Mohammad Yamin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zekti (bicara | kontrib)
k →‎Keluarga: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 53:
 
== Kesusastraan ==
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade [[1920-an]] semasa dunia [[sastra Indonesia]] mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan [[bahasa Melayu]] dalam [[jurnal]] ''Jong Sumatera'', sebuah jurnal [[bahasa Belanda|berbahasa Belanda]] pada tahun [[1920]]. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk [[bahasa Melayu Klasik]].
 
Pada tahun [[1922]], Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, ''Tanah Air''; yang dimaksud tanah airnya yaitu [[Orang Minang|Minangkabau]] di [[Sumatera]]. ''Tanah Air'' merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.
 
Himpunan Yamin yang kedua, ''Tumpah Darahku'', muncul pada [[28 Oktober]] [[1928]]. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang [[Nasionalis|pejuang kebangsaan]] memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu [[bangsa]], dan satu [[bahasa Indonesia]] yang tunggal. Dramanya, ''Ken Arok dan Ken Dedes'' yang berdasarkan sejarah [[Jawa]], muncul juga pada tahun yang sama.
 
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak [[drama]], [[esei]], novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya [[William Shakespeare]] (drama [[Julius Caesar (drama)|''Julius Caesar'']]) dan [[Rabindranath Tagore]].
 
== Politik ==
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi [[Jong Sumatranen Bond]]<ref>{{cite book|first=Parakitri Tahi|last=Simbolon|title=Menjadi Indonesia|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2006}}</ref> dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada [[Kongres Pemuda II]]. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan [[Bahasa Indonesia]], yang berasal dari [[Bahasa Melayu]], sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
 
Pada tahun [[1932]], Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun [[1942]]. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama [[Adenan Kapau Gani]] dan [[Amir Sjarifoeddin]], ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota [[Volksraad]].
 
Semasa pendudukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] (1942-1945), Yamin bertugas pada [[Pusat Tenaga Rakyat]] (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.<ref>Hukumonline.com [http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23182/muhammad-yamin-pelopor-hak-asasi-manusia-di-awal-republik- Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik]</ref> Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Semenanjung Malaya]], [[Timor Portugis]], serta semua wilayah [[Hindia Belanda]]. [[Soekarno]] yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi [[Presiden Republik Indonesia]] yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Baris 70:
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota [[DPR]] sejak tahun 1950, [[Menteri Kehakiman Republik Indonesia|Menteri Kehakiman]] (1951-1952), [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan]] (1953–1955), [[Menteri Sosial Republik Indonesia|Menteri Urusan Sosial dan Budaya]] (1959-1960), [[Daftar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional|Ketua Dewan Perancang Nasional]] (1962), Ketua Dewan Pengawas [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|IKBN Antara]] (1961–1962) dan [[Menteri Penerangan]] (1962-1963).
 
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan [[tahanan politik]] yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa [[grasi]] dan [[remisi]], ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antaraperguruan tinggi yang ia dirikan adalah [[Universitas Andalas]] di [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatera Barat]].
 
== Keluarga ==
Baris 82:
* Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
* Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
* Tan Malaka, 1945
* Gadjah Mada (novel), 1948
* Sapta Dharma, 1950
* Revolusi Amerika, 1951
* Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951
* Bumi Siliwangi (Soneta), 1954
* Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
* Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956
* 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
* Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 1960, 3 jilid
* Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
 
== Penghargaan ==
* [[Bintang Mahaputra]] RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan bangsa
* Tanda penghargaan dari [[Pusat Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia|Corps Polisi Militer]] sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
* Tanda penghargaan [[Panglima Kostrad]] atas jasanya menciptakan Pataka [[Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat]]
 
Baris 112:
{{s-off}}
{{kotak suksesi | jabatan = [[Menteri Penerangan Indonesia]] | pendahulu = [[Maladi]] | pengganti = [[Roeslan Abdulgani]] | tahun = 1962}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Daftar Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia ]] | tahun = 1953–1955| pendahulu = [[Bahder Djohan]] | pengganti = [[RM Suwandi]]}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Menteri Kehakiman Republik Indonesia|Menteri Kehakiman Indonesia ]] | tahun = 1951–1952 | pendahulu = [[Wongsonegoro]] | pengganti = [[Lukman Wiriadinata]]}}
{{Kotak_selesai}}