Perjanjian Renville: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Abex888 (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 10309110 oleh 114.125.57.4 (bicara)
Baris 10:
 
== Gencatan senjata ==
Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada [[17 Agustus]] [[1947]] sepakat untuk melakukan gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan sesekali unit pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang terjadi antara [[Karawang]] dan [[Bekasi]].
Pemerintah RI dan Belanda sebelumn
 
==Isi perjanjian==
# [[Belanda]] hanya mengakui [[Jawa tengah]], [[Yogyakarta]], dan [[Sumatera]] sebagai bagian wilayah [[Republik Indonesia]]
# Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah [[Indonesia]] dan daerah pendudukan [[Belanda]]
# [[TNI]] harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Timur]].
 
== Pasca perjanjian ==
[[Berkas:Van Mook.png|right|thumb|150px|Wilayah Indonesia di [[Pulau Jawa]] (warna [[merah]]) pasca perjanjan Renville.]]
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, [[Divisi Siliwangi]] hijrah ke [[Jawa Tengah]]. Divisi ini mendapatkan julukan '''Pasukan Hijrah''' oleh masyarakat [[Kota Yogyakarta]] yang menyambut kedatangan mereka.
 
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan [[Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo]], mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia ([[DI/TII]]). Hingga pada [[7 Agustus]] [[1949]], di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya [[Negara Islam Indonesia]] (NII).
Akibat dari Perjanjian Renville itu pula, pasukan dari Resimen 40/Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya (BG) VIII Batalyon Gerilya (BG) IX, Batalyon Gerilya (BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI Pangkalan X serta Kesatuan Kelaskaran, dengan total penikut sebanyak tidak kurang dari 5000 orang, juga Hijrah ke daerah Blitar dan sekitarnya. Resimen 40/Damarwulan ini kemudian berubah menjadi Brigade III/Damarwulan, dan batalyonnyapun berubah menjadi Batalyon 25, Batalyon 26, Batalyon 27.
Setelah keluarnya Surat Perintah Siasat No I, dari PB Sudirman, yang mengharuskan semua pasukan hijrah pulang dan melanjutkan gerilya di daerah masing-masing, Pasukan Brigade III/Damarwulan, di bawah pimpinan Letkol Moch Sroedji ini, melaksanakan Wingate Action, dengan menempuh jarak kurang lebih 500 kilometer selama 51 hari
== Referensi ==
* Ide Anak Agung Gde Agung (1973) ''Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945-1965'' Mouton & Co ISBN 979-8139-06-2
* Kahin, George McTurnan (1952) ''Nationalism and Revolution in Indonesia'' Cornell University Press, ISBN 0-8014-9108-8
* {{Cite book| last =Reid| first =Anthony| authorlink =| coauthors =| title =The Indonesian National Revolution 1945-1950| publisher =Longman Pty Ltd| year =1974| location =Melbourne| pages =| url =| doi = | isbn =0-582-71046-4}}
* Mertowijoyo, G, Indra (2015) Letkol Moch Sroedji, Jember Masa Perang Kemerdekaan.ISBN : 978-602-14969-2-3
 
 
{{indo-sejarah-stub}}
{{DEFAULTSORT:Renville}}
 
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1948]]
[[Kategori:Perjanjian melibatkan Indonesia]]
[[Kategori:Perjanjian melibatkan Belanda]]