Muawiyah bin Abu Sufyan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, replaced: di tahun → pada tahun, kokoh → kukuh, ustadz → ustaz (5), removed stub tag
Nor Kandir (bicara | kontrib)
pandangan al-Quran tentang Muawiyah
Baris 18:
|date of death = [[6 Mei]] [[680]]
|}}
'''Muawiyah bin Abu Sufyan''' ({{tahun mati dan umur|602|680}}; {{lang-ar|معاوية بن أبي سفيان}}) bergelar '''Muawiyah I''' adalah khalifah pertama dari [[Bani Umayyah]] dan juru tulis wahyu [[Nabi Muhammad]]. Beliau juga disebut oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Lum'atul I'tiqad sebagai Amul Mukminin (paman orang-orang beriman) karena menjadi ipar Nabi SAW. Saudarinya (Ummu Habibah) menjadi istri Nabi SAW.
 
Muawiyah adalah salah seorang [[Sahabat Nabi]], walaupun keislamannya baru dilakukan setelah [[Mekkah]] ditaklukkan.
Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang [[Sahabat Nabi]], walaupun keislamannya baru dilakukan setelah [[Mekkah]] ditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada 7 H. Kalangan Syi'ah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan [[Sahabat Nabi]], karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya [[Muhammad|Rasulullah SAW]]. Ia diakui sebagai khalifah sejak [[Hasan bin Ali]], yang selama beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai'at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun {{tahun dan umur|602|661}} sampai dengan [[680]].
 
Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung. Muawiyah adalah sahabat Rasul yang memberikan banyak sumbangsih dalam Islam, terutama perluasan Islam ke Eropa dan Asia.
Terjadinya [[Pertempuran Shiffin|Perang Shiffin]] makin memperkukuh posisi Muawiyah dan melemahkan kekhalifahan [[Ali bin Abu Thalib]], walaupun secara militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat berdiplomasi antara [[Amru bin Ash]] (kubu Muawiyah) dengan [[Abu Musa al-Ashari|Abu Musa Al Asy'ari]] (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung. Muawiyah adalah sahabat yang kontroversial dan tindakannya sering disalahartikan.
 
== Asal-Usul Muawiyah ==
Baris 38:
 
=== Sifat Muawiyah ===
Muawiyah adalah orang yang menyukai kebersihan<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 72</ref>. Muawiyah juga dikenal suka berderma dan suka membalas kebaikan.
 
== Keluarga Muawiyah ==
 
=== Orangtua Muawiyah ===
Ayahnya Muawiyah adalah [[Abu Sufyan bin Harb]], seorang pembenci Nabi Muhammad saw dan akhirnya masuk islamIslam dengan terpaksa di ikuti juga dengan istri nya Hindun binti Utbah .Sedangkan ibunyaSetelah adalahitu, [[Hindunkeislaman bintimereka Utbah]],sangat seorangbaik pemakandan jantungberkontribusi banyak dalam dakwah Islam.
Paman nabi Muhammad karena saking benci nya dengan islam dan Nabi Muhammad saw.
 
=== Harapan Orangtuanya ===
Baris 184 ⟶ 183:
Menurut mayoritas ulama, sikap Kaum Muslimin dalam menyikapi konflik Ali-Muawiyah adalah meyakini bahwa mereka semua sedang berijtihad merespon situasi yang sangat pelik pada masa itu. Di antara mereka ada yang benar dan mendapat dua pahala, tetapi di antara mereka ada yang salah dan mendapat satu pahala. Kita tidak boleh membicarakan sahabat Nabi dengan perasaan benci.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 245-254</ref>
 
'''Pandangan Husein bin Hamid AlattasAl-Qur'an Tentang Muawiyah'''
 
Allah membagi umat Islam dalam tiga bagian, yaitu bagian Muhajirin, bagian Anshor, dan bagian setelah keduanya. Mereka semua Allah puji.
Mungkin ada penyunting lain yang bisa memberi penjelasan Soal Sahabat yang satu ini di sebabkan berbagai kebingunan orang jika membaca sejarah para sahabat dari berbagai persfektif silahkan mencemati lebih dahulu tulisan di bawa tulisan .
 
Bagian yang pertama terdapat dalam firman Allah:
Ini sekadar Tambahan Saja Tentang Muawiyah ,
 
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Husein bin Hamid Alattas akui dirinya tidak menganggap Muawiyah RA sebagai sahabat Nabi SAW, ia juga mengakui Muawiyah RA boleh dihujat dan dikritik. Meskipun, dirinya menyatakan bermanhaj sebagai Ahlus Sunnah.
 
(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hasyr: 8)
“Secara ''lughowy'' (bahasa) Muawiyah termasuk sahabat, tetapi secara syar’i Muawiyah tidak termasuk sahabat,” kata Husein Hamid Alattas di tengah acara dialog dan mubahalah antara ustaz Haidar Abdullah Bawazir dengan Husein bin Hamid Alattas di Radio Silaturahim, Jl. Masjid Silaturahim No. 36, Cibubur, Bekasi, Rabu (27/6).
 
Bagian yang kedua terdapat dalam firman Allah:
Husein berpendapat, Muawiyah RA merupakan  pihak yang bertanggung jawab atas terbunuhnya orang beriman dan Amar bin Yasir ketika terjadi perselisihan antara Muawiyah RA dengan Ali bin Abi Tholib RA yang berujung dengan peperangan. Pihak yang melakukan kesalahan dalam mengubah sistem kekhilafahan menjadi kerajaan dengan mengangkat anaknya sebagai penerus kekhalifahan, serta yang menyebabkan peristiwa-peristiwa berdarah. “Memecahbelah umat dan menguasai harta,” tambah Husein.
 
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Pendapat bahwa terdapat perbedaan makna sahabat secara bahasa dan syar’i dan ketidaksepakatan ulama dalam menilai sahabat yang membunuh orang beriman, menurutnya adalah berdasarkan kitab ulasan orang-orang yang sesuai dengan buku kalangan sunni kontemporer karya Hasan Farhan Al Maliki yang berjudul ''‘Assubhu was Sahabah’''. “Dalam buku itu tidak terdapat ijma dalam ahlussunnah berkaitan pandangan tersebut (status sahabat bagi orang yang membunuh orang beriman),” ujar Husein.
 
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr: 9)
Penjelasan tersebut diutarakan Husein, setelah menolak definisi sahabat oleh jumhur ulama yang diutarakan ustaz Haidar Bawazir, yakni seseorang yang bertemu Nabi SAW dalam keadaan beriman ketika hidup dan  beriman hingga ia meninggal dunia.
 
Dan bagian ketiga terdapat dalam firman Allah:
Menanggapi buku Hasan Farhan Al Maliky, ustaz Haidar menyatakan buku tersebut cacat untuk dijadikan referensi dikalangan sunni, karena ia menemukan Hasan Farhan Al Maliky dalam sebuah video yang ia bawa di laptopnya menghujat Sahabat Abu Bakar RA, Umar RA, Aisyah RA, Thalhah RA, dan Zubair RA, serta menyatakan ulama syiah ''afdhol'' (lebih utama) dari ulama sunni. “Bagaimana antum akan mengambil hujjah kepada orang yang menyatakan bahwa Abu bakar merebut Kekhalifahan dari Ali?” ujarnya yang kemudian direspon Husein bahwa ia mengambil hujjah dan kutipan Hasan Farhan Al Maliky yang sesuai dengan pandangan ulama.
 
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Masih berkenaan referensi, Husein yang selama ini menjadikan Abul ‘ala al Maududi sebagai sandaran bolehnya menghujat Muawiyah RA dalam bukunya ''Al Khilafah wal Mulk'', menurut ustadz Haidar sikap Husein jika diukur dengan buku tersebut justru terkena vonis sesat. Karena dalam buku tersebut di halaman 97, Abul ‘Ala al Maududi menyatakan bahwa Muawiyah adalah seorang sahabat. “Dia menyatakan bahwa sesungguhnya Muawiyah adalah seorang sahabat, yang kita akui keunggulannya, keutamaannya, mempersatukan umat, dan barang siapa mencaci Muawiyah dia telah berlebihan dan keluar dari haq,” ungkapnya.
 
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyr: 10)
Pernyataan bahwa Muawiyah RA bukan sahabat Nabi SAW dan menghujat Muawiyah RA ia tegaskan kembali dengan sumpah atau ''mubahalah'',”Ana meyakini bahwa Muawiyah bukan Sahabat dalam pandangan syar’i dan boleh menghujatnya, dan ana siap dilaknat dan dikutuk oleh Allah bila ana salah. Tetapi, jika saya benar saya berdoa kepada Allah agar memberi hidayah kepada Haidar,” ungkapnya sembari menjelaskan bahwa ia mencintai sahabat Nabi, terkecuali Muawiyah RA.
 
Ini artinya, kita sebagai umat Islam yang datang belakangan tidak boleh mencela atau memendam benci kepada salah seorang dari sahabat nabi termasuk kepada Muawiyah. Inilah ciri Muslim yang baik. Adapun kelompok keempat, mereka disebut Syiah yang mengkafirkan para sahabat Nabi SAW.
Lalu kemudian, ia meminta ustaz Haidar Bawazir tidak perlu mubahalah, cukup dirinya saja yang menyatakan tersebut.
 
Terkait persoalan Muawiyah, ustaz Haidar Abdullah Bawazir menyatakan bahwa ''ijma jumhur'' ulama Ahlussunah mengakui Muawiyah RA sebagai pihak yang salah dalam perselisihan dan Ali bin Abi Tholib RA berada di pihak yang benar serta Sahabat tidak ''‘ishmah'' (''ma’shum''/terjaga dari dosa). Namun, menurutnya sesuai pandangan jumhur ulama yang diikutinya kesalahan yang dilakukan Muawiyah RA tidak serta merta menyebabkan status Sahabat hilang dari sisi Muawiyah RA ataupun menjadi kafir.
 
“Ulama menyimpulkan Muawiyah bukan ''ahli nar'', kenapa begitu? Karena ulama mengumpulkan semua nash, bukan hanya satu hadist,” kata ustadz Haidar sembari menyitir sebuah hadist sebagai contoh yang menyatakan cucu nabi Hasan RA akan mendamaikan dua ''firqoh'' yang besar dari kaum Muslimin yaitu pihak Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah RA.
 
Sebelumnya, ustadz Haidar Bawazir juga menyatakan siap dilaknat oleh Allah terhadap keyakinannya bahwa Muawiyah RA adalah seorang Sahabat Nabi SAW, “Dan dia (Muawiyah) ridhoi Allah, apabila ana salah, ana siap dilaknat oleh Allah,” lontarnya.
 
Dialog sendiri terjadi kurang lebih 3 jam diselingi istirahat untuk shalat zhuhur. Dalam dialog tersebut terjadi diskusi yang ketat terkait memposisikan seseorang termasuk Sahabat atau bukan, dan kesalahan-kesalahan Sahabat apakah menghilangkan status Sahabat tersebut.
 
Selain itu, dalam dialog sebagian audiens dari pihak Husein dan Rasil yang hadir sempat menolak dan terkesan menghalangi diadakan mubahalah karena dianggap ''bid’ah'' (perkara baru dalam agama) atau ''sunnah sayyi-ah'' (buruk) serta persoalan penghujatan Muawiyah dinilai oleh mereka sebagai perbedaan yang tidak prinsip. Sehingga sempat adu argumen dengan pihak ustadz Haidar Bawazir yang mengutarakan terdapat dalil mubahalah dalam Al-Qur’an dan contoh para sahabat seperti Ibnu Abbas RA dan Imam Auzai rahimahullah.
 
Lalu ustadz Haidar Bawazir menyatakan bahwa penghujatan Muawiyah menurutnya merupakan suatu hal yang prinsip dan termasuk aqidah Ahlussunnah, sehingga perlu dilakukan ''mubahalah''.
 
Menjelang akhir dialog, ustadz Haidar Bawazir sempat mempersoalkan point baru, bahwa Husein pernah menghujat Abu Hurairah RA yang kemudian direspon itu hanya sebagai ‘tataran ilmiyah’ ilmu hadist. Lalu terjadi perdebatan sengit terkait batasan yang termasuk hujatan atau tataran ilmiyah. Namun dihentikan oleh moderator mengingat kesepakatan waktu telah selesai.
 
Di penghujung dialog, pihak dari Radio Rasil meminta jika terjadi ''mubahalah'' dengan tema tuduhan syi’ah kepada Husein dan radio tersebut. Mereka menilai tuduhan tersebut tidak beralasan. “Kita Ahlussunnah wal jama’ah tidak sepenakut Syi’ah, dan itu eksplisit,” ungkap Firman.
 
Selain itu, Faried Thalib dari pihak Rasil tidak ingin ada lagi tuduhan syi’ah ataupun diplintir bahwa Husein tidak syi’ah tapi menyebarkan ''fikroh'' syi’ah. “Itu sama saja tidak menuduh Ustadz Husein maling, tapi Ustadz Husein mencuri,” ujarnya.
 
Ustadz Haidar Bawazir membenarkan bahwa dia tidak menuduh Husein sebagai Syi’ah, akan tetapi hanya menyatakan Husein menyebarkan fikroh syi’ah. “Ana siap ''mubahalah'' untuk ini,” tegas ustadz Haidar di tengah tuntutan ''mubahalah'' jika diadakan tentang tuduhan Syi’ah
 
== Referensi ==