Teologi Katolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik
Baris 14:
Teologi yang fundamental atau teologi dasar berkaitan dengan dogma atau ajaran Gereja. Di sini teologi adalah usaha untuk memahami kebenaran iman dengan menyelidiki rumusan ajaran Allah yang disampaikan entah melalui sumber-sumber Tradisi, Kitab suci, entah wewenang mengajar Gereja (Magisterium).
 
Dalam Tradisi terdapat prinsip bahwa penyampaian ajaran Kristus dari zaman ke zaman harus utuh dan lengkap. Sebab ajaran yang utuh dan lengkap itu adalah “wasiat iman” (depositum fidei). Karena itu selalu ada sikap berjaga-jaga konservatif atas kemurnian ajaran di dalam Gereja Katolik. Hal itu terutama ditujukan pada fondasi dan kerangka bangunan iman Gereja yang berasal dari Allah sejauh yang dipahami dalam Tradisi dan dinyatakan dalam Kitab Suci. Hal-hal lain yang bersifat tradisi manusia bisa berubah dalam ajaran Gereja. Maka secara garis besar ajaran Gereja Katolik dari zaman ke zaman bisa terlihat sama saja. Pembaruan hanya terjadi pada cara menerangkan, artikulasi serta penekanan, sesuai dengan bahasa dan kosa kata zaman, serta apa yang perlu dimengerti pada zaman itu, tetapi isi pokoknya adalah tetap tidak berubah.
 
Pokok-pokok iman diajarkan. Pokok iman yang autentik dirangkum dalam dua macam pengakuan iman. Yang pertama adalah pengakuan iman rasuli yang mengalir dari Tradisi (lihat: ''Puji Syukur 1''). Pengakuan iman ini diajarkan sebelum baptis, dan diucapkan pada waktu baptis. Yang kedua adalah pengakuan iman hasil konsili Nikea-Konstantinopel yang adalah kesimpulan pergumulan teologi yang panjang dari Gereja, maka disebut pengakuan iman Gereja, dan diucapkan Gereja dalam upacara-upacara liturgi yang besar (lihat: ''Puji Syukur'' 2).
 
* Allah Tritunggal Mahaesa
Baris 24:
Pengakuan iman menyatakan “Percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi” – “yang kelihatan maupun tidak kelihatan”. Teologi berusaha menjelaskan pokok iman itu baik melalui teologi kodrati yang menekankan peran akal budi, maupun teologi adikodrati yang menekankan peran wahyu ilahi dengan bukti-bukti alkitabiah (lih Katekismus Gereja Katolik no. 198-421). Sepanjang tahun 1999 Paus Yohanes Paulus mengajak umat merenungkan Allah Bapa melalui acara audiensi umum yang dilakukannya setiap hari Rabu dalam rangka menyambut milenium baru.
 
Selanjutnya pengakuan iman menyatakan semua fakta yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian Baru: “Percaya akan Yesus Kristus, PuteraNya yang Tunggal Tuhan kita,” – “Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, Ia dilahirkan, bukan dijadikan. Sehakikat dengan Bapa, segala sesuatu dijadikan olehNya. Ia turun dari surga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria, dan menjadi manusia”, “Dikandung dari Roh Kudus dilahirkan oleh Perawan Maria”—“Menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus” – “Iapun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan” – “Disalibkan, wafat dan dimakamkan, turun ke tempat penantian” – “Pada hari ketiga Ia bangkit” – “dari antara orang mati” – “menurut Kitab Suci” – “Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa” – “Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa” – Dari situ Ia akan datang” – “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati”. Teologi menjelaskan pokok-pokok iman itu dalam kajian [[Kristologi]]. (Lihat juga Katekismus Gereja Katolik no. 422-682).
 
Pokok iman berikutnya adalah: “Percaya akan Roh Kudus” – “Dia Tuhan yang menghidupkan. Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.” Teologi merenungkan dan menjelaskan Roh Kudus dalam kajian [[Pneumatologi]]. (Lihat juga Katekismus Gereja Katolik no. 683-747).
 
Pokok iman berikutnya adalah: “Percaya akan Roh Kudus” – “Dia Tuhan yang menghidupkan. Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.” Teologi merenungkan dan menjelaskan Roh Kudus dalam kajian [[Pneumatologi]]. (Lihat juga Katekismus Gereja Katolik no. 683-747).
 
* Penciptaan
Baris 50 ⟶ 49:
:* Penyertaan Maria (Mariologi)
Inkarnasi Allah menjadi manusia dalam rangka tata keselamatan ilahi dan penebusan manusia terlaksana melalui peran serta Santa Perawan Maria. Ketaatan Maria kepada kehendak Allah menjadi teladan bagi umat Katolik. Bagaimana ia "terberkati" dalam arti "penuh rahmat", makna sebutan "Bunda Allah" (theotokos), keperawanan atau kemurnian hatinya, serta doa perantaraannya (berdasar Yoh 2:2-5)mempunyai makna khusus bagi umat Katolik. Berkaitan dengan jasa Yesus Kristus Puteranya, menurut tradisi yang berusaha memahami wahyu ilahi, Maria menjadi orang pertama yang menerima buah-buah penebusan (dogma Maria dikandung tanpa noda dosa, dan Maria diangkat ke surga dengan mulia).
 
 
Perawan Maria Sebagai Bunda Allah:
Baris 74 ⟶ 72:
 
* Eklesiologi umat perdana
Pemahaman umat perdana atas Gereja dapat ditangkap dari Kisah Para Rasul, Surat-surat Paulus, dan tulisan Yohanes. Namun di baliknya terdapat latar belakang dari pengertian mengenai “himpunan kudus” (miqr’a qodesy), “bangsa yang suci” (Ul 7:6) Perjanjian Lama: satu bangsa (dari Abraham (Kej 17:17), satu tanah air (Kej 17:8) , dan satu bahasa (Yes 19:18).
 
Setelah kebangkitan Kristus, himpunan umat itu mengarah pada pemisahan dari Israel, dan dalam Kristus menjadi Israel baru yang sejati (Gal 3:29; Rm 9:6) dengan dimensi bangsa (komunio, persekutuan para kudus), tanah air (surga) dan bahasa yang baru (kasih). Unsur utama di dalam paham Paulus adalah rahmat panggilan Allah yang terus bekerja dan menghimpun serta mempersatuan Gereja. Dalam Ef dan Kol Paulus mengemukakan pandangan Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup dari Kristus sebagai kepalanya. Dalam Rm 12 dan 1Kor 12 tubuh Kristus lebih dikaitkan dengan kesatuan dan persatuan.
Baris 85 ⟶ 83:
Setelah Yerusalem dihancurkan Roma pada tahun 70 murid-murid Tuhan terpencar-pencar dalam diaspora. Sebagian hidup dalam himpunan seperti di Antiokhia, di Efesus, di Korintus, bahkan di Aleksandria dan Roma. Sebagian karena melihat penganiayaan di mana-mana “menyendiri” (itulah artinya monistis), baik betul-betul sendirian sebagai pertapa (eremit), maupun berkelompok dalam satu biara (menjadi rahib). Tujuannya adalah kesucian.
 
Zaman para Bapa Gereja (patristik) kurang lebih terentang antara tahun 150 hingga 800. Paham tentang Gereja bersumber dari tafsir Kitab Suci dan tekanan yang bersifat kristologis. Pada masa ini St Hieronimus menerjemahkan Kitab Suci Yunani (LXX) ke dalam bahasa Latin. Paham mereka tentang Gereja belum sistematik dan lebih tipologis. Nuansa asketis (mengejar kesucian dengan laku saleh) dan monistis (bersifat kebiaraan) sangat menonjol.
 
Teologi asketis (mati raga, tapa, berkorban) diutamakan, sehingga himpunan-himpunan awam yang tidak melakukan itu dianggap warga kelas dua. Persekutuan para kudus mendapat penekanan. Santo Agustinus (354-450) menyebut civitas Dei (umat Allah) namun yang diperhatikan di dalamnya bukan persaudaraan, melainkan ibadat. Tokoh lain yang terkenal adalah St Antonius (251-336) yang memberikan peraturan-peraturan awal. Regula kebiaraan selanjutnya bersumber pada St Beneditus (480-543). Maka Gereja bersifat sakramental. Dan tanda sakramental itu mengikuti nasihat Injil untuk hidup miskin di hadapan Allah dan dalam ketaatan kepada Allah seperti yang terdapat dalam Mrk 10:17-22.
 
Pada zaman patristik inilah Gereja dipahami dengan empat cirinya: satu, kudus, katolik, apostolik. Ciri ini diteguhkan dalam Konsili Nicea (326).
 
Kesatuan mengalir dari misteri Allah Tritunggal, yang dikehendaki Yesus agar ada pada para muridnya (Yoh 17), dan St Paulus menekankan kesatuan oleh ikatan damai sejahtera (Ef 4:3) dan “sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” (Flp 2:2). Walaupun ada perbedaan ritus ibadat, namun gereja adalah satu (ritus Roma, ritus Ambrosius, ritus Aleksandria atau Koptis, Ritus Bizantin, Siria, Armenia, Maronit dan Kaldea.
 
Ciri katolik berarti menyeluruh. St Ignatius dari Antiokia pada tahun 110 menyatakan, “Di mana Kristus berada, di situ ada Gereja Katolik.” Keseluruhan Gereja hadir ketika umat beribadat bersama Kristus pada hari Minggu di Jakarta. Keseluruhan Gereja hadir di mana-mana. Tetapi kekatolikan bukan sesuatu konsep yang melayang-layang, konsep itu dikaitkan dengan sesuatu yang permanen, tetap, dan menunjukkan jati diri. Maka kita mengenal Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik di Indonesia. Pada tahun-tahun awal kekristenan, banyak bapa Gereja memandang perlu kesatuan gereja-gereja setempat (Galatia, Tesalonika, Korintus, Efesus dll) dengan Roma, “yang unggul memimpin dalam kasih” (Epistula ad Romanos 1,1), sebagai tanda katolisitas.
 
 
 
* Eklesiologi Konsili Vatikan I dan Institusionalisme
 
* Eklesiologi "Mistici Corporis"
 
* Eklesiologi Konsili Vatikan II
 
Baris 113 ⟶ 107:
 
=== Teologi Pastoral ===
Mengenai penerapan isi iman dalam praktekpraktik menurut situasi dan kondisi konkret.
 
=== Teologi Sosial ===
Baris 164 ⟶ 158:
# Dr. Tom Jacobs, 1988, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru. Kanisius.
# Dr. Tom Jacobs, Dinamika Gereja. Kanisius.
 
{{Katolik-stub}}
 
[[Kategori:Teologi]]
 
 
{{Katolik-stub}}
 
[[it:Teologia cristiana#Teologia cattolica]]