Universitas Khairun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →'''1998-2004: Fase Transisi dari PTS ke PTN''': ejaan, replaced: praktek → praktik |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k tidy up, replaced: dimana → di mana, Di tahun → Pada tahun (5), di tahun → pada tahun (10), konkrit → konkret, ijin → izin |
||
Baris 87:
Tanpa merasa curiga, Sultan Khairun kemudian menerima usulan dari Masquita. Keduanya kemudian bersumpah dengan memegang kitab sucinya masing-masing. Sultan Khairun merasa yakin dengan sumpah itu karena Masquita telah bersumpah dengan memegang Kitab Injil sebagai kitab sucinya. Setelah berhasil menyakinkan Sultan Khairun akan maksud baiknya, maka Masquita segera melanjutkan langkah berikutnya untuk menyingkirkan Sultan Khairun. Untuk merayakan hasil perundingan itu Masquita mengundang Sultan Khairun dan para bobatonya menghadiri jamuan makan malam yang dilaksanakan di dalam Benteng Gamlamo. Pada tanggal 28 Februari 1570, ketika Sultan Khairun dan rombongannya tiba di depan gerbang benteng, salah seorang dari pasukan pengawal Portugis mengatakan bahwa Sultan Khairun diminta oleh Masquita untuk memasuki ruang utama benteng seorang diri, dan rombongan yang lainnya diminta untuk menunggu di depan gerbang benteng. Saat Sultan Khairun melangkah masuk seorang diri ke dalam ruang utama itulah, secara tiba-tiba Antonio Pimental, salah seorang pasukan pengawal berpangkat sersan yang juga kemenakan Masquita menusuk Sultan Khairun dengan sebilah keris berulang kali hingga Sultan terjatuh ke lantai dan meninggal dunia seketika. Sang Sultan wafat secara mengenaskan dan dibiarkan tergeletak di lantai benteng. Mayat Sultan Khairun malam itu juga dibawa dengan sebuah kapal dan ditenggelamkan di tengah laut.
Setelah kematian Sultan Khairun, tanpa menunggu waktu yang terlalu lama, para Bobato Dunia Kerajaan Ternate melantik Kaicili Babullah menjadi Sultan Ternate untuk menggantikan ayahnya, Sultan Khairun. Dalam pidato penobatannya, Sultan Babullah bersumpah untuk menuntut balas atas kematian ayahnya. Babullah akan berjuang hingga orang-orang Portugis meninggalkan Ternate untuk selama-lamanya. Strategi awal Sultan Babullah dalam rangka untuk mengusir orang-orang Portugis, diawali dengan cara mengepung benteng Sao Paolo secara sistematis dari tiga penjuru. Tindakan Sultan Babullah ini justru mendapat simpati dan dukungan dari seluruh kerajaan di Kepulauan Maluku. Mulai dari utara hingga di bagian selatan kepulauan ini, terutama para Gimalaha dan Sangaji, memberikan bantuan pasukan untuk ikut dalam penyerangan terhadap orang-orang Portugis dikawasan itu. Dalam pengepungan benteng itu, Sultan Babullah masih memberikan kelonggaran kepada para penghuni benteng dengan
Pada penghujung tahun 1575, Sultan Babullah menerima informasi bahwa ada beberapa kapal Portugis di Peraian bagian timur Manado sedang menuju ke Ternate. Informasi ini telah menimbulkan kehawatiran Sultan Babullah kalau kapal-kapal itu akan membawa pasukan pengawal Portugis dari Malaka ataupun Goa yang akan menyerang Ternate. Sultan Babullah kemudian memerintahkan pasukannya untuk menyerang benteng Sao Paolo di Gamlamo. Namun, sebelum benteng itu diserbu oleh pasukan Sultan Babullah, kapten benteng Sao Paolo terakhir, yaitu Nuno Pareira de Lacerda menawarkan perdamaian dengan Sultan Babullah. Penawaran perdamaian yang diajukan oleh de Lacerda kepada Sultan Babullah, tetapi hanya ditanggapi oleh Babullah bahwa orang-orang Maluku kini telah bersatu untuk melawan orang-orang Portugis. Atas jawaban Sultan Babullah seperti itu membuat de Lacerda kemudian menyetujui untuk mengakhiri perang dengan Ternate dan menyerah tanpa syarat kepada Sultan Babullah. Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember 1575. Tiga hari kemudian, sebuah kapal Portugis yang tiba di Ternate dari Malaka, diperintahkan oleh Sultan Babullah untuk mengangkut seluruh orang-orang Portugis maupun penganut Kristen Katolik lokal untuk meninggalkan Ternate menuju Ambon dan selanjutnya mereka ke Malaka.
Baris 179:
'''Perihal Nama "Khairun"'''
Menurut Adnan Amal,
'''Periode Presidium (1964-1977)'''
Baris 189:
Karena belum memiliki gedung tetap, maka perkuliahan di masa-masa awal itu diadakan menumpang di berbagai tempat. Pernah diadakan di gedung SMEA (Takoma) dan gedung DPR (sekarang ex-kantor Gubernur). Memulai perkuliahan formal pada 16 Agustus 1964 itu, maka satu tahun selanjutnya Unkhair melakukan proses penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 1965-1966.
Waktu penerimaan mahasiswa
Dengan mudahnya masuk Unkhair itu, setidaknya di mata Kopertis, Unkhair (yang baru dibuka itu) serius menjalankan proses perkuliahan, dan itu menjadi bahan evaluasi positif bagi Unkhair ke depannya.
Baris 242:
Sumber: Adnan Amal
Tahun 1966-1967 Fakultas Pertanian dibuka, kemudian diikuti dengan penerimaan mahasiswa tahun Akademik 1968-1969, jumlah mahasiswa makin meningkat menjadi 360 mahasiswa. Peningkatan ini disebabkan sudah terjadi proses penerimaan dari beberapa SMA dan sederajat di Ternate dan di luar Ternate, seperti SMA I Ternate, SMA I Sanana, SMA I Tobelo, dan SMA I Labuha. Pada tahun 1968-1973 perkembangan mahasiswa semakin tinggi disebabkan prospek Unkhair semakin efektif dengan berbagai sosialisasi seperti membuka jaringan informasi ke seluruh daerah Kabupaten Maluku Utara baik melalui radio maupun instruksi langsung dari Baharuddin Lopa, SH (Kajari Malut waktu itu) yang mewakili Muspida menghimbau agar pegawai dan guru-guru yang masih berstatus penddidikan SMA dan sederajat melanjutkan kuliah di Unkhair. Dari perjuangan inilah, akhirnya Unkhair terus berkembang dan
Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi di tingkat mahasiswa, akan tetapi juga dosen. Perkembangan dosen semakin meningkat. Waktu itu, dosen Unkhair terdiri dari dosen biasa, yang meliputi dosen tetap yayasan berbadan hukum dan dosen Kopertis yang di perbantukan, dosen luar biasa, dan dosen tamu seperti Prof. Kandow dan Prof. Yasin Muhammad dari Manado yang memberi kuliah di Unkhair. Di zaman itu, gaji di Unkhair juga masih sulit, namun dengan semangat ‗pahlawan tanpa tanda jasa‘, akhirnya itu bisa di atasi dengan saling-membantu sama lain.
Baris 434:
9. Muhammad Hanafi.
Setelah akte pertama ini terbit, kemudian terjadi perubahan akte kedua
1. A. R. Nada : Ketua
Baris 454:
4. Drs. Abdullah Do Umar : Bendahara
Di masa-masa awal, hanya ada tiga fakultas di lingkungan Unkhair, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pertanian. Selanjutnya pada 1977, beberapa jurusan (Civic Hukum, Ilmu pasti, dan Bahasa Indonesia) dalam FKIP. Maka
1. Jurusan Ilmu Pendidikan
Baris 508:
2. Program studi Pendidikan Fisika (jenjang S1).
Pada tahun 1992, sesuai dengan SK Mendikbud Nomor 0174/0/1992 tanggal 28 Maret 1992, terjadi pula perubahan program pendidikan dari DIII ke S1 untuk Program Studi Pendidikan Matematika dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Dalam fase ini, terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Satu persatu program studi pun berdiri. Pada tahun 1993, sesuai dengan SK Dirjen Dikti Nomor 51/Dikti/Kep/1993 tanggal 29 Januari 1993, kembali ditetapkan dalam status TERDAFTAR untuk beberapa fakultas sebagai berikut:
Baris 546:
4. Usaha-usaha lain seperti perkebunan, koperasi dan perikanan.
Ketua : Drs. H. M. Jusuf Abdulrahman
Baris 564:
'''Masa Kritis Yayasan'''
Pada tahun 1974-1977, Yayasan Unkhair mengalami masa-masa kritis.
Prinsipnya pada fase ini Yayasan Unkhair menghadapi masa sedih, karena mahasiswa juga ikut mencari uang guna memberikan gaji para dosennya. Dengan berbagai upaya tersebut pada akhirnya memberikan secercah harapan tentang eksistensi Yayasan Unkhair yang sudah diambang tutup. Upaya ini dilakukan dengan begitu kuat saat itu, adalah merupakan konsekuensi dari cukup tegasnya aturan yang diberlakukan, yakni jika sebuah daerah yang telah membuka universitas swasta maupun negeri dan kemudian ditutup maka sampai kapanpun daerah tersebut tidak akan bisa mendirikan lagi sebuah universitas. Inilah inti kekhawatiran para pendiri Yayasan Unkhair pada waktu.
Di atas dasar semangat dan dalam kekhawatiran mendalam tersebut Unkhair mulai menapaki jalan untuk menunjukkan eksistensinya di tengah berbagai keterbatasan yang dimiliki. Sebagai langkah
'''Periode Rektor Abdul Samad Abdul Latif, BA (1977-1980)'''
Baris 574:
Seiring dengan perubahan kepemimpinan Unkhair dari presidium ke Rektor, maka terjadi beberapa penyesuaian. Abdul Samad Abdul Latif (disingkat: ASA. Latif) menjadi Rektor pertama pada periode 1977-198. Dalam periode ini, Unkhair mengalami perubahan pengembangan sesuai dengan visi dan misi, namun dalam perkembangannya sistem yang diterapkan masih terfokus pada program periode presidium, sebab pada masa kepemimpinan Rektor ASA Latif merupakan suatu periode lanjutan dari periode sebelumnya.
Pada tahun 1978, Unkhair mengalami pasang surut dan dinyatakan collaps, artinya dihentikan oleh Kopertis Makassar. Pada masa kevakuman (hampir ditutup tetapi tidak jadi ditutup) terdengar kabarnya oleh salah satu pendiri Unkhair Baharuddin Lopa SH. Lopa segera menghubungi panitia yang didatangkan dari Kopertis yaitu Hi Ridwan Saleh Matayang dan Sekretarisnya Kamaludin Saleh, kordinator Kopertis Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya. Untuk memperbaiki keadaan pada saat itu bersama-sama ingin disampaikan beberapa kata yang isinya ‖tentang betapa perlu perguruan tinggi di Maluku Utara yang tidak boleh ditutup hal ini dikarenakan kalau ditutup bagaimana dengan orang tua yang tidak mampuh menyekolahkan anaknya keluar di Pulau Jawa.‖ Dari hasil pembicaran tersebut kemudian dipertimbangkan, dan Unkhair segera membuat laporan lanjutan dan memperbaikinya. ―Dalam masa vakum itu Unkhair tidak membuat laporan tiga bulan sampai enam bulan,‖ kata Dr. Gufran Ali Ibrahim.
Baris 642:
Dalam akademik, perkuliahan mahasiswa menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) yang menetapkan besarnya beban studi kegiatan akademik mahasiswa yang setara dengan 1x 50 menit tatap muka dikelas dan 1x 2 jam mandiri. Sedangkan beban studi untuk satu kesatuan pada setiap jurusan atau program studi bervariasi antara 144 sampai 160 SKS. Mekanisme perkuliahan dan ujian dilaksanakan dengan sistem semester awal (ganjil) dan semester akhir (genap) sedangkan Ujian Negara Cicilan (UNC) berada di bawah Kopertis wilayah XII Maluku-Irian Jaya.
Kurikulum yang dipakai dalam proses belajar-mengajar berpatokan pada Kurikulum Nasional 1994 dan diboboti oleh muatan lokal serta didasarkan pada perguruan tinggi mitra. Hal tersebut dikembangkan karena pada tahun 1979 sebagian masyarakat punya anggapan ‗miring‘, ―...kuliah di Unkhair itu tidak menjamin.‖ Jadi, ada semacam rasa ragu di hati masyarakat akan mutu pendidikan lembaga ini. Abdul Hakim Ahmad, mahasiswa Unkhair angkatan 1970-an, menceritakan pengalamannya waktu itu, ―...pada tahun-tahun 1970-an itu merupakan tahun
Sosialisasi tersebut membuahkan hasil dengan makin berkembangnya jumlah mahasiswa Unkhair. Pada tahun 1989 di masa Rektor Jusuf Abdulrahman, menurut Abdul Hakim Ahmad, SE—yang belakangan menjadi Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan—terjadi beberapa perkembangan sebagai berikut: (1) jumlah mahasiswa makin meningkat, (2) manajemen keuangan makin baik, (3) jumlah dosen yang semakin bermutu dibanding sebelum-sebelumnya, (4) kepercayaan dan kesadaran masyarakat mulai positif tentang pentingnya pendidikan di Unkhair.
Baris 716:
Sumber: Habiba Abd. Rahman
Pada tahun 1991 Unkhair menambah dua Program Studi Jurusan MIPA sesuai SK Mendikbud No. 0382/0/1991 Tanggal 27 Juni 1991, dibuka Program Studi Pendidikan Biologi (jenjang S1) dan Program Studi Pendidikan Fisika (jenjang S1). Pun demikian
Pada akhir tahun 1980-an sampai dengan pengalihan kepemimpinan dari Drs. H.M. Jusuf Abdulrahman, tanggal 27 Agustus 1998, Unkhair telah berkembang pesat terutama dari sisi pembukaan program studi, jumlah mahasiswa dan proses pembelajaran/perkulihan. Namun perkembangan itu belum didukung dengan penyediaan fasilitas pendidikan yang standar.
Baris 876:
Antara percaya dan bingung, Rivai melihat bahwa ini adalah amanah yang harus diembannya dengan penuh tanggungjawab. Sehingga ketika dirinya ditanya tentang kesiapan fisik maupun mental, ia pun menjawab dengan penuh keyakinan bahwa dirinya siap diangkat sebagai Rektor Unkhair 1998-2002. ―Saya sengaja tidak memberitahu keluarga, termasuk istri saya. Mungkin saya membutuhkan waktu untuk menetapkan tekad yang bulat dalam memangku amanah ini, termasuk juga memikirkan mengapa saya yang terpilih,‖ kata Rivai. Namun berita atas terpilihnya Rivai Umar sebagai Rektor beredar luas baik di kampus maupun di khalayak ramai. Akhirnya keluarganya pun mengetahui dari berita yang telah beredar itu. Ketika keluarga bertanya kesanggupannya menjadi Rektor, Rivai Umar menjawab, ―dengan memohon petunjuk dan perlindungan Allah SWT‖ saya sanggup menerima amanah ini.
Pada tahun 1998 itu, kepemimpinan Rektor Unkhair pun berpindah dari Drs. HM. Jusuf Abdulrahman ke tangan Rektor Drs. H. Rivai Umar, M.Si. tahun 1998 adalah tahun politik yang sangat menentukan di Indonesia karena pasca jatuhnya rezim Soeharto di bulan Mei yang disusul dengan berbagai gejolak politik dan kerusuhan di daerah, membuat Indonesia menjalani masa-masa yang sulit. Dalam konteks Maluku Utara,
'''Periode Rektor Drs. H. Rivai Umar, M.Si (1998-2004)'''
Baris 882:
Satu tahun setelah menjadi Rektor, pada periode 1999-2000 Unkhair mengembangkan visi pembangunan untuk menjawab berbagai tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tahun-tahun itu merupakan tahun gejolak yang cukup berat di Maluku Utara karena dilanda kerusuhan horisontal di beberapa tempat dan berpengaruh bagi proses belajar-mengajar di kampus. Namun, walau berbagai gejolak terjadi, visi pengembangan Unkhair dirumuskan dalam empat hal: (1) mendorong penyediaan fasilitas administrasi akademik dalam kerangka penyediaan tata-kelola pembelajaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, (2) mendorong sistem pengelolaan organisasi yang berbasis corporate culture melalui kendali mutu dan pengelolaaan sistem evaluasi yang sistematik dan seimbang guna mendapatkan mutu keluaran Unkhair; (3) mendorong pelaksanaan pelatihan dan membiasakan kegiatan penelitian para dosen dan mahasiswa guna mencapai derajat universitas yang berkarakter research university, dan (4) membuat jaringan kerja sama dengan lembaga-lembaga penguna jasa keluaran Unkhair dengan perguruan di tingkat nasional dan perguruan tinggi internasional untuk memberikan manfaat akseleratif terhadap pertumbuhan dan peningkatan mutu pengelolaan pendidikan di Unkhair.
Hingga akhir tahun 2001—seiring dengan kemajuan pembangunan di Maluku Utara sebagai dampak pemekaran Provinsi Maluku Utara—maka kemampuan masyarakat lokal secara finansial untuk menjangkau pendidikan tinggi cenderung meningkat. Pilihan masyarakat pun pada akhirnya merujuk kepada Unkhair yang semakin berkembang. Setidaknya, dalam periode 1998-2003, perkembangan akademik, mahasiswa, dan manajemen keuangan semakin membaik. Adapun sarana perkuliahan yang digunakan masa itu masih sama dengan periode sebelumnya, yaitu di Kampus Akehuda, Kampus Jati (yang menggunakan gedung milik Yayasan Pendidikan Khairun), dan kampus yang berlokasi di Kompleks Pohon Pala milik Pemda Halmahera Barat. Pada tahun 2004 Unkhair telah memiliki tujuh Fakultas dan 25 Program Studi Strata Satu (S1) dan satu Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dengan perkembangan ini membuat Unkhair semakin maju dan bermutu.
Seiring dengan pemekaran provinsi yang membutuhkan satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), maka Unkhair pun dialihstatuskan menjadi PTN berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2004 tanggal 17 Maret 2004 dan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 126/O/2004. Alih status tahun 2004 itu menjadi sejarah penting bagi Unkhair yang cikal-bakalnya telah ada sejak tahun 1950-an, memulai perkuliahan
'''Struktur Kepemimpinan'''
Sebagai Rektor PTS Unkhair, Rivai Umar menjabat selama dua masa jabatan, tahun 1998-2002 dan 2002-2006, meski pada masa jabatan kedua tidak cukup 4 tahun karena perubahan status dari PTS menjadi PTN
1. Masa jabatan 1998-2002, pimpinan Universitas terdiri atas: Rektor (Drs. Rivai Umar, M.Si.) Pembantu Rektor I bidang Administrasi Akademik (Drs. Rasyid Mustakim), Pembantu Rektor II bidang Administrasi Umum dan Keuangan (Drs. Halim Abdurrahman, M.Si.), Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan (Drs. Said Hasan, M.Pd.). Pimpinan Fakultas terdiri atas Dekan Fakultas Hukum (Juhdi Taslim, S.H, M.H.), Dekan Fakultas Ekonomi (Drs. Hasanuddin Mohdar M.D, M.Si.), Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Drs. Hamid Ismail, M.Pd.), serta Dekan Fakultas Pertanian (Ir. Amir Tiwar).
|