Kesultanan Gowa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adrianwijaya (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 65:
=== Abad ke-17 ===
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 053-06.jpg|thumb|280px|Gambar [[Sultan Hasanuddin]] dalam perangko yang diterbitkan tahun [[2006]].]]
Pada tahun [[1666]], di bawah pimpinan [[Cornelis Speelman|Laksamana Cornelis Speelman]], [[VOC]] berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di [[Sulawesi]], tetapi belum berhasil menundukkan Kesultanan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik tahta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan [[VOC]] (Kompeni).
 
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal [[18 November]] [[1667]] bersedia mengadakan [[Perdamaian Bungaya|Perjanjian Bungaya]] di [[Bungaya, Gowa|Bungaya]]. Gowa merasa dirugikan, karena itu [[Sultan Hasanuddin]] mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke [[Batavia]]. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan [[VOC]], hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos [[benteng]] terkuat milik Kesultanan Gowa yaitu [[Benteng Somba Opu]] pada tanggal [[12 Juni]] [[1669]]. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal [[12 Juni]] [[1670]].
Baris 74:
== Keadaan Sosial-Budaya ==
[[Berkas:Taopere.jpg|left|thumb|225px|Deretan kapal ''[[Pinisi]]'' di Pelabuhan [[Paotere]].]]
Sebagai negara maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Gowa memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama [[Islam]] yang disebut ''Pangadakkang''. Dan masyarakat Gowa sangat percaya dan taat terhadap norma-norma tersebut.
 
Di samping norma tersebut, masyarakat Gowa juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan ''Anakarung'' atau ''Karaeng'', sedangkan rakyat kebanyakan disebut ''to Maradeka'' dan masyarakat lapisan bawah disebut dengan golongan ''Ata''<ref>[http://vracarsa.blogspot.com/2015/05/kerajaan-gowa-tallo-kesultanan-makassar.html Kerajaan Gowa-Tallo / Kesultanan Makassar (Lengkap).]</ref>.
Baris 103:
# I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. ([[1677]]-[[1709]])
# La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu ([[1709]]-[[1711]])
# I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
# I Manrabbia Sultan Najamuddin
# I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi; Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun [[1735]]
Baris 116:
# I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna ([[1826]] - wafat [[30 Januari]] [[1893]])
# I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna ([[1893]] - wafat [[18 Mei]] [[1895]])
# I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na; Memerintah sejak tanggal [[18 Mei]] [[1895]], dimahkotai di [[Makassar]] pada tanggal [[5 Desember]] [[1895]], ia melakukan perlawanan terhadap [[Hindia Belanda]] pada tanggal [[19 Oktober]] [[1905]] dan diberhentikan dengan paksa oleh [[Hindia Belanda]] pada [[13 April]] [[1906]], kemudian meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat [[Enrekang]] pada tanggal [[25 Desember]] [[1906]]<ref name ="gowa6">[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/gowa6.htm Genealogi Dinasti Ketiga Kerajaan Gowa di Royal Ark]</ref>
# I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa ([[1936]]-[[1946]])
# Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin ([[1946]]-[[1978]])<ref name ="gowa6"/>
# Andi Maddusila Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II ([[2011]]-[[2014]])<ref>[http://makassar.tribunnews.com/2014/09/01/gelar-raja-gowa-ke-37-diperebutkan-maddusila-dan-kumala Gelar Raja Gowa.]</ref>
# I Kumala Andi Idjo Sultan Kumala Idjo Batara Gowa III Daeng Sila Karaeng Lembang Parang ([[2014]]-Sekarang)<ref>[http://www.kabarmakassar.com/gaya-hidup/inilah-perbedaan-raja-gowa-dulu-dan-sekarang.html Sultan Kumala Idjo: Inilah Perbedaan Raja Gowa Dulu dan Sekarang.]</ref>