Skisma Timur–Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
→‎Skisma Besar: hapus opini yg 'mengipas-ngipasi'
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: dari pada → daripada (4)
Baris 2:
[[Berkas:Council of Constantinople 381 BnF MS Gr510 fol355.jpg|thumb|250px|[[Konsili Ekumenis]] kedua yang menghasilkan [[Pengakuan Iman Nicea|Kredo Nicea]] menempati jantung permasalahan teologis terkenal yang melatarbelakangi Skisma Timur-Barat. (Ilustrasi, 879-882 Masehi, dari manuskrip, ''Homili-Homili Gregorius Nazianzus'', [[Bibliothèque nationale de France]])]]
 
'''Skisma Timur-BaratTimur–Barat''', atau '''Skisma Besar''', mencabik [[Agama Kristen|Kekristenan]]
[[Khalsedonia]] menjadi bagian Barat (Latin) dan bagian Timur (Yunani), yakni [[Gereja Katolik Roma|Katolisisme]] Barat dan [[Gereja Ortodoks Timur|Orthodoksi]] Timur. Meskipun biasanya dikatakan terjadi pada tahun [[1054]], Skisma Timur-BaratTimur–Barat sebenarnya adalah akibat dari keterasingan antara dunia Kristen Latin dan Yunani yang berlangsung lama. Sebab-musabab [[skisma]] ini adalah permasalahan otritas [[Paus (Katolik Roma)|paus]]—[[Paus Leo IX]] mengklaim bahwa dia memegang otoritas atas empat [[patriarkh|patriark]] Timur—serta permasalahan [[filioque|klausa filioque]] yang disisipkan ke dalam [[Pengakuan Iman Nicea|Kredo Nicea]] oleh Gereja Barat. Umat Ortodoks Timur sekarang ini mengklaim bahwa primasi Patriark Roma bersifat kehormatan belaka, dan bahwa dia memiliki otoritas hanya atas [[keuskupan]]nya serta tidak memiliki otoritas untuk mengubah keputusan-keputusan [[Konsili Ekumenis|konsili-konsili ekumenis]]. Ada pula beberapa katalis lainnya yang kurang penting dari skisma tersebut, termasuk perbedaan dalam praktik-praktik [[liturgi]]s dan klaim-klaim yurisdiksi yang tumpang-tindih.
 
Gereja terpecah dalam hal [[doktrin]], [[teologi]], [[bahasa|linguistik]], [[politik]], serta [[geografi]], dan perpecahan fundamental tersebut belumlah pulih. Dapat dikatakan bahwa kedua Gereja telah dipersatukan kembali pada tahun [[1274]] (oleh [[Konsili Lyons II]]) dan pada tahun [[1439]] (oleh [[Konsili Basel]]), namun dalam tiap kasus konsili-konsili tersebut dimentahkan kembali oleh pihak Ortodoks secara keseluruhan, dengan alasan bahwa para hierark telah melampaui otoritas mereka dengan memberi kata setuju untuk bersatu kembali. Upaya-upaya selanjutnya untuk mempersatukan kembali kedua belah pihak telah gagal.
Baris 22:
* Permasalahan apakah negeri-negeri [[Balkan]], Italia Selatan, dan [[Sisilia]] termasuk dalam yurisdiksi Gereja Barat ataukah Gereja Timur.
* Penyebutan [[Patriark Konstantinopel]] sebagai [[patriarkh|patriark]] [[ekumenis]], yang difahami Roma sebagai ''patriark universal'' dan oleh karena itu dipermasalahkan.
* Permasalahan mengenai apakah Patriark Roma, [[Paus (Katolik Roma)|Sri Paus]], harus dipandang sebagai otoritas yang lebih tinggi dari padadaripada patriark-patriark yang lain.
* Konsep [[Kaisaropapisme]], penyatuan otoritas keagamaan dan politik tertinggi, yang lebih kuat di Konstantinopel, tempat kedudukan kaisar, dari padadaripada di Roma yang jauh secara geografis dan sampai taraf tertentu menghindar untuk tunduk pada kekuasaan kaisar.
* Setelah bangkitnya [[Islam]], melemahnya pengaruh para patriark [[Antiokhia]], [[Yerusalem]], dan [[Iskandariyah|Aleksandria]], mengakibatkan politik internal Gereja semakin dipandang sebagai Roma versus Konstantinopel.
* Praktek-praktik [[liturgi]]s tertentu di Barat yang diyakini Timur merepresentasikan inovasi: penggunaan roti tidak beragi untuk [[Ekaristi]], misalnya.
Baris 36:
Sementara itu, Bangsa Normandia sibuk menggubah adat-kebiasaan Latin, termasuk roti tidak beragi—dengan persetujuan paus. Hal ini menjengkelkan [[Patriark Kerularius]], yang memerintahkan gereja-gereja Latin di Konstantinopel untuk mengadopsi tata-cara Timur dan ketika mereka menolak, dia menutup gereja-gereja itu (meskipun potongan informasi ini dipertanyakan oleh banyak sejarawan sekarang ini; tampaknya beberapa gereja Latin tetap dibuka bahkan sampai bertahun-tahun kemudian). Dia kemudian memerintahkan [[Leo, Uskup Agung Ochrid]], kepala Gereja [[Bulgaria]], untuk menulis sepucuk surat kepada Uskup [[Trani]], Yohanes, seorang Timur, dalam mana dia menyerang praktik-praktik "ke-Yahudi-Yahudian" orang-orang Barat. Surat itu dikirim Yohanes kepada seluruh uskup di Barat, termasuk paus. Sepucuk surat itu jatuh ke tangan [[Humbertus dari Mourmoutiers]], [[Kardinal-Uskup Silva Candida]], yang pada saat itu berada di keuskupan Yohanes. Humbertus menerjemahkan surat itu ke dalam [[Bahasa Latin]] dan menyampaikannya kepada paus, yang memerintahkan untuk menulis balasannya yang berisi jawaban untuk masing-masing tuduhan beserta pembelaan atas supremasi kepausan.
 
Sekalipun adalah seorang yang lekas naik darah, Kerularius berhasil diyakinkan, mungkin oleh kaisar dan Uskup Trani, untuk menghindari perdebatan dan mencegah perpecahan. Akan tetapi Humbertus dan paus tidak mendiamkannya, Humbertus diutus dengan kuasa sebagai legatus ke ibukota kekaisaran guna mengakhiri permasalahan sekali dan untuk selamanya. Humbertus, [[Paus Stefanus IX|Fredericus dari Lorraine]], dan Petrus, uskup agung [[Amalfi]] berangkat di awal musim semi dan tiba pada bulan April [[1054]]. Namun penyambutan yang mereka terima tidaklah seperti yang mereka harapkan, sehingga mereka dengan segera meninggalkan istana, meninggalkan surat jawaban dari paus pada Kerularius, yang justru lebih geram dari padadaripada mereka. Meterai-meterai pada surat itu telah dirusak dan para legatus tersebut telah mempublikasikan, dalam Bahasa Yunani, draft awal surat tersebut yang tidak sesopan suratnya, untuk dibaca seluruh masyarakat. Patriark menganggap para legatus itu lebih buruk dari padadaripada sekedar orang-orang Barat liar biasa, mereka adalah pembohong dan penipu. Dia menolak mengakui otoritas mereka atau, secara praktis, keberadaan mereka.<ref>[[John Julius Norwich|Norwich, John Julius]]. ''The Normans in the South 1016-1130''. ([[1967]]) pg 102.</ref>
 
Ketika Paus Leo mangkat pada [[19 April]] [[1054]], otoritas para legatus tersebut secara hukum berakhir, namun tampaknya hal tersebut tidak mereka sadari. Penolakan patriark untuk segera membicarakan isu-isu tersebut mendorong misi perutusan itu mengambil tindakan ekstrem: pada [[16 Juli]], ketiga legatus memasuki gedung gereja [[Hagia Sophia]] sewaktu liturgi suci pada hari Sabtu sore dan meletakkan selembar [[Bulla kepausan]] berisi pernyataan [[ekskomunikasi]] ([[1054]]) di atas altar. Para legatus berangkat ke Roma dua hari sesudahnya, meninggalkan kota yang terancam pecahnya huru-hara itu. Patriark didukung sepenuhnya oleh masyarakat melawan kaisar, yang telah mendukung para legatus, serta Argyrus, yang tetap dipandang sebagai seorang sekutu paus. Untuk meredakan kemarahan massa, keluarga Argyrus di Konstantinopel ditahan, bulla dibakar, dan para legatus di[[anathema]]—terjadilah Skisma Besar.
 
Uskup Ortodoks [[Kallistos Ware]] (sebelumnya bernama Timothy Ware) menulis, "dipilihnya Kardinal Humbertus sebagai legatus merupakan tindakan yang kurang menguntungkan, karena baik dia maupun Kerularius merupakan orang-orang yang kaku dan berpendirian teguh. . . . Seusai pertemuan pertama yang tak bersahabat itu, patriark menolak melanjutkan pembicaraan dengan para legatus. Humbertus serta-merta kehilangan kesabarannya dan meletakkan selembar bulla berisi pernyataan ekskomunikasi atas Kerularius pada altar gereja Hikmat Kudus. . . . Kerularius beserta sinodenya membalas dengan menganathema Humbertus (bukan Gereja Romawi)" (The Orthodox Church, 67).
 
Dalam ''New Catholic Encyclopedia'' dikatakan, "Skisma tersebut umumnya dianggap terjadi pada tahun [[1054]], yakni tahun terjadinya rentetan peristiwa yang kurang menguntungkan tersebut. Namun penyimpulan tersebut tidaklah tepat, karena yang tertera dalam bulla rancangan Humbertus, hanyalah ekskomunikasi atas Patriark Kerularius. Validitas bulla itu patut dipertanyakan karena Paus Leo IX telah mangkat saat itu. Di lain pihak, sinode Byzantium hanya mengekskomunikasikan para legatus dan sama sekali tidak menyerang Sri Paus ataupun Gereja Latin."
 
=== Upaya-upaya awal untuk rekonsiliasi ===
"Bahkan sesudah tahun [[1054]], hubungan baik antara Timur dan Barat terus berlanjut. Kedua belah kubu dunia Kristiani itu belumlah menyadari jurang lebar perpisahan yang terbentang di antara mereka. . . . Permasalahan yang terjadi masihlah sesuatu yang sangat tidak disadari oleh umat Kristiani awam di Timur dan Barat" (Ware, 67).
 
Tak ada satu peristiwa tunggal yang menandai perpecahan itu. Justru kedua Gereja terjerumus dan keluar dari skisma selama satu periode waktu dalam beberapa abad, ditandai dengan rekonsiliasi sementara. Akan tetapi dalam [[Perang Salib IV]] para serdadu Latin, dalam perjalanan mereka ke Timur, menjarah [[Konstantinopel]] dan mencemari [[Hagia Sophia]]. Periode kelam penguasaan atas Kekaisaran Byzantium yang habis dijarah itu masih dikenang umat Kristiani Timur sebagai [[Fragkokratia]]. Setelah itu, perpecahan menjadi permanen. Upaya-upaya rekonsiliasi yang kelak dilakukan, seperti [[Konsili Lyon II]], hanya sedikit saja atau tidak menemui hasil.
Baris 52:
Pada [[abad ke-12]], [[Gereja Maronit]] di [[Libanon]] dan [[Syria]] berrekonsiliasi dengan [[Gereja Katolik Roma|Gereja Roma]], dengan tetap mempertahankan sebagian besar liturgi Syrianya. Antara waktu itu dan abad ke-20, beberapa gereja Ortodoks Timur dan Oriental menjalin komuni penuh dengan Gereja Katolik Romawi, sehingga terbentuklah [[Ritus Timur|Gereja-Gereja Katolik Timur]] yang berada dalam persekutuan penuh dengan [[Tahta Suci]], namun secara berbeda dengannya secara liturgis dan hierarkis.
 
[[Deklarasi bersama Katolik-Ortodoks tahun 1965]] diumumkan pada [[7 Desember]] [[1965]], secara bersamaan dalam sebuah pertemuan umum dari [[Konsili Vatikan II]] di Roma dan dalam sebuah upacara khusus di Konstantinopel. Deklarasi ini menarik kembali [[ekskomunikasi]] satu sama lain antara para pejabat tinggi gerejawi di Keuskupan Roma dan [[Patriarkat Ekumenis Konstantinopel]] tahun [[1054]]. Deklarasi ini tidak mengakhiri Skisma Timur-BaratTimur–Barat namun menunjukkan adanya niat mencapai rekonsiliasi yang lebih besar lagi antara kedua Gereja, yang masing-masing diwakili oleh [[Paus Paulus VI]] dan [[Patriark Athenagoras I|Patriark Ekumenis Athenagoras I]].
 
[[7 Mei]]-[[9 Mei]] [[1999]]: atas undangan [[Teoctist]], Patriark [[Gereja Ortodoks Romania]], [[Paus Yohanes Paulus II]] mengunjungi [[Romania]]. Peristiwa ini merupakan kunjungan pertama yang dilakukan seorang [[Paus (Katolik Roma)|paus]] ke sebuah negara [[Ortodoks Timur]] sejak Skisma Besar.<ref>Lihar pula Audiensi Umum Yohanes Paulus II, 12 Mei 1999 - Refleksi atas kunjungan ke Romania [http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/audiences/1999/documents/hf_jp-ii_aud_12051999_en.html ]</ref> Seusai [[misa]] yang digelar di Izvor Park, [[Bucharest]], kerumunan massa (baik Katolik Romawi maupun Ortodoks Timur) menyanyikan "Persatuan!" Meskipun kenyataannya Paus Yohanes Paulus II tidaklah turut serta sebagai seorang konselebran, namun hanya menghadiri [[liturgi]] Ortodoks yang dipimpin Patriark Romania, para rahib Yunani di [[Gunung Athos]] menolak menerima para imam dan [[hieromonakos]] Romania sebagai konselebran dalam liturgi mereka sampai beberapa tahun kemudian. Patriark Teoctist mengunjungi [[Kota Vatikan]] atas undangan Paus Yohanes Paulus II dari tanggal [[7 Oktober]]–[[14 Oktober]] [[2002]].