Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (10)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara , -Diantara +Di antara)
Baris 116:
 
Beberapa hari sudah beristirahat di rumah, misi pencari raja kembali berlayar mengarungi lautan luas, dan singgah di beberapa kerajaan mengutarakan maksud dan tujuan mereka. Akan tetapi setiap raja yang disinggahi memberi jawaban yang sama bahwa raja yang mereka cari sudah ada di kampung halaman mereka.
Dua tahun sudah lamanya misi pencari raja dalam pelayaran, akhirnya mereka menuju pulang, dalam pelayaran pulang misi ini kekurangan air minum dan bahan pangan. Mereka singgah di sebuah pulau untuk mengisi air dan keperluan lain, setelah selesai misi pencari raja akan meninggalkan pulau, tetapi misi pencari raja diajak untuk mengikuti adu manusia oleh pimpinan pulau. Pertandingan adu manusia dengan menggunakan senjata tajam dan menaiki ayunan papan. DiantaraDi misiantaramisi pencari raja ada salah seorang bernama Usin. Sanggup untuk mengikuti pertandingan adu manusia, sejak dimulai sampai selesai Usin kalah dalam perlagaan dan mati.
 
Disaat mayat Usin akan dibawa ke perahu masyarakat pulau meminta agar mayat Usin diserahkan saja kepada mereka untuk merawatnya, Pak Pego menyetujui saja permintaan masyarakat pulau, akan tetapi jika Usin diserahkan kepada masyarakat pulau, Usin pun hidup kembali, Pak Pego melihat Usin hidup meminta kembali. Serah terima mayat Usin berlaku tujuh kali, akhimya masyarakat pulau berkata kepada Pak Pego, “tinggalkan saja Usin kepada kami, dan kami memberikan kepada kalian, satu buah gong tujuh buah bungkusan dan satu peti pendala tane, sebagai tanda persahabatan kita”.
Baris 325:
Dalam bidang, telah selesai dibuat 40 buah kapal. Pembuatan kapal sejak Sultan Aji Panji. Kesultanan Paser menjadikan 30 buah kapal sebagai kapal perang, 30 buah kapal dibagi di 3 pangkalan; 10 buah di pangkalan Tanjung Batu, 10 buah di pangkalan Tanjung Aru, 10 buah lagi di pangkalan Tanjung Jemelai. sisanya 8 buah dijadikan kapal dagang untuk mengangkut hasil hutan seperti; Rotan, Madu, Getah, Tengkawang, Damar dan lain-lain.
 
Sultan Ibrahim Alamsyah memfokuskan pelabuhan Benuo sebagai Bandar utama Kesultanan Paser. Semua kapal-kapal yang ingin berdagang dan bertransaksi harus bertambat di pelabuhan Benuo, pelabuhan ini menjadi ramai. Banyak pedagang kaya membangun rumah di kawasan pelabuhan, mereka membangun gudang-gudang penyimpanan barang, rumah dan gudang dibangun sejajar pelabuhan. Pemukiman sangat heterogen, dari berbagai suku bangsa di antara ; Bugis, Banjar, Kutai, Jawa, Cina dan Arab. Dari pelabuhan ini Sultan sering melakukan pelayaran mengunjungi 3 pangkalan angkatan lautnya. Di tiap pangkalan Sultan membangun rumah peristirahatan.<ref>A.S Assegaff, Ibid hlm 146-147</ref> Sebenarnya, urutan Sultan yang memerintah Paser sejak Aji Panji. DiantaraDi penulisantarapenulis tidak ada yang singkron. Haji Aji Padang Arjan. Haji Sardani Usman, et al menyebutkan pengganti Aji Geger gelar Sultan Muhammad Alamsyah, Aji Aqub sama dengan Haji Aji Padang Arjan. Haji Sardani Usman, et al. Aji Nurman UK dalam silsilahnya*).
Perdagangan di Kesultanan Paser Benuo masih bersifat barter, masyarakat Paser masih memakai plat emas yang dinilai berdasarkan berat timbangan, dengan menggunakan biji buah kupang dan buah biji mata burung. Walaupun demikian mata uang asing cukup lama masuk Kesultanan Paser. Seperti uang Cina, Uang Belanda VOC, Uang Portugis, Uang Spanyol dan sebagainya. Akan tetapi belum sepenuhnya beredar di masyarakat Paser. Sultan Ibrahim Alamsyah kemudian memerintah menggunakan mata uang real, bermacam-macam nilai uang di antaranya sebagai berikut:
* 1 Real = 1 Batu dari bahan perak
Baris 371:
Sultan Abdurrahman Alamsyah yang memerintah sejak tahun 1874 sampai 1885. Seperti peristiwa sebelumnya, sebelum ditetapkannya sebagai Sultan, didahului oleh pertentangan di kalangan pembesar kerajaan.
 
Pada masa Sultan Abdurrahman Alamsyah menjadi penandatangan perjanjian dengan pihak Belanda. Isinya sangat menentukan perkembangan sejarah kesultanan Paser berikutnya. DiantaraDi isiantaraisi perjanjian penting yang berkaitan dengan hal ini adalah bahwa Kesultanan Paser diputuskan menjadi bagian langsung di bawah lingkungan pemerintahan kerajaan Belanda. Ditekankan dalam isi perjanjian hal ini Sultan tidak lagi diperkenankan melakukan hubungan atau membuat perjanjian dengan pihak luar. Segi keamanan ditangani oleh tentara Belanda, dengan biaya dibebankan kepada penyerahan bagian-bagian hasil Kesultanan Paser yang diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda, dalam hal ini melalui penguasaan yaitu Residen Kalimantan Tenggara yang berkedudukan di Banjarmasin.<ref>Ibid hlm 40</ref>
 
==== Sultan Muhammad Ali ====