Ratna Indraswari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bachtiar Djanan (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: beliau → ia (2), di tahun → pada tahun, nafas → napas, marjin → margin, removed stub tag
Baris 36:
'''Ratna Indraswari''' ({{lahirmati||24|4|1949||28|3|2011}}) merupakan seorang [[sastrawan]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Dia melahirkan karya sastra secara produktif, walaupun kemampuan fisiknya nyaris tidak berfungsi, kesetiaan berkarya Ratna di dunia sastra ditandai dengan lebih dari 400 karya cerpen dan novel yang dihasilkannya sejak usia remaja hingga akhir hayatnya.
 
Pada masa kanak-kanak, Ratna menderita penyakit [[Rakitis|rachitis]] (radang tulang) yang mengakibatkan kedua kaki dan tangannya tidak berfungsi. Hal inilah yang menyebabkan semenjak berusia 10 tahun Ratna harus menjalani semua aktivitas kehidupannya dengan duduk di atas kursi roda. Namun keterbatasan fisik ini bukan menjadi hambatan baginya untuk mengembangkan kemampuannya dalam menulis. Ratna menulis dengan cara mendiktekan pemikirannya pada para asistennya untuk mengetik.
 
Ratna pernah berkuliah di Fakultas Ilmu Administrasi [[Universitas Brawijaya]], [[Kota Malang|Malang]], namun tidak dirampungkannya, beliauia memilih untuk menekuni dunia penulisan. Dengan perjuangan keterbatasan fisik seperti itulah cerpen dan novelnya lahir, dan memiliki karakter yang sangat khas dengan kewanitaannya. 
 
Dalam perjalanan hidupnya, sebagai difabel, Ratna mengaku pernah mengalami masa-masa yang disebutnya sebagai "kemarahan usia remaja". Ratna sudah menandatangani kontrak dengan sebuah penerbit di Jakarta. Novel tersebut belum berjudul, menggarap romantika dunia aktivis di tengah pergolakan reformasi 1998 <ref>Oase Kompas, {{cite web|http://oase.kompas.com/read/2011/03/29/16344278/Ratna|title=Ratna Meninggalkan Novel Kemulut 1998 |publisher=Kompas.com |date=2011-03-29 |accessdate=2012-02-02}}</ref> yang belum sempat diselesaikannya, karena ajal menjemput.
Baris 75:
Dari dialog dengan para tamu, anak-anak muda, pasangan suami-istri, membaca koran, majalah, buku, dan lain-lain, lahirlah ide-ide untuk menulis cerpen. Menurut Ratna, ide bisa diperoleh dari mana saja, tapi tetap harus ada usaha untuk menemukannya. Setelah gagasan itu matang, mulailah Ratna menulis. Lebih tepat: mendiktekan kalimat demi kalimat kepada asisten pribadinya. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Ratna untuk melahirkan sebuah cerpen. 
 
Dalam karya-karyanya, seluruh tokoh protagonis dalam cerpen Ratna adalah perempuan. Tokoh-tokohnya tak terbatas pada kaum marjinalmarginal, tapi wanita-wanita dari segala kelas. Tampak jelas Ratna adalah seorang pembela kaum perempuan. Namun tidak hanya tema pembelaan kaum perempuan yang ditulisnya, novel Lemah Tanjung merupakan karya pembelaan Ratna kepada [[Lingkungan hidup|lingkungan hidup.]].<ref>[http://blog.ub.ac.id/bachtiardm/2011/04/05/selamat-jalan-mbak-ratna/ Profil Ratna Indraswari Ibrahim, sastrawan pejuang lingkungan hidup dari kota Malang] </ref>
 
Novel yang ditulisnya dalam waktu dua tahun ini boleh dikata merupakan karya Ratna yang paling komplet. Pergulatan batin dan emosinya begitu kental, pergolakan liku-liku hidup, cinta, kesadaran sejarah, dan nafasnapas perlawanan dalam novel Lemah Tanjung sedemikian kuat dan gampang terbaca.
 
Novel yang diterbitkan pada 2003 ditulis berdasarkan kisah nyata. Warga Kota Malang mengenal Lemah Tanjung yaitu lahan bekas kampus Akademi Penyuluh Pertanian (APP) seluas 28,5 hektare, yang juga merupakan hutan kota. Hutan Lemah Tanjung saat itu menjadi satu-satunya paru-paru kota yang tersisa, sekaligus menjadi buffer zone Kota Malang. Di dalamnya terdapat hutan heterogen, kebun kopi, kakao, sawit, ladang jagung, hamparan sawah, pun lapangan rumput terbuka. Hidup pula sedikitnya 128 spesies tanaman, yang beberapa di antaranya belum teridentifikasi dan menjadi tempat bernaung tak kurang dari 36 spesies burung langka.
 
Rencana pengalihan fungsi hutan kota APP menjadi perumahan mewah ditentang banyak kalangan, terutama warga setempat, akademisi dan aktivis lingkungan. Dalam pembelaannya terhadap APP, Ratna tidak saja berperan sebagai sastrawan, tapi juga bertindak sebagai aktivis tulen, beliauia turut terlibat aktif dalam berbagai diskusi dan unjuk rasa menentang pengalihan fungsi hutan kota menjadi perumahan mewah tersebut.
 
Ratna menulis novel Lemah Tanjung sebagai doku-drama dari bahan yang otentik karena ia sendiri terlibat dalam aksi-aksi perjuangan penolakan penggusuran. Rapat para demonstran dan aktivis melawan penggusuran APP Tanjung dipada tahun 1999 juga tak jarang dilakukan di rumah Ratna. Ratna benar-benar mendedikasikan novel Lemah Tanjung tersebut bagi warga yang menentang pembangunan perumahan mewah di atas lahan hutan kota APP. Novel Lemah Tanjung yang sempat pula diangkat sebagai cerita bersambung di harian [[Jawa Pos|Jawa Pos.]]. Demikianlah perjuangan Ratna untuk APP yang secara totalitas dilakukannya dengan segala keterbatasannya beraktivitas di atas kursi roda.
 
== Rujukan ==
Baris 95:
* [http://blog.ub.ac.id/bachtiardm/2011/04/05/selamat-jalan-mbak-ratna/ Profil Ratna Indraswari Ibrahim]
* [http://hurek.blogspot.co.id/2010/03/ratna-indraswari-ibrahim.html Interview Ratna Indraswari Ibrahim]
 
 
{{indo-bio-stub}}
 
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]