Penyatuan Jerman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Artikel ini membahas Penyatuan Jerman pada tahun 1871. Penambahan tahun bertujuan untuk membedakan dengan Penyatuan Kembali Jerman tahun 1990.
Ign christian (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 10323719 oleh Filmon Leonard (bicara) kita gunakan templat "about" saja ya
Baris 1:
{{about|penyatuan tahun 1871|penyatuan [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur|Timur]] tahun 1990|Penyatuan kembali Jerman}}
[[Berkas:Deutsches Reich 1871-1918.png|325px|thumb|right|alt=Peta Eropa tengah yang menunjukkan 26 wilayah yang akan menjadi bagian dari [[Kekaisaran Jerman]] bersatu pada tahun 1891. Prusia yang berbasis di timur laut mendominasi wilayah Kekaisaran Jerman (sekitar 40% wilayah kekaisaran).|Kekaisaran Jerman 1871–1918. Wilayah [[Kekaisaran Austria]] yang berbahasa Jerman tidak termasuk, sehingga negara ini mewakili solusi '''[[pertanyaan Jerman|Jerman kecil]]''' (''Kleindeutsch'').]]
 
'''Penyatuan [[Jerman]]''' 1871 menjadi negara yang terintegrasi secara politik dan administratif secara resmi berlangsung pada 18 Januari 1871 di [[Balai Cermin (Istana Versailles)|Balai Cermin]] [[Istana Versailles]] di [[Perancis]]. Pangeran-pangeran negara-negara Jerman berkumpul untuk memproklamirkan [[Wilhelm I, Kaisar Jerman|Wilhelm]] dari [[Prusia]] sebagai Kaisar Wilhelm dari [[Kekaisaran Jerman]] setelah Perancis menyerah dalam [[Perang Perancis-Prusia]]. Transisi ''de facto'' sebagian besar penduduk berbahasa Jerman menjadi negara-negara yang tergabung dalam (kon)federasi telah berlangsung secara tidak resmi melalui aliansi resmi dan tidak resmi para penguasa — tetapi tanpa kemajuan yang berarti, karena kepentingan pribadi penguasa menghambat proses penyatuan selama hampir satu abad setelah pembubaran [[Kekaisaran Romawi Suci]] (1806) dan kebangkitan [[nasionalisme Jerman]] selama era [[peperangan era Napoleon|peperangan Napoleon]].
 
Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial, dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar. Sebelumnya, [[Kaisar Romawi Suci]] seringkali disebut "Kaisar seluruh Jerman ", dan di Kekaisaran, anggota bangsawan tinggi disebut "Pangeran-Pangeran Jerman", karena wilayah-wilayah berbahasa Jerman yang sebelumnya disebut [[Francia Timur]] terorganisasi menjadi kerajaan-kerajaan kecil sebelum bangkitnya [[Karel yang Agung]] (800 M). Karena wilayah tersebut memiliki relief yang bergunung-gunung, muncul perbedaan budaya, pendidikan, bahasa, dan agama di antara warga yang saling terisolasi. Namun, Jerman pada abad ke-19 menikmati kemajuan transportasi dan komunikasi yang menghubungkan rakyatnya dalam budaya yang lebih besar.
Baris 165 ⟶ 166:
== Mendirikan negara bersatu ==
{{Quote|''Dalam geografi politik, tidak ada yang disebut Jerman. Terdapat Kerajaan-Kerajaan dan Kadipaten-Kadipaten Agung, dan Kadipaten-Kadipaten dan Kepangeranan-Kepangeranan, yang dihuni oleh orang-orang Jerman, dan masing-masing diperintah oleh seorang penguasa independen dengan semua aparatur negara. Namun, terdapat perasaan yang mendasar yang mengarah pada rasa nasional dan penyatuan orang-orang Jerman menjadi satu bangsa besar, yang diperintah oleh satu penguasa bersama sebagai satuan nasional.''}}
<center><small> – artikel dari ''[[The New York Times]]'' yang diterbitkan pada 1 Juli 1866<ref>''[http://query.nytimes.com/mem/archive-free/pdf?res=F10F10F73D551A7493C3A9178CD85F428684F9 The Situation of Germany.]'' ([[Portable Document Format|PDF]]) - [[The New York Times]], 1 Juli 1866.</ref></center></small>
 
Kebutuhan akan besi ''dan'' darah tampak semakin mencuat. Pada tahun 1862, saat Bismarck mengutarakan pidatonya, gagasan sebuah bangsa-negara Jerman dalam jiwa [[Pan-Jermanisme]] yang damai telah bergeser dari karakter yang liberal dan demokratik pada tahun 1848 menjadi karakter yang mengakomodasi ''Realpolitik'' Bismarck yang lebih konservatif. Sebagai seorang pragmatis, Bismarck paham akan kemungkinan, hambatan, dan keuntungan sebuah negara yang bersatu. Ia juga memahami kepentingan mengaitkan negara tersebut dengan dinasti Hohenzollern, yang dianggap beberapa sejarawan sebagai kontribusi utama Bismarck terhadap pendirian [[Kekaisaran Jerman]] pada tahun 1871.<ref>Michael Eliot Howard, ''The Franco-Prussian War: the German invasion of France, 1870–1871.'' New York, MacMillan, 1961, hlm. 40.</ref> Sekejtara traktat-traktat yang mengikat berbagai negara-negara Jerman melarang Bismarck untuk mengambil tindakan sepihak, jiwa politikus dan diplomat dalam diri Bismarck menyadari ketidakpraktisan tindakan tersebut.<ref>Mann, hlm. 390–395.</ref> Untuk menyatukan negara-negara Jerman, Bismarck memerlukan satu musuh dari luar yang akan menyatakan perang terhadap negara-negara Jerman terlebih dahulu, sehingga menjadi ''[[casus belli]]'' untuk mengerahkan semua orang-orang Jerman. Kesempatan ini muncul dengan meletusnya [[Perang Perancis-Prusia]] pada tahun 1870. Sejarawan telah lama memperdebatkan peran Bismarck dalam peristiwa-peristiwa yang mengarah pada perang tersebut. Menurut sudut pandang tradisional, yang didukung oleh sejarawan-sejarawan pro-Prusia akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sejak awal Bismarck memang bertujuan untuk menyatukan Jerman. Namun, sejarawan-sejarawan setelah tahun 1945 meyakini bahwa Bismarck bersifat oportunis dalam jangka pendek dan tidak memiliki skema besar untuk menyatukan Jerman.<ref>A.J.P. Taylor, ''Bismarck: The Man and the Statesman.'' Oxford, Clarendon, 1988. Bab 1, dan Kesimpulan.</ref> Meskipun begitu, Bismarck bukan penjahat maupun santo: dengan memanipulasi peristiwa pada tahun 1866 dan 1870, ia menunjukkan kemampuan politik dan diplomatik yang membuat Wilhelm beralih padanya pada tahun 1862.<ref>Howard, hlm. 40–57.</ref>