Kesultanan Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
|||
Baris 36:
|- valign=top
| style="white-space: nowrap;" | '''Sejarah'''{{br}}-Didirikan{{br}}-Zaman kejayaan{{br}}-Protektorat VOC {{br}}-Krisis suksesi{{br}}-Akhir pemerintahan darurat
| style="white-space: nowrap;" | {{br}}[[1520]], masuk Islam [[1526]]{{br}}[[1526]]-[[1787]]{{br}}sejak 1787{{br}}[[1857]]{{br}}1905<ref>{{en icon}} {{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=2jlBMOBuV7MC&lpg=PA156&dq=sultan%20sintang&pg=PA156#v=onepage&q=sultan%20sintang&f=false
ISBN 978-90-286-0108-6</ref> |- valign=top
| '''Catatan'''
Baris 45 ⟶ 46:
[[Berkas:Bangsawan Banjar Museum Lambung Mangkurat.JPG|thumb|200px|Profil [[Bangsawan]] Banjar sekitar tahun [[1850]] koleksi [[Museum Lambung Mangkurat]].]]
[[Berkas:Gadis Banjar Museum Lambung Mangkurat.JPG|thumb|200px|Profil gadis Banjar sekitar tahun [[1850]] koleksi [[Museum Lambung Mangkurat]].]]
'''Kesultanan Banjar''' atau '''Kesultanan Banjarmasin'''<ref>{{en}}{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=geZDAAAAYAAJ&dq=banjarmassin&hl=id&pg=PA571#v=onepage&q=banjarmassin&f=false |title=The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge|volume=2|pages=571|publisher=D. Appleton|year=1865}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|pages =
Kerajaan Banjar adalah sebuah [[kesultanan]] wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. Kesultanan ini semula beribukota di [[Banjarmasin]] kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir di[[Martapura]]. Ketika beribukota di Martapura disebut juga [[Kerajaan Kayu Tangi]].
Baris 54 ⟶ 55:
== Sejarah ==
Menurut mitologi [[suku Maanyan]] (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di
Menilik dari angka tahun dimaksud maka [[Kerajaan Nan Sarunai]]/Kerajaan Tabalong/Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan [[Kerajaan Kutai|Kerajaan Kutai Martapura]] di Kalimantan Timur.
Menurut [[Hikayat Sang Bima]], wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah [[Sadewa|Sang Dewa]] bersaudara dengan wangsa yang menurunkan raja-raja [[Kesultanan Bima|Bima]] ([[Bima|Sang Bima]]), raja-raja Bali ([[Nakula|Sang Kuala]]), raja-raja [[Kesultanan Dompu|Dompu]]([[Prabu Dharmawangsa|Darmawangsa]]), raja-raja [[Kesultanan Gowa|Gowa]] ([[Arjuna|Sang Rajuna]]) yang merupakan lima bersaudara putera-putera dari [[Pandudewanata|Maharaja Pandu Dewata]].<ref>{{id icon}} {{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=6Q71wFB4YxQC&lpg=PA121&dq=pulau%20Banjar&pg=PA121#v=onepage&q=pulau%20Banjar&f=false
ISBN 978-979-9100-11-5</ref><ref>{{id icon}} {{cite book|first=H. Abdullah |last=Tajib|title= Sejarah Bima Dana Mbojo|publisher= Harapan Masa PGRI |location=Jakarta|year= 1995}}</ref> Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan telah berdiri suatu pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam [[Hindia Belanda]] pada [[11 Juni]] [[1860]], yaitu :
Baris 72 ⟶ 74:
Dibantu oleh Arya Taranggana, Pangeran Samudra melarikan diri dengan sampan ke hilir sungai [[Barito]]. Sepeninggal Sukarama, Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Negara Daha, selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Pangeran Samudra yang menyamar menjadi nelayan di daerah Balandean dan [[Kuin]], ditampung oleh Patih Masih di rumahnya. Oleh Patih Masih bersama Patih Muhur, Patih Balitung diangkat menjadi raja yang berkedudukan di Bandarmasih.
Pangeran Tumenggung melakukan penyerangan ke Bandarmasih. Pangeran Samudra dibantu [[Kerajaan Demak]] dengan kekuatan 40.000 prajurit dengan armada sebanyak 1.000 perahu yang masing-masing memuat 400 prajurit mampu menahan serangan tersebut.<ref>{{id}} {{cite book|pages =
Pangeran Samudra menjadi raja pertama Kerajaan banjar dengan gelar Sultan Suriansyah. Ia pun menjadi raja pertama yang masuk islam dibimbing oleh Khatib Dayan.
Baris 83 ⟶ 85:
Sultan Agung dari Mataram (1613–1646), mengembangkan kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-pelabuhan pantai utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan Surabaya (1625). Pada tahun [[1622]] Mataram kembali merencanakan program penjajahannya terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau Kalimantan, dan [[Sultan Agung]] menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun [[1622]].<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/mataram.html?zoomview=1|title=Mataram's overseas empire |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=11 August 2011}}</ref>
Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun [[1636]].<ref name="hikayat banjar"/><ref name="Neêrlands">{{nl icon}}{{cite book|first=[[Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk|Ludovicus Carolus Desiderius]] | last=van Dijk | coauthors=George Willem Vreede | title=Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk | publisher=J. H. Scheltema | year=1862|pages=23 | url=http://books.google.co.id/books?id=z_A_AAAAYAAJ&dq=Tapesanna%20Marta%20Sahary&pg=PA23#v=onepage&q=Tapesanna%20Marta%20Sahary&f=false}}</ref><ref>{{en icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=QKgraWbb7yoC&lpg=PA211&dq=banjermasin&pg=PA211#v=onepage&q=banjermasin&f=false |title= Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East ...|volume= 3 |first=Keat Gin |last=Ooi|pages=211|publisher=ABC-CLIO|year= 2004|isbn=9781576077702 }}ISBN [http://books.google.co.id/books?id=QKgraWbb7yoC&printsec=copyright#v=onepage&q&f=false 1-57607-770-5]</ref><ref>{{id}} {{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=TYYeAAAAMAAJ&q=sawakung&dq=sawakung&hl=id&ei=KLzPTfL6JIy3rAfs7rDCCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CDAQ6AEwAQ
Sejak tahun [[1631]] Banjarmasin bersiap-siap menghadapi serangan [[Kesultanan Mataram]], tetapi karena kekurangan [[logistik]], maka rencana serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun [[1637]] terjadi [[migrasi]] dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat difusi kebudayaan Jawa.
|