Sultan Adam dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: minor cosmetic change
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 114:
Surat pengangkatan itu dilanjudkan dengan sumpah kesetiaan kepada Sultan, Sri Paduka Tuan Sultan Banjarmasin, dan kesetiaan kepada Goebernemin Hindia Nederland. Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi dilakukan oleh Belanda setelah sebelumnya Belanda dengan licin menekan Sultan menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Belanda 30 April 1856. Pangeran Hidayat menyadari bahaya pemberian konsesi tambang batu bara ini, tetapi dia tak berdaya menghadapinya apalagi setelah Belanda menempatkan serdadunya di pusat-pusat tambang batu bara mereka. Selain menetapkan Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan Muda, pengangkatan Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi, Belanda juga menahan Pangeran Prabu Anom di Banjarmasin bertempat tinggal di rumah menantunya Pangeran Syarif Hussein. Daerah itu sekarang menjadi Kampung Melayu. Oleh karena tindakan Belanda ini, Sultan Adam yang sudah tua dan hampir putus asa oleh hal-hal tersebut di atas telah membuat testamen yang diberikan kepada Mangkubumi Pangeran Hidayat, Kadhi di Martapura dan Kadhi di Amuntai. Situasi ini menyebabkan dia sakit. Sebelum dia meninggal dia minta dibawa kembali ke Martapura dan minta dikuburkan di sana. Pada tanggal 30 Oktober 1857 Sultan Adam sakit keras, maka dia dibawa ke Martapura dan meninggal tanggal 1 November 1857. Sebelum Sultan Adam Al Wasik Billah mangkat, Pangeran Tamjidillah mengirim surat rahasia kepada Gubernur Jenderal Rochussen, melalui Residen di Banjarmasin. Isi surat itu bahwa ia akan mengusahakan segala kemungkinan supaya kelak tanah konsesi tambang batu bara Oranje Nassau menjadi milik Pemerintah Hindia Belanda. Selanjutnya dikatakannya bahwa dia akan melaksanakan segala keinginan yang dikehendaki oleh Pemerintah Hindia Belanda di Betawi asal ia akan mengganti ayahnya sebagai sultan di Kerajaan Banjar, apabila Sultan Adam wafat. Pemerintah di Betawi menyetujui usul itu. Ketika Sultan Adam Al Wasik Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857 karena sakit, tanpa sepengetahuan Dewan Mahkota, yaitu sesudah dua hari pemakaman almarhum Sultan, pemerintah Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan. Prabu Anom putera Sultan Adam dengan Ratu Komala Sari ditangkap oleh Belanda, karena menurut pertimbangan Belanda kalau Pangeran Prabu Anom berada di Banjarmasin akan membahayakan, dan dia dibuang ke Jawa. Pengangkatan Sultan Tamjidillah itu membuat kalangan kaum bangsawan merasa tidak puas, karena pengangkatan ini sangat melanggar tradisi Istana, melanggar surat wasiat Sultan Adam Al Wasik Billah, disamping, tingkah laku Sultan Tamjidillah yang sejak semula tidak disenangi oleh kaum bangsawan dan rakyat Banjar. Sultan lebih mendahulukan kepentingan pemerintah Belanda dari kepentingan dan nasib rakyat. Kebiasaan minum-minuman keras sangat menjengkelkan kalangan agama dan kaum ulama. Antara Sultan dengan Mangkubumi Pangeran Hidayatullah yang berkedudukan di Martapura tidak terdapat kerjasama dan saling curiga mencurigai. Dalam situasi demikian Sultan Tamjidillah mencoba memikat Mangkubumi Pangeran Hidayatullah dengan cara mengawinkan puterinya puteri Bulan dengan putera Mangkubumi, Pangeran Amir. Perkawinan politik ini dimaksudkan agar terjadi keakraban dan dapat menghasilkan kerjasama dalam pemerintahan kerajaan. Namun usaha ini tidak menghasilkan apa-apa, bahkan kecurigaan makin menjadi lebih tebal, sebab sejak kecil sudah dipupuk dengan rasa benci satu sama lain. Apalagi siasat dari Sultan Tamjidillah untuk menjatuhkan Mangkubumi dengan cara tipu muslihat makin mengeruhkan suasana. Tindakan pertama yang menyakitkan hati rakyat setelah pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan tanggal 3 November 1857, ialah (4 November 1857) Residen mengizinkan dengan bantuan serdadu yang ada di Martapura untuk menangkap Pangeran Prabu Anom, pamannya sendiri. Pangeran Prabu Anom pergi ke Martapura lari dari tahanannya di Banjarmasin karena mengurusi pemakaman ayahnya Suldan Adam al Wasik Billah. Alasannya dan tuduhan yang dikenakan pada dirinya ialah bahwa Pangeran Prabu Anom membahayakan tahta, tetapi penangkapan itu tidak berhasil. Rakyat menjadi saksi atas tindakan Sultan baru ini dalam usahanya menangkap pamannya Pangeran Prabu Anom. Lima hari setelah pemakaman Sultan Adam Al Wasik Billah yang sangat dicintai rakyat, keraton Martapura ditembaki serdadu Belanda untuk menangkap anak raja. Prabu Anom akhirnya ditangkap dengan tipu muslihat pada permulaan tahun 1858 dan di buang ke Jawa. Rakyat umum berpendapat, seperti kata Residen J.J. Meijer kemudian, bahwa dengan pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan yang ke-13 akan timbul bermacam bala bencana karena kelahirannya dan perbuatannya sama sekali bertentangan dengan adat tradisi yang berlaku dan bertentangan dengan agama Islam. Dia lahir dari tindakan di luar nikah menurut agama, karena ibunya (gundik) yang baru dinikahi setelah mengandung beberapa bulan sebelum melahirkan Tamjidillah.
 
== Banua dan Tanah Badatu/Tanah Pelungguh ==
Penghasilan dari banua-banua dibagi-bagikan kepada anak-anak, cucu dan saudara Sultan Adam serta para pejabat birokrasi kerajaan, misalnya sebagai berikut:
 
'''Tabel Distribusi Tanah Lungguh pada Masa Sultan Adam'''<ref>[http://banjarcyber.tripod.com/zamanbaru.pdf]</ref>
{| class="wikitable sortable"
|-
| bgcolor=#D0F0C0 align=center| '''Nomor'''
| bgcolor=#D0F0C0 align=center| '''Nama'''
| bgcolor=#D0F0C0 align=center| '''Tempat Tinggal'''
| bgcolor=#D0F0C0 align=center| '''Hubungan dengan Sultan'''
| bgcolor=#D0F0C0 align=center| '''Keterangan'''
|-
|-
|1 || Ratu Aminah||Banjarmasin||putri Sultan||Tambang intan di Batu Babi
|-
|2 || Ratu Salamah ||Martapura||putri Sultan ||[[Banua Gadung]], tambang intan [[Gunung Kupang]], Sungai Pamangkih
|-
|3 || Ratu Dijah || Martapura|| putri Sultan|| Tabalong, Jambu Alay, Amandit, tambang intan Parupuk
|-
|4 || Pangeran Surya Mataram ||-||putra Sultan||Tabalong, Pitap, Sungai Bamban, Batang Kulur, Banua Rambau, Padang
|-
|5 || [[Pangeran Prabu Anom]] ||-||putra Sultan||Kelua, Amuntai, [[Amuntai Selatan, Hulu Sungai Utara|Sei Banar]], Alabio, Negara
|-
|6 || Ratu Jantera Kasuma ||-||putri Sultan||Gantang, Amuntai, Sei Banar, Alabio, Negara
|-
|7 || [[Tamjidullah II dari Banjar|Sultan Muda Tamjid]] merangkap Mangkubumi || Banjarmasin || cucu Sultan || Tambang Paramasan 40 tahil emas, gaji mangkubumi f 12.000
|-
|8 || [[Pangeran Aria Kasuma]] || Banjarmasin || cucu Sultan || dapat bagian dari [[Paramasan, Banjar|Paramasan]], [[Amandit]]
|-
|9 || [[Pangeran Wira Kasuma]] || Banjarmasin || cucu Sultan || Gatal
|-
|10 || [[Hidayatullah II dari Banjar|Pangeran Hidayat]] || Martapura ||cucu Sultan || dapat bagian dari Alay, Paramasan, Amandit, [[Karang Intan, Karang Intan, Banjar|Karang Intan]], Margasari, Basung
|-
|11 || 10 anak [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] || - ||cucu Sultan || dapat bagian dari Alay, Paramasan, Amandit, Karang Intan, Margasari, Basung
|-
|12 || Pangeran Kesuma Wijaya || Karang Intan || saudara Sultan ||[[Pamarangan Kiwa, Tanjung, Tabalong|Pamarangan]], [[Puain Kiwa, Tanjung, Tabalong|Puain]], [[Paringin, Balangan|Paringin]]
|-
|13 || Pangeran Tasin || Martapura || saudara Sultan || [[Amawang]]
|-
|14 || Pangeran Singosari || Martapura || saudara Sultan || [[Wayau, Tanjung, Tabalong|Wayau]]
|-
|15 || Pangeran Hamim || Martapura || saudara Sultan || Jatuh
|-
|16 || Anak-anak [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] || Martapura || sepupu Sultan || Basung, Angkinang, [[Kalahiang, Paringin, Balangan|Kalahiang]]
|-
|17 || [[Pangeran Antasari]] || Martapura || sepupu Sultan ||Mangkuah
|-
|18 || [[Adipatie Danoe Radja]] (adipati [[Banua Lima]]) || Amuntai || keponakan permaisuri Nyai Ratu Kumala Sari || Balangan dan 12 lansekap sekitarnya.
|-
|19 ||Patih Guna Wijaya || Martapura || staff Sultan Adam || [[Sungai Raya, Hulu Sungai Selatan|Sei Raya]]
|}
== Taman Hutan Raya ==
Nama Sultan Adam diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya di Kalimantan Selatan yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam.<ref>http://tahurasultanadam.kalselprov.go.id/</ref>