Mandar dengkur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 42:
Habitat khas spesies ini vegetasi lebat di daerah basah. Ini mungkin termasuk [[bambu]] yang tak dapat ditembus dan [[liana]] di hutan, [[rotan]] di hutan yang tumbuh kembali, atau [[Miscanthus sinensis|rumput gajah]] dan semak-semak di lereng bukit [[Semenanjung Minahasa]]. Klaim bahwa spesies ini ada di sawah diyakini karena kebingungan dengan mandar bergaris kekuning-kuningan.<ref name=hbwonline/> Mandar dengkur hidup di permukaan laut hingga 1.300 m.<ref name=taylor/>
==
Habitatnya yang tidak dapat diakses dan distribusi jarang berarti bahwa sedikit yang diketahui tentang spesies ini. Beberapa burung ditembak oleh Platen dan ekspedisi lain yang dipimpin oleh [[Paul Sarasin]] dan sepupu keduanya, [[Fritz Sarasin|Fritz]], antara 1893 dan 1898,<ref name=meyer2> Meyer & Wiglesworth (1898) vol. 2, pp. 690–692. </ref> tetapi mandar kemudian tidak terlihat selama lebih dari tiga puluh tahun sampai Heinrich menemukannya hampir di akhir survei dua tahun dari Sulawesi, kemudian dikenal sebagai Celebes. Dia menggambarkan burung ini sebagai "tangkapan paling berharga yang pernah saya buru atau akan saya buru".<ref name= collar>{{cite journal |last1= Collar |first1=Nigel J|year=2009 |title= Pioneer of Asian ornithology: Gerd Heinrich | journal= BirdingASIA | volume=11 | pages=33–40 | url =http://people.ds.cam.ac.uk/cns26/njc/Papers/Gerd%20Heinrich%20pioneer%20of%20Asian%20ornithology.pdf }}</ref> Lebih dari satu dasawarsa kemudian, ahli ornitologi Belanda Louis Coomans de Ruiter juga membutuhkan satu tahun untuk menemukan mandar ini, meskipun berkonsentrasi pada habitat yang dikenal cocok.<ref name=birdbase/> Kemudian tidak ada penampakan didokumentasikan sampai burung-burung diamati pada tahun 1983 dan 1989.<ref name= Watling>{{cite journal |last1= Watling|first1=Dick |year=1983 |title= Ornithological notes from Sulawesi | journal= Emu | volume= 83 | pages= 247–261 | url = |doi=10.1071/mu9830247|jstor= |issue=}}</ref><ref name= lambert>{{cite journal |last1= Lambert |first1= Frank |year= 1989|title= Some observations of the endemic rails | journal= Kukila | volume= 4| pages=34–36 | url = http://kukila.org/index.php/KKL/article/view/47 |doi=|jstor= |issue=1}} (registrasi diperlukan)</ref> Catatan penglihatan tetap jarang,<ref name=birdbase/> dan hanya sekitar sepuluh spesimen mayat telah dipelajari.<ref name = IUCN/>
Mandar dengkur menangkap kepiting di sungai dataran tinggi, dan krustasea ini mungkin makanan utama. Burung ini juga mencari makan di daerah berlumpur, dan telah dicatat sebagai mengkonsumsi kadal.<ref name=taylor>Taylor & van Perlo (1998) pp. 329–331.</ref> Tidak ada yang diketahui tentang perilaku pembiakannya selain laporan bahwa burung dewasa terlihat makan dengan dua anak ayam pada bulan Agustus 1983,<ref name=hbwonline/> tetapi laporan asli tidak memberikan rincian dari penampakan yang diklaim.<ref name= kukila>{{cite journal |last1= Andrew |first1= Paul |last2= Holmes |first2=Derek A|year=1990 |title= Sulawesi Bird Report | journal= Kukila | volume=5 | pages=4–26 | url = http://kukila.org/index.php/KKL/article/view/78/77 |doi=|jstor= |issue=1}} (registrasi diperlukan)</ref>
==Status==
Mandar dengkur dibatasi untuk Sulawesi dan Buton, dan memiliki perkiraan populasi 3,500-15,000 individu. Jumlahnya diperkirakan akan menurun, dan jangkauan terbatas dan populasi kecil berarti bahwa spesies diklasifikasikan sebagai [[Spesies rentan|Rentan]] oleh [[International Union for Conservation of Nature]] (IUCN).<ref name=IUCN/>
Mungkin burung ini telah menyebar sedikit, tetapi terdapat pengawahutanan luas dalam jangkauannya yang mengakibatkan kehilangan dan fragmentasi habitat yang sesuai. Mandar ini telah dilindungi oleh hukum Indonesia sejak tahun 1972, dan [[Taman Nasional Lore Lindu]] dan [[Taman Nasional Bogani Nani Wartabone]] besar berada dalam jangkauannya, tetapi penebangan dan pemotongan rotan terjadi bahkan di daerah-daerah yang dilindungi, dan perambahan manusia juga masalah di Lore Lindu. Mandar ini ditangkap untuk makanan di masa lalu, dan kadang-kadang dibunuh oleh anjing, kucing dan predator diintroduksi lainnya.<ref name=IUCN/><ref name= roots> Roots (2006) pp. 56–57. </ref> Sebuah survei tahun 2007 dari kawasan lindung Sulawesi gagal menemukan mandar ini, menunjukkan bahwa burung ini benar-benar langka bahkan dalam kawasan lindung.<ref name= lee>{{cite journal |last1= Lee |first1= Tien Ming |last2= Sodhi |first2= Navjot S |last3=Prawiradilaga |first3= Dewi M |year=2007 |title= The importance of Protected Areas for the forest and endemic avifauna of Sulawesi (Indonesia) | journal= Ecological Applications | volume=17 | pages=1727–1741 | url = |doi=10.1890/06-1256.1|jstor=40062070 |issue=6}}</ref>
== Referensi ==
|