Theravāda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bthohar (bicara | kontrib)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa )
Baris 203:
:“Dalam Arahat tersebut. Pada orang ini, para bhikkhu, semua belenggu [‘saṃyojanāni’] disingkirkan dari keberhubungannya dengan dunia ini, menimbulkan kelahiran kembali, dan menimbulkan kepantasan.<ref>Woodward, F.L. (2008). ''The Book of Gradual Sayings (Aṇguttara Nikāya)''. Pali Text Society - Oxford. halaman 137.</ref>
 
Menurut kitab suci awal, Nirwana yang dicapai oleh para Arahat adalah identik dengan yang dicapai oleh Sang Buddha sendiri, karena hanya ada satu jenis Nirwana.<ref>Bodhi. [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/wheel409.html "A Treatise on the Paramis: From the Commentary to the Cariyapitaka"]</ref> Theravadin percaya Sang Buddha lebih unggul dari Arahat karena Sang Buddha menemukan sendiri semua jalan itu dan mengajarkannya kepada orang lain (yaitu, secara metaforis dengan memutar roda Dharma). Arahat, di sisi lain, mencapai Nirwana sebagiannya karena ajaran Buddha. Theravadin menghormati Sang Buddha sebagai orang yang sangat berbakat tetapi juga mengakui keberadaan orang lain seperti pada Buddha dipada masa lalu dan masa depan. [[Maitreya]] (Pali: Metteyya), misalnya, disebutkan dengan sangat singkat dalam Kanon Pali sebagai Buddha yang akan muncul dipada masa depan.
 
== Kitab Suci ==
Baris 229:
Secara tradisional, Buddhisme Theravada telah mengamati perbedaan antara praktik-praktik yang cocok untuk orang awam dan praktik yang dilakukan oleh para bhikkhu yang telah ditahbis (di zaman kuno, ada lembaga praktik yang terpisah untuk para bhikkhuni). Sementara kemungkinan pencapaian signifikan oleh orang awam tidak sepenuhnya diabaikan oleh Theravāda, umumnya menempati posisi kurang menonjol dibandingkan dengan yang ada pada tradisi Mahayana dan Vajrayana, dengan kehidupan monastik yang dielu-elukan sebagai suatu metode unggul untuk mencapai Nirwana.<ref>[http://www.asiasocietymuseum.org/buddhist_trade/glossary.html#Theravāda "Glossary of Buddhism".] ''Buddhist Art and the Trade Routes''. Asia Society. 2003. </ref> Pandangan bahwa Theravada, tidak seperti aliran Buddha lainnya, terutama sekali yang dimiliki tradisi monastik, bagaimanapun, telah diperdebatkan.<ref>Epstein, Ron (1999–02). [http://online.sfsu.edu/~rone/Buddhism/Misconceptions%20about%20Buddhism.htm "Clearing Up Some Misconceptions about Buddhism".] ''Vajra Bodhi Sea: A Monthly Journal of Orthodox Buddhism'' (Dharma Realm Buddhist Association): 41–43.</ref>
 
Perbedaan antara bhikkhu yang sudah ditahbiskan dengan orang awam—sama halnya dengan perbedaan antara praktik-praktik yang dianjurkan oleh Kanon Pali, dan unsur-unsur kisah keagamaan rakyat yang dianut oleh banyak bhikkhu—telah memotivasi beberapa ahli untuk mempertimbangkan Buddhisme Theravāda yang akan terdiri dari beberapa tradisi terpisah yang bertumpang-tindih meskipun masih berbeda. Paling mencolok, antropolog Melford Spiro dalam karyanya ''Buddhism and Society'' memisahkan Theravada Burma menjadi tiga kelompok: Buddhisme Apotropaik (berkenaan dengan memberikan perlindungan dari roh-roh jahat), Buddhisme Kammatik (berkenaan dengan membuat kebaikan untuk kelahiran dipada masa depan), dan'' ''Buddhisme Nibbanik (berkenaan dengan mencapai pembebasan Nirwana, seperti yang digambarkan dalam Tipitaka). Ia menekankan bahwa ketiganya berakar kuat dalam Kanon Pali. Kategori-kategori ini tidak diterima oleh semua cendekiawan, dan biasanya dianggap non-eksklusif oleh mereka yang mempekerjakan para cendekiawan tersebut.
 
Peran orang awam secara tradisional terutama sekali berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang biasanya disebut melakukan kebaikan (yang jatuh di bawah kategori Buddhisme kammatik dalam perumusan Spiro). Kegiatan melakukan kebaikan tersebut termasuk menawarkan makanan dan kebutuhan dasar lainnya untuk para bhikkhu, membuat sumbangan untuk kuil-kuil dan biara-biara, membakar dupa atau menyalakan lilin di depan patung Sang Buddha, dan merapalkan mantra-mantra perlindungan atau melakukan kebaikan menurut Kanon Pali. Beberapa praktisi awam selalu memilih untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam urusan agama, tetapi masih mempertahankan status awam mereka. Laki-laki dan perempuan awam yang berdedikasi terkadang bertindak sebagai wali atau penjaga untuk kuil mereka, mengambil bagian dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan kuil tersebut. Orang lain mungkin merelakan waktu yang signifikan dalam merawat kebutuhan duniawi para bhikkhu lokal (dengan memasak, bersih-bersih, memelihara fasilitas kuil, dll). Kegiatan awam secara tradisional tidak diperpanjang dengan pelajaran terhadap kitab suci Pali, maupun latihan meditasi, meskipun di abad ke-20 daerah ini telah menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat awam, khususnya di Thailand.