Aisjah Dachlan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 13:
| other_names =
| alma_mater =
| occupation = [[Pengajar]], [[aktivis]], [[ulama ]] , [[politisi]]
| known_for = - Pejuang kemerdekaan Indonesia<br>- Anggota [[Konstituante]]<br>- Anggota [[MPRS]]<br>- Ketua Muslimat [[NU]]
| religion = [[Islam]]
Baris 23:
 
== Riwayat ==
==== Kehidupan ====
Aisyah merupakan seorang perempuan [[Orang Minang|Minangkabau]] asal Pariaman, Sumatera Barat. Karena aktivitasnya di tingkat nasional, Aisyah banyak berkenalan dengan para tokoh lainnya. Suatu ketika ia ditawari oleh seorang pejabat untuk bekerja sebagai staf [[Daftar Menteri Agama Indonesia|menteri agama]] yang saat itu dijabat oleh [[Muhammad Dahlan]]. Tawaran itu diterima oleh Aisyah, namun sang pejabat sebenarnya punya maksud lain, yaitu ingin mencarikan calon istri bagi Muhammad Dahlan yang telah menduda karena ditinggal istrinya yang telah meninggal dunia. Setelah dirembukkan dengan Rais Am [[PBNU]], [[Wahab Hasbullah]], akhirnya Aisyah menikah dengan Muhammad Dahlan.
 
Baris 30:
 
==== Karier ====
Aisyah juga seorang pengajar. Ia aktif mengajar sejak masih berada di Sumatera Barat, seperti menjadi guru di sekolah Thawalib di Padusunan, sekolah Thawalib Putri di Padang, lalu menjadi kepala sekolah Taman Pendidikan Islam di Air Bangis, [[Kabupaten Pasaman Barat|Pasaman]]. Dalam berorganisasi, Aisyah dipercaya sebagai Ketua [[Gerakan Pemuda Islam Indonesia]] (GPII) Putri Sumatera Barat dan [[Sumatera Tengah]]. Karena itu ia menjadi utusan Sumatera Barat dalam sebuah kongres GPII di [[Jakarta]].
Sebagai seorang pejuang, Aisyah ikut serta berjuang pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di [[Koto Tinggi, Baso, Agam|Koto Tinggi]] Sumatera Barat. Ia aktif dalam bidang penerangan dan pendirian dapur umum. Karena posisinya sebagai ketua GPII Putri Sumbar, serta perannya sebagai sekretaris Badan Pembantu Kecelakaan Korban Perang (BPKKP) selama masa pengungsian pada masa PDRI itu, ia dianugerahi piagam penghargaan sebagai eksponen [[Pejuang 45]] oleh [[Pemerintah Republik Indonesia]].