Pacu Jalur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
jumlah tiang pancang pacu jalur yaitu enam bukan 3
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, replaced: dimana → di mana (2), Dimana → Di mana
Baris 1:
[[File:Pacu Jalur.jpg|thumb|Pacu Jalur]]
'''Pacu Jalur''' merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata ''Jalur'' berarti ''Perahu''. Setiap tahunnya, sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten [[Kuantan Singingi]],[[Riau]] bersamaan dengan perayaan [[Hari Kemerdekaan Republik Indonesia]].<ref name="GOS">[http://www.gosumatra.com/festival-pacu-jalur-kuansing/ festival pacu jalur kuansing] <small>diakses 3 Mei 2015</small></ref>
 
Pacu jalur biasanya dilakukan di [[Sungai Batang Kuantan]]. Hal ini tak lepas dari catatan panjang sejarah, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara [[Hulu_KuantanHulu Kuantan,_Kuantan_Singingi Kuantan Singingi|Kecamatan Hulu Kuantan]] di bagian hulu dan [[Cerenti,_Kuantan_Singingi Kuantan Singingi|Kecamatan Cerenti]] di hilir, telah digunakan sebagai jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran [[Sungai Batang Kuantan]], dengan panjang lintasan sekitar 1 &nbsp;km yang ditandai dengan enam tiang pancang.<ref name="JPNN">[http://www.jpnn.com/read/2014/10/01/261022/Pacu-Jalur-Kuantan-Singingi,-Festival-Menjaga-Tradisi Pacu jalur kuantan singingi, festival menjaga tradisi] <small>diakses 3 Mei 2015</small></ref>
 
== Sejarah ==
Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17, dimanadi mana jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara [[Hulu_KuantanHulu Kuantan,_Kuantan_Singingi Kuantan Singingi|Kecamatan Hulu Kuantan]] di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti[[Cerenti,_Kuantan_Singingi Kuantan Singingi|Kecamatan Cerenti]] di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat. Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang. Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).<ref name="SPJ"/>
 
Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.<ref name="SPJ"/>
 
Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati [[Hari Kemerdekaan Republik Indonesia]]. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Dapat digambarkan saat hari berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur bagaikan lautan manusia. Terjadi kemacetan lalu lintas dimanadi mana-mana, dan masyarakat yang ada diperantauan akan terlihat lagi, mereka akan kembali hanya untuk menyaksikan acara ini. Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. Menurut masyarakat setempat jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).<ref name="SPJ"/>
 
Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september. Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu.<ref name="SPJ">[http://metroterkini.com/berita-8925-sejarah-pacu-jalur-kuansing-hingga-jadi-ivent-nasional.html Sejarah pacu jalur kuansing hingga jadi ivent nasional] <small>diakses 3 Mei 2015</small></ref>
 
== Proses Pembuatan Jalur ==
Jalur adalah sejenis perahu yang dibuat dari batang kayu utuh, tanpa dibelah-belah, dipotong-potong atau disambung-sambung. Ciri-cirinya adalah kokoh-kuat, ramping, artistik, sehingga pada waktu berpacu tidak dikhawatirkan pecah, jalannya laju dan sedap dipandang. Pembuatan jalur melalui proses yang cukup panjang, yaitu:<ref name="KI">[http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/994/pacu-jalur-lomba-perahu Pacu jalur lomba perahu] <small>diakses 3 Mei 2015</small></ref>
#Untuk menyusun rencana kerja pertama-tama diselenggarakan musyawarah atau rapek kampung yang dihadiri oleh berbagai unsur seperti pemuka adat, cendekiawan, kaum ibu dan pemuda, dipimpin oleh seorang pemuka desa, biasanya pemuka adat. Bila disepakati untuk membuat jalur, lalu ditentukan langkah lebih lanjut.
#Memilih kayu. Kayu yang dicari itu harus memenuhi persyaratan kwalitas (jenis), ukuran dan lain-lain, terutama bobot magis atau spi¬ritualnya. Jenis kayu yang dipilih adalah kayu banio, kulim kuyiang atau yang lain, harus lurus panjangnya sekitar 25-30 meter, garis te-ngah 1-2 meter dan mempunyai mambang (sejenis makhluk halus). Harus dipertimbangkan agar setelah menjadi jalur dapat mendukung anak pacu 40-80 orang. Dalam acara pemilihan kayu ini peranan pawang sangat penting. Sesudah pilihan ditentukan dibuatlah upacara semah agar kayu itu tidak "hilang" secara gaib.
Baris 31:
== Aturan Permainan ==
[[File:Peserta Pacu Jalur.jpg|thumb|Peserta Pacu Jalur]]
Perlombaan Pacu Jalur Taluk Kuantan memakai penilaian ''sistem gugur''. Sehingga peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Selain itu juga menggunakan ''sistem setengah kompetisi''. DimanaDi mana setiap regu akan bermain beberapa kali, dan regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya. Perlombaan meriah ini dimulai dengan tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam sebanyak tiga kali. Meriam ini digunakan karena bila memakai peluit, suara peluit tidak akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan riuh penonton yang menyaksikan perlombaan.<ref name="GOS"/>
 
Pada dentuman pertama jalur-jalur yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start dengan anggota setiap regu telah berada di dalam jalur. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap (berjaga-jaga) untuk mengayuh dayung. Setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketiga kalinya, maka setiap regu akan bergegas mendayung melalui jalur lintasan yang telah ditentukan. Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas jalur serta jumlah peserta pacu dalam lomba ini tidak dipersoalkan, karena ada anggapan bahwa penentu kemenangan sebuah jalur lebih banyak ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu yang dijadikan jalur dan kekuatan kesaktian sang pawang dalam "mengendalikan" jalur.<ref name="JPNN"/>
Baris 38:
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitamya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini.<ref name="MO"/>
 
Selain sebagai acara olahraga yang banyak menyedot perhatian masyarakat, festiyal Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu tunjuk kekuatan spiritual antar dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, [[Randai]] Kuantan Singingi, dan pementasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten atau kota di [[Riau]].<ref name="MO">[http://melayuonline.com/ind/encyclopedia/detail/196/pacu-jalur pacu jalur] <small>diakses 3 Mei 2015</small></ref>
 
== Referensi ==