Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Baris 49:
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] kerajaan ini merupakan kelanjutan dari [[Kerajaan Melayu]] di [[Singapura]], kemudian serangan [[Jawa]] dan [[Siam]] menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke [[Malaka]]. [[Kronik]] [[Dinasti Ming]] mencatat [[Parameswara]] sebagai pendiri Malaka mengunjungi [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]] pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya.<ref>{{cite book |last= Gungwu |first= Wang |title= Only connect!: Sino-Malay encounters |publisher= Eastern Universities Press |year= 2003 |id= ISBN 9812102434 }}</ref> Sebagai balasan upeti yang diberikan, [[Kaisar Cina]] menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,<ref name="ASHM">{{cite book |last= Hooker |first= Virginia M. |title= A Short History of Malaysia: linking east and west |publisher= Allen & Unwin |year= 2003 |id= ISBN 1864489553 }}</ref> kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina.<ref>{{cite book |last= Cleary |first= Mark |coauthors= Kim Chuan Goh |title= Environment and development in the Straits of Malacca |publisher= Routledge |year= 2000 |id= ISBN 0415172438 }}</ref> Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] akan hubungannya dengan Malaka.<ref name="Kong"/> Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.<ref name="ISAS"/><ref name="Wink">{{cite book |last= Wink |first= André |title= Indo-Islamic society, 14th-15th centuries |publisher= BRILL |year= 2004 |id= ISBN 9004135618 }}</ref>
 
Laporan dari kunjungan Laksamana [[Cheng Ho]] pada 1409, mengambarkan [[Islam]] telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka,<ref name="Kong">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614</ref> sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar [[sultan]] muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam [[Sulalatus Salatin]] gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya ''Raja Iskandar Syah'', tokoh yang dianggap sama dengan [[Parameswara]] oleh beberapa sejarahwan.<ref name="ISAS"/> Sementara dalam [[Pararaton]] disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu ''Bhra Hyang Parameswara'' sebagai suami dari [[Majapahit|Ratu Majapahit]], [[Suhita|Ratu Suhita]]. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
Baris 58:
Sampai tahun 1435, Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan [[Dinasti Ming]], armada Ming berperan mengamankan jalur pelayaran [[Selat Malaka]] yang sebelumnya sering diganggu oleh adanya kawanan perompak dan bajak laut.<ref name="Kong"/> Di bawah perlindungan Ming, Malaka berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat [[Semenanjung Malaya]] yang tidak dapat disentuh oleh [[Majapahit]] dan Ayutthaya. Namun seiring berubahnya kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kawasan ''ujung tanah'' ini terus diklaim oleh Siam sebagai bagian dari kedaulatannya sampai Malaka jatuh ke tangan [[Portugal]], dan setelah takluknya Malaka, kawasan [[Perlis]], [[Kelantan]], [[Terengganu]] dan [[Kedah]] kemudian berada dalam kekuasaan [[Siam]].<ref name="Wink"/>
 
[[Sulalatus Salatin]] juga mengambarkan kedekatan hubungan Malaka dengan [[Kesultanan Pasai|Pasai]], hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri Sultan Pasai dengan Raja Malaka dan kemudian Sultan Malaka pada masa berikutnya juga turut memadamkan pemberontakan yang terjadi di Pasai. [[Ma Huan]] juru tulis [[Cheng Ho]] menyebutkan adanya kemiripan adat istiadat Malaka dengan Pasai serta ke dua kawasan tersebut telah menjadi tempat pemukiman komunitas [[muslim]] di [[Selat Malaka]].<ref name="Kong"/> Sementara kemungkinan ada ancaman dari [[Jawa]] dapat dihindari, terutama setelah [[Mansur Syah dari Malaka|Sultan Mansur Syah]] membina hubungan diplomatik dengan ''Batara Majapahit'' yang kemudian meminang dan menikahi putri Raja Jawa tersebut.<ref name="Raffles">Raffles, T.S., (1821), Malay annals (translated from the Malay language, by the late Dr. John Leyden).</ref> Selain itu sekitar tahun 1475 di Jawa juga muncul kekuatan muslim di [[Kerajaan Demak|Demak]] yang nanti turut melemahkan hegemoni Majapahit atas kawasan yang mereka klaim sebelumnya sebagai daerah bawahan. Adanya keterkaitan Malaka dengan Demak terlihat setelah jatuhnya Malaka kepada Portugal, tercatat ada beberapa kali pasukan Demak mencoba merebut kembali Malaka dari tangan Portugal.<ref name="Pires"/><ref name="Ricklefs">{{cite book |last= Ricklefs |first= Merle C. |title= A history of modern Indonesia since c. 1200 |publisher= Stanford University Press |year= 2001 |id= ISBN 0804744807 }}</ref>
 
== Masa kejayaan ==
Baris 68:
 
== Penurunan ==
Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan [[Portugal]] di bawah pimpinan [[Afonso de Albuquerque]]. Serangan dimulai pada [[10 Agustus]] [[1511]] dan pada [[24 Agustus]] [[1511]] Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke [[Pulau Bintan|Bintan]] dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru.<ref name="Winstedt">{{cite book |last= Winstedt |first= Richard |title= A History of Malaya |publisher= Marican |year= 1962 }}</ref> Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 [[Patih Yunus]] dengan pasukan dari [[Kerajaan Demak|Demak]] berkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, namun serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal.<ref name="Ricklefs"/> Selanjutnya untuk memperkuat posisinya di Malaka, Portugal menyisir dan menundukkan kawasan antara [[Selat Malaka]]. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, dan Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.<ref name="Winstedt"/>
 
Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkokoh penguasaannya atas jalur pelayaran di [[Selat Malaka]]. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]], sekaligus meruntuhkan kerajaan yang juga merupakan [[sekutu]] dari Sultan Malaka.
 
Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal dibawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan Sultan Malaka, namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam serangan berikutnya pada [[23 Oktober]] [[1526]] Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke [[Kampar]], tempat dia wafat dua tahun kemudian.<ref name="Winstedt"/> Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya [[Alauddin Syah dari Johor|Sultan Alauddin Syah]] yang kemudian tinggal di [[Pahang]] beberapa saat sebelum menetap di [[Johor]].<ref name="Andaya">{{cite book |last= Andaya |first= Leonard Y. |title= Leaves of the same tree: trade and ethnicity in the Straits of Melaka |publisher= University of Hawaii Press |year= 2008 |id= ISBN 0824831896 }}</ref> Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka setelah [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] lebih dikenal disebut dengan [[Sultan Johor]].
 
== Pemerintahan ==