Banyuraden, Gamping, Sleman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Feri Istanto (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 13:
}}
 
'''Banyuraden''' adalah sebuah [[desa]] yang terletak di kecamatan [[Gamping, Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Indonesia]].
 
Asal mula nama Banyuraden adalah penggabungan antara kelurahan Banyumeneng dan kelurahan Kradenan. Penggabungan kedua kelurahan tersebut terjadi pada tahun 1946 berdasarkan Maklumat Pemerintah Provinsi Yogyakarta. Saat ini Desa Banyuraden memiliki 8 Padukuhan, 22 RW, 78 RT. Sebagai wilayah yang terletak di pinggiran kota (sub-urban), kebanyakan mata pencaharian penduduk Desa Banyuraden adalah petani, atau buruh tani.
 
== Geografi ==
Keadaan topografi tanahnya relatif datar, meski ada sedikit kemiringan ke arah Selatan. Ketinggian rata-rata 143 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1.776 mm/tahun. Desa Banyuraden dengan luas 400 Ha memiliki penduduk sebesar 15.347 jiwa (7.547 laki-laki dan 7.800 perempuan). Dibandingkan dengan luas wilayah, dapat dikemukakan angka kepadatan penduduk (rata-rata) sebesar 2.500 jiwa/km2.
 
Batas desa
Baris 27:
 
== Pendidikan ==
Di wilayah Banyuraden ini terdapat 2 kampus besar, berstatus negeri, yaitu :
 
1. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (Milik Badan Pertanahan Nasional)
Baris 41:
Ki Demang Cakradikrama yang bernama kecil Asrah terkenal karena meski nakal saat masih remaja, namun rajin bertapa. Suatu saat ia berhasil memenangkan sayembara memberantas kejahatan di sekitar Kali Bayem dan Kali Dowangan. Atas jasanya, ia kemudian diangkat menjadi mandor perkebunan tebu. Pada suatu kemarau panjang, banyak perkebunan tebu di daerah tersebut menjadi kering. Atas permintaan pemilik pabrik gula, Asrah menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit di tengah lapangan dan memohon kepada Yang Maha Agung untuk memberikan air bagi para petani yang kelaparan. Saat pertengahan pertunjukan, turunlah hujan yang dinanti. Ia kemudian diangkat menjadi Demang.
 
Semua keberhasilan Ki Demang tersebut berkat laku prihatin yaitu tidak makan garam, dan setiap sore laku tapa bisu mengelilingi rumahnya. Selain itu, Ki Demang juga "nglakoni" dengan mandi setahun sekali, yaitu setiap malam menjelang tanggal 8 Sura bertempat di sumur di belakang rumahnya.
 
== Lurah Desa ==