Punk in Love: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
Menumpang [[jeep]], mereka berempat menuju ke barat. Jeep tersebut membawa mereka ke Makam Bung Karno di [[Kota Blitar|Blitar]]. Mojo yang mengagumi sosok Bung Karno mendeklamasikan teks proklamasi di depan makam. Setelah itu, mereka menaiki mobil rusak yang diderek ke [[Cepu, Blora|Cepu]]. Di dalam [[mobil]], mereka berdiskusi hebat mengenai masalah anti-kemapanan.
 
Di tempat tujuan, mereka bertemu dengan seorang penjual sate Madura (Suro) dan meminta buatkan 40 tusuk sate. Namun karena keempat anak punk tadi memberi tukang sate itu dengan uang Rp6.000,-, tukang sate itu marah sambil menghunus [[celurit]]. Hampir saja keempat anak punk itu dihabisi kalau Arok tidak meneriakkan kata-kata penyesalan untuk Maia karena tak berhasil menyatakan cinta. Tukang sate itu mengampuni mereka atas dasar kesamaan nasib. Dirinya gagal menikah dengan pujaan hatinya Tiwi karena orang tua Tiwi berniat menjodohkan anaknya dengan seorang juragan garam. Tidak itu saja, mereka dibolehkan membeli 20 tusuk sate tanpadan empat lontong seharga Rp6.000,- asalkan mereka sendiri yang membakar.
Almira, Arok, Mojo, dan Yoji meneruskan perjalanan ke [[Kota Semarang|Semarang]] dengan menumpang minibus. Di tengah perjalanan, Yoji merasa ingin buang air besar akibat sate yang dimakan semalam. Akhirnya, Yoji buang air besar di [[jendela]], tapi [[tinja]]nya malah mengenai mobil di belakangnya, yang ternyata dikemudikan anggota TNI-AD (Rudy). Sebagai hukuman, Arok, Mojo, dan Yoji dihukum ''[[push-up]]'' di depan sebuah kelenteng, sementara Almira disuruh membersihkan tinja yang bercokol di kaca mobil.