Kerajaan Nan Sarunai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adven Nababan (bicara | kontrib)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa )
Baris 38:
Selain itu, muncul pendapat berbeda yang menyatakan bahwa Kerajaan Tanjungpuri berbeda dengan Kerajaan Nan Sarunai. <ref name=" Ideham "/> Pendapat ini meyakini bahwa Kerajaan Tanjungpuri bukan pemerintahan yang dikelola oleh Suku [[Dayak Maanyan]], melainkan oleh orang-orang Melayu Palembang yang merupakan pelarian dari Kerajaan Sriwijaya. <ref name=" Ideham "> M. Suriansyah Ideham, eds., 2003. Sejarah Banjar. Banjarmasin: Badan Penelitian dan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan </ref> Versi yang satu ini juga menyebutkan bahwa Kerajaan Nan Serunai dan Kerajaan Tanjung puri berada dalam lingkup ruang dan waktu yang sama. <ref name=" Hudson "/> Kerajaan Nan Serunai berpusat di [[Amuntai]], sedangkan Kerajaan Tanjung puri beribukota di Tanjung. <ref name=" Hudson "> Hudson, Alfred. “The Paju Epat Maanyan in historical perspective", dalam Indonesia, 4 Oktober 1967. Cornell University~Ithaca, New York, hlm. 17</ref> Berdasarkan pembagian wilayah administratif Provinsi [[Kalimantan Selatan]] pada masa sekarang, kedua tempat itu tidak berada di kabupaten yang sama meskipun lokasi [[Amuntai]] dan Tanjung berdekatan dan sama-sama terletak di tepi Sungai Tabalong. <ref name=" Hudson "/> [[Amuntai]] termasuk dalam wilayah [[Kabupaten Hulu Utara]], sedangkan Tanjung berada di [[Kabupaten Tabalong]]. <ref name=" Hudson "/>
 
Nama Sarunai sendiri dimaknai dengan arti “sangat termasyhur”. <ref name=" Ideham "/> Penamaan ini bisa jadi mengacu pada kemasyhuran Suku [[Dayak Maanyan]] dipada masa silam, di mana mereka terkenal sebagai kaum pelaut yang tangguh, bahkan mampu berlayar hingga ke Madagaskar di [[Afrika]]. <ref name=" Ideham "/> Selain itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama Sarunai berasal dari kata “serunai” yakni alat musik sejenis seruling yang mempunyai tujuh buah lubang.<ref name="Sutopo Ukip"/> Alat musik ini sering dimainkan orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] untuk mengiringi tari-tarian dan nyanyi-nyanyian.<ref name="Sutopo Ukip"/> Konon, Raja dan rakyat Kerajaan Nan Sarunai sangat gemar menari dan menyanyi.<ref name="Sutopo Ukip"/> Sebenarnya istilah lengkapnya adalah Nan Sarunai.<ref name="Sutopo Ukip"/> Kata "nan" diduga berasal dari bahasa Melayu yang kemudian dalam lidah orang Maanyan dilafalkan hanya dengan ucapan Sarunai saja.<ref name="Sutopo Ukip"/> Dengan demikian, nama "Nan Sarunai" berarti sebuah kerajaan di mana raja dan rakyatnya gemar bermain musik.<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
Periodesasi pemerintahan yang muncul dan berkembang di [[Asia Tenggara]] pada umumnya terjadi dalam tiga fase, yaitu negara suku, negara awal, dan negara kerajaan (vida Pervaya Rusianti Kusmartono, 2002:1). Kerajaan Nan Sarunai memainkan peranan penting pada fase negara suku dalam konteks sejarah [[Banjar]]. <ref name=" Ideham "/> Negara suku atau negara etnik mengandaikan bahwa rakyat di pemerintahan itu hanya terdiri dari satu etnik dan tatanannya diatur oleh tradisi yang ditransformasikan dari nenek moyang ke generasi berikutnya. <ref name=" Ideham "/> Penempatan Kerajaan Nan Sarunai ke dalam fase negara suku dirasa tepat karena kerajaan ini merupakan pemerintahan purba yang dikelola oleh orang-orang dengan karakter yang masih melingkupi kesukuan, yakni Suku [[Dayak Maanyan]]. <ref name=" Ideham "/> Selain itu, keberadaan Kerajaan Nan Sarunai dapat dikatakan sebagai fondasi awal dalam menyokong berdirinya beberapa pemerintahan pada masa berikutnya, yaitu [[Kerajaan Negara Dipa]], [[Kerajaan Daha]], hingga [[Kesultanan Banjar]]. <ref name=" Ideham "/> Dengan kata lain, Kerajaan Nan Sarunai adalah mukadimah yang mengawali mata rantai perjalanan sejarah [[Banjar]] di [[Kalimantan Selatan]]. <ref name=" Ideham "/> Suku [[Dayak Maanyan]], pendiri Kerajaan Nan Sarunai, adalah salah satu sub [[Suku Dayak]] tertua di Borneo. <ref name=" Ideham "/> Suku [[Dayak Maanyan]] termasuk dalam [[rumpun Ot Danum]] yang juga dikenal dengan nama [[Dayak Ngaju]]. <ref name=" Ideham "/> Pada awalnya, orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] menetap di tepi [[Sungai Barito]] bagian timur (sekarang menjadi [[Kabupaten Barito Timur]], [[Kalimantan Tengah]]). <ref name=" Ideham "/> Oleh karena itu, orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] mendapat sebutan Kelompok Barito Timur. <ref name=" Ideham "/> Orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] adalah kaum pelaut yang tangguh. <ref name=" Ideham "/> Pada sekitar tahun 600 Masehi, orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] diduga pernah berlayar hingga ke Madagaskar, sebuah pulau di pesisir timur Afrika. <ref name=" Ideham "/> Pencapaian luar biasa yang berhasil dilakukan Suku [[Dayak Maanyan]], bahwa ada persamaan antar bahasa orang Madagaskar dengan bahasa orang Maanyan. <ref name=" Hudson "/> Ketangguhan melaut orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] lama-kelamaan mulai berkurang karena terjadi proses pendangkalan di lingkungan maritim tempat mereka hidup.<ref name="Asal-usul"/> Areal pesisir yang selama ini menjadi lingkungan mereka sehari-hari mengalami penyurutan dan perlahan-lahan berubah menjadi daratan sehingga orang-orang [[Dayak Maanyan]] kehilangan budaya maritim yang dulu mereka miliki.<ref name="Asal-usul"/> Pada zaman purba, wilayah Kalimantan bagian tengah masih berwujud sebuah teluk besar.<ref name="Asal-usul"/> Fenomena pendangkalan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi yang dilakukan oleh orang-orang [[Dayak Maanyan]].<ref name="Asal-usul"/> Daerah tujuan para imigran Suku [[Dayak Maanyan]] adalah di tempat yang dalam Hikayat [[Banjar]] disebut dengan nama Pulau Hujung Tanah.<ref name="Asal-usul"/> Sedangkan Negarakertagama karya pujangga [[Majapahit]], Mpu Prapanca, yang ditulis pada tahun 1365 M, menyebut tempat itu sebagai Tanjung Negara.<ref name="Asal-usul"/> Terdapat dua lokasi dipada masa sekarang yang diperkirakan merupakan bekas wilayah Pulau Hujung Tanah, yakni [[Amuntai]] dan Tanjung, yang keduanya terletak tidak jauh dari Pegunungan Meratus yang memang dikisahkan membentang di timur Pulau Hujung Tanah, tempat di mana Kerajaan Nan Sarunai berdiri.<ref name="Asal-usul">[http://Banjarcyber.tripod.com/artike1.html Asal-usul Suku Banjar] <small>diakses 26 Maret 2015</small></ref>
 
=== Bukti-bukti Keberadaan Kerajaan Nan Sarunai ===
Baris 48:
Hikayat [[Banjar]] terbagi menjadi dua versi, versi pertama merupakan versi yang telah diubah dan disusun pada masa [[Kesultanan Banjar]] yang secara definitif telah memeluk agama Islam, sedangkan versi kedua dianggap sebagai versi yang berasal dari Negara Dipa yang memeluk agama Hindu. Dari analisis Ras ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Nan Sarunai dalam Hikayat [[Banjar]] memang hanya mendapat porsi yang sedikit karena, Negara Dipa, yang banyak dibahas dalam Hikayat [[Banjar]] versi kedua, baru muncul setelah era Kerajaan Nan Sarunai berakhir.<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
Kerajaan Nan Sarunai adalah suatu pemerintahan purba yang diperkirakan sudah eksis sejak zaman Sebelum Masehi. Salah satu bukti adalah ditemukannya peninggalan arkeologis yang diduga kuat berasal dari zaman di mana Kerajaan Nan Sarunai masih eksis. Jejak arkeologis Nan Sarunai dipada masa purba itu adalah sebuah candi yang ditemukan di [[Amuntai]]. [[Amuntai]] adalah salah satu tempat yang sangat mungkin menjadi tempat bermukim orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] yang kemudian mendirikan peradaban Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap candi tersebut. Hasil penyelidikan itu cukup mengejutkan karena hasil pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] tersebut menghasilkan kisaran angka tahun antara 242 hingga 226 Sebelum Masehi. Jika penelitian ini benar adanya, maka usia Kerajaan Nan Sarunai jauh lebih tua dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur (berdiri pada abad ke-5 M) yang selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara.<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] menghasilkan angka kisaran tahun [[242]]-[[226]] SM, maka dapat disimpulkan bahwa usia Kerajaan Nan Sarunai sangat panjang karena kerajaan ini runtuh pada tahun 1362 M.<ref name="Sutopo Ukip"/> Akan tetapi, perlu dicerrnati lagi bahwa kendati Kerajaan Nan Sarunai diperkirakan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi, namun yang dimaksud dengan kerajaan pada masa itu kemungkinan besar masih berbentuk sangat sederhana.<ref name="Sutopo Ukip"/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Serunai diduga beberapa kali perpindahan di sekitar [[Kabupaten Hulu]] Sungai dan [[Kabupaten Tabalong]] saat ini, namun masih di seputaran Sungai Tabalong.<ref name="Sutopo Ukip"/> Selain di Pulau Hujung Tanah, leluhur etnis Maanyan konon pemah bermukim di tempat yang bemama Margoni, yakni sebuah tempat yang selalu diliputi awan.<ref name="Sutopo Ukip"/> Tempat yang dimaksud mungkin simbolisasi dari negeri khayangan atau setidak-tidaknya negeri di atas gunung).<ref name="Sutopo Ukip"/> Dengan arti kiasan itu juga bisa dilihat kemungkinan bahwa yang dimaksud nenek moyang Suku [[Dayak Maanyan]] adalah dewa-dewa yang bersemayam di tempat yang selalu diliputi awan alias khayangan.<ref name="Sutopo Ukip"/>
Baris 54:
Orang-orang [[Suku Dayak]] Manyaan sempat menetap di sebuah tempat yang bernama Pupur Purumatung. <ref name=" Babe Kuden "> Babe Kuden, "Pangeran Samudra dari [[Dayak Maanyan]]?", dalam Banjarmasin Post, 21 September 2005</ref> Semua anggota kelompok etnis Suku Maanyan tinggal dan menjadi satu di tempat ini. <ref name=" Babe Kuden "/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Sarunai pemah berlokasi di daerah yang bernama Lili Kumeah. <ref name=" Babe Kuden "/> Konon, Lili Kumeah didirikan oleh Datu Sialing dan Damung Gamiluk Langit yang memimpin anggota masyarakat etnis Maanyan atau warga Kerajaan Nan Sarunai. <ref name=" Babe Kuden "/>
 
Kerajaan Nan Sarunai adalah suatu pemerintahan purba yang diperkirakan sudah eksis sejak zaman Sebelum Masehi. Salah satu bukti adalah ditemukannya peninggalan arkeologis yang diduga kuat berasal dari zaman di mana Kerajaan Nan Sarunai masih eksis. Jejak arkeologis Nan Sarunai dipada masa purba itu adalah sebuah candi yang ditemukan di [[Amuntai]]. [[Amuntai]] adalah salah satu tempat yang sangat mungkin menjadi tempat bermukim orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] yang kemudian mendirikan peradaban Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap candi tersebut. Hasil penyelidikan itu cukup mengejutkan karena hasil pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] tersebut menghasilkan kisaran angka tahun antara [[242]] hingga [[226]] Sebelum Masehi (Kusmartono & Widianto, 1998:19-20). Jika penelitian ini benar adanya, maka usia Kerajaan Nan Sarunai jauh lebih tua dibandingkan dengan [[Kerajaan Kutai Martadipura]] di [[Kalimantan Timur]] (berdiri pada abad ke-5 M) yang selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara.<ref name="Sutopo Ukip"/> Berdasarkan hasil penelitian tentang pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] menghasilkan angka kisaran tahun 242-226 SM, maka dapat disimpulkan bahwa usia Kerajaan Nan Sarunai sangat panjang karena kerajaan ini runtuh pada tahun 1362 M.<ref name="Sutopo Ukip"/> Akan tetapi, perlu dicerrnati lagi bahwa kendati Kerajaan Nan Sarunai diperkirakan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi, namun yang dimaksud dengan kerajaan pada masa itu kemungkinan besar masih berbentuk sangat sederhana.<ref name="Sutopo Ukip"/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Serunai diduga beberapa kali perpindahan di sekitar [[Kabupaten Hulu Sungai]] dan [[Kabupaten Tabalong]] saat ini, namun masih di seputaran Sungai Tabalong.<ref name="Sutopo Ukip"/> Selain di Pulau Hujung Tanah, leluhur etnis Maanyan konon pemah bermukim di tempat yang bemama Margoni, yakni sebuah tempat yang selalu diliputi awan.<ref name="Sutopo Ukip"/> Tempat yang dimaksud mungkin simbolisasi dari negeri khayangan atau setidak-tidaknya negeri di atas gunung.<ref name="Sutopo Ukip"/> Dengan arti kiasan itu juga bisa dilihat kemungkinan bahwa yang dimaksud nenek moyang Suku [[Dayak Maanyan]] adalah dewa-dewa yang bersemayam di tempat yang selalu diliputi awan alias khayangan<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
== Silsilah Raja-raja ==