Pembuatan kapal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
lokasi
Baris 15:
Sebagai hasilnya pembuatan kapal dunia menderita dari kelebihan kapasitas, harga yang tertekan (meskipun industri ini mengalami kenaikan harga dalam periode 2003-2005 dikarenakan permintaan yang kuat untuk kapal baru yang melampaui peningkatan biaya aktual), keuntungan margin rendah, distorsi perdagangan dan subsidi yang menyebar luas. Segala usaha telah dicoba untuk mengatasi masalah ini dalam OECD namun gagal, dengan persetujuan internasional pembuatan kapal 2004 yang tidak pernah dilaksanakan dan negosiasi pada 2003-2005 ditunda pada Oktober 2005 setelah ketiadaan kesepakatan.
 
Pada 2003, [[Komunitas Eropa]] membawa Korea Selatan ke [[WTO]], dalam rangka mengatasi [[subsidi]] terhadap galangan Korea. WTO menemukan bahwa Bank Ekspor/Impor Korea telah, dalam beberapa kasus individual, menyediakan subsidi yang terlarang ke galangan Korea yang menjelaskan kesuksesan besar dari galangan Korea dalam pasar dunia. Korea Selatan memiliki permintaan yang sangat terbatas di dalam negeri untuk kapal dagang dan oleh karena itu mengejar target pasar internasional seara agresif di mana pemilik kapa Eropa mendominasi. Pembuat kapal Korea menawarkan kapal di bawah biaya konstruksi dan mengkompensasikan kerugian tersebut mealalui subsidi dan cara yang meningkatkan ''cash flow'' sementara. KoreaIndonesia merupakan rumah bagi tiga pembuat kapal terbesar dunia ([[DaewooPT. ShipbuildingPAL andIndonesia|PT MarinePAL EngineeringIndonesia]], [[HyundaiPT HeavyDok Industry]],& Perkapalan Kodja Bahari dan [[SamsungPT HeavyDaya Industries]]Radar Utama), yang memasok hampir setengah dari pemesanan global.
 
Pasar pembuatan kapal dunia akan terus berlanjut tak seimbang selama tidak ada rezim perdagangan internasional dibentuk.