Alauddin al-Qahhar dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Baris 5:
== Kampanye militer ==
Pada saat naik tahta, Sultan Alauddin Al-Qahhar nampak menyadari kebutuhan Aceh untuk meminta bantuan militer kepada Turki. Bukan hanya untuk mengusir [[Portugis]] di [[Malaka]], namun juga untuk melakukan ''futuhat'' ke wilayah-wilayah lain, khususnya daerah pedalaman [[Sumatera]], seperti daerah [[Batak]] pada tahun [[1539]]. Dalam penyerbuan itu, ia menggunakan pasukan [[Turki]], [[Bangsa Arab|Arab]], dan [[Abbesinia]].<ref>{{cite book
| last = Pusponegoro
| first = Marwati Djuned
| authorlink = Marwati Djuned Pusponegoro
| title = Sejarah Nasional Indonesia Jilid III
| publisher = Balai Pustaka
| date = 1984
| pages = 33
| doi =
| isbn = }}</ref> Pasukan Turki berjumlah 160 orang ditambah 200 orang tentara dari Malabar membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Mendez Pinto, yang mengamati perang antara pasukan Aceh dengan Batak melaporkan kembalinya armada Aceh di bawah komando orang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasha di [[Kairo]].<ref>{{cite book
| last = Azra
| first = Azyumardi
| authorlink = Azyumardi Azra
| title = Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
| publisher = Prenada Media
| date = 2004
| pages = 27-28
| doi =
| isbn = }}</ref>
 
Ia juga menyerang [[Kerajaan Aru]], tetapi dilawan oleh pasukan [[Kesultanan Johor]]. Tahun [[1547]], secara pribadi ia terlibat dalam serangan yang gagal ke [[Kesultanan Malaka]]. Setelah kejadian ini, Aceh berubah menjadi negara yang damai selama 10 tahun pada dekade [[1550-an]].
Baris 29:
 
== Referensi ==
 
{{refbegin}}
* M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', Stanford: Stanford University Press, 1994, pages 33.