Selama pemerintahan Kaisar Maurice (582–602 Masehi), Batas wilayah Kekaisaran di sebelah timur diperluas dan wilayah utara distabilisasi. Namun, pembunuhan atas diri Maurice mengakibatkan sebuah perang selama dua dekade dengan Sassanid Persia yang menguras banyak sumber daya-sumber daya Kekaisaran dan turut andil terhadap lepasnya dua wilayah besar (Aleksandria dan Antiokhia) selama penaklukan Muslim pada abad ke-7 Masehi. Pada masa pemerintahan dinasti Makedonia (abad ke-10 sampai abad ke-11 Masehi), Kekaisaran Byzantium meluas lagi dan mengalami sebuah masa pencerahan selama dua abad, yang berujung pada jatuhnya sebagian besar kawasan Asia Minor ke tangan kaum Turki Seljuk setelah Perang Manzikert tahun 1071. Peperangan ini membuka jalan bagi orang-orang Turki untuk menetap di kawasan Anatolia sebagai sebuah tanah air.
 
Abad-abad terakhir dari Kekaisaran Byzantium menunjukkan sebuah kecenderungan kemerosotan. Kekaisaran Byzantium berjuang untuk kembali pulih selama abad ke-12, namun mengalami sebuah pukulan mematikan selama Perang Salib ke-4, saat kota Konstantinopel dijarah. Meskipun diadakan pemulihan kota Konstantinopel dan pendirian kembali Kekaisaran pada tahun 1261, Byzantium hanya tersisa menjadi salah satu dari beberapa negara-negara kecil yang saling bersaing di kawasan Mediterania selama dua abad terakhir dari keberadaannya. Wilayah-wilayahnya yang tersisa dicaplok secara bertahap oleh Turki Ottoman pada abad ke-15th Masehi.
 
Kombinasi [[imperialisme]] dan lokasinya mempengaruhi peran Konstantinopel sebagai titik-penyeberangan antara dua [[benua]]: [[Eropa]] dan [[Asia]]. Kota ini merupakan sebuah magnet [[komersial]], [[kultural]], dan [[diplomatik]]. Dengan letak strategisnya itu, Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari dari [[Laut Mediterania]] ke Laut Hitam.
 
Pada tanggal [[29 Mei]] [[1453]], kota ini jatuh ke tangan Bangsa Turki Ottoman, dan sekali lagi, menjadi ibukota dari sebuah negara yang kuat, yakni [[Kerajaan Ottoman]]. Bangsa Turki menyebut kota ini [[Istanbul]] (meskipun tidak secara resmi diganti namanya sampai tahun [[1930]]) dan teruskemudian menjadi kota terbesar (dan mungkin juga kota terpenting) dari [[Republik Turki]], sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah [[Ankara]].
 
== Emblem ==