Bizantion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- asal-usul + asal usul )
Awekos (bicara | kontrib)
Baris 3:
 
== Sejarah ==
Asal-usul BizantiumByzantium terselubung legenda. Menurut legenda tradisional, Byzas dari Megara (sebuah kota dekat [[Athena]]) mendirikan Byzantium, tatkala dia berlayar ke arah Timur Laut melintasi [[Laut Aegea]]. Byzas telah meminta nasihat dari [[Orakel di Delphi]] mengenai tempat untuk mendirikan kota barunya. Orakel memberitahukan kepadanya untuk mendirikan kota di "depan si buta." Saat itu, dia belum memahami ramalan orakel itu. Namun setelah sampai ke [[Bosporus]], barulah disadari maknanya: di pesisir Asia berdiri sebuah kota Yunani, [[Khalsedon]]. Mesti merekalah yang dimaksud dengan "si buta" karena tidak melihat wilayah yang nyata-nyata superior yang hanya setengah mil jauhnya di seberang Bosporus. Byzas mendirikan kotanya di wilayah "superior" itu dan menamakannya Byzantion menurut namanya sendiri. Kota Byzantium terutama adalah sebuah kota niaga karena lokasinya yang strategis di satu-satunya pintu masuk ke [[Laut Hitam]]. Byzantion kelak menaklukkan Khalsedon, yang terletak di seberang Bosporus.
 
Setelah bersekutu dengan [[Pescennius Niger]] melawan sang pemenang, [[Septimius Severus]], kota ini dikepung pasukan [[Kekaisaran Romawi|Romawi]] dan menderita kerusakan parah pada tahun [[196]]. Byzantium kemudian dibangun kembali oleh [[Septimius Severus]], yang saat itu telah menjadi kaisar, dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian [[Konstantinus I|Kaisar Romawi Konstantinus I]] yang, pada tahun [[330]] Masehi, membangun-ulang kota itu menjadi [[Roma Baru|Nova Roma]] (''The New Rome''). Setelah mangkatnya, kota ini disebut [[Konstantinopel]] ('kota Konstantinus'). Kota ini selanjutnya menjadi ibukota [[Kekaisaran Romawi Timur]], yang kelak disebut [[kekaisaran Byzantium]] oleh para sejarawan. Di bawah pemerintahan Theodosius I (379–395 Masehi), Kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran dan kepercayaan-kepercayaan lain seperti politeisme Romawi dilarang. Dan pada akhirnya, di bawah pemerintahan Heraclius (610–641Masehi), kekuatan militer dan administrasi Kekaisaran direstrukturisasi dan mengadopsi penggunaan bahasa Yunani ketimbang bahasa Latin.