Gereja Protestan Indonesia Donggala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan
Baris 19:
}}
 
'''Gereja Protestan Indonesia di Donggala''' (disingkat '''GPID''') adalah sebuah kelompok [[gereja]] [[Protestan]] di [[Indonesia]] yang berpusat di pulau [[Sulawesi]] bagian tengah. GPID yang terbentuk pada 4 April {{tanggal|1965|4|4}} ini merupakan gereja bagian [[GPI|Gereja Protestan di Indonesia (GPI)]] yang berdiri sendiri. Pada awalnya, anggota jemaatnya berasal dari warga [[GMIM|Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)]] yang datang ke [[Sulawesi Tengah]] sejak tahun 1909, dan kemudian berkembang sebagai hasil penginjilan yang dilakukan oleh GMIM. Dengan demikian jemaat GPID tersebar di Kabupaten [[Donggala]], [[Parigi Moutong]], [[Poso]], [[Sigi]] dan kota [[Palu]] sebagai kedudukan kantor Sinode.
[[Berkas:Infografis GPI.jpg|thumb|right|250px|Bagan pemekaran GPI yang menghasilkan berbagai gereja mandiri di Indonesia, antara lain GPID.]]
 
Baris 28:
Sejak abad ke-16 daerah [[Parigi]] pada dasarnya telah menjalin hubungan di bidang ekonomi dengan dunia luar. Pada catatan kaki yang ditulis oleh A. C. Cruyt yang diterjemahkan oleh S. Tobogu yang berjudul ”Sejarah Kerajaan Lokal Di Sulawesi” menjelaskan bahwa Portugis pertamakali menginjakkan kaki di Parigi pada tanggal 15 Januari 1515 tepatnya di Binangga. Portugis membawa armada perangnya dari Mindanao Philipina. Pada saat itu, Portugis gagal menaklukkan Binangga. Menurut Supri Na’a dan juga Hi. Hasim Marasobu, malah dicurigai bahwa raja Parigi yang pertama dilantik oleh seorang Portugis yang bernama Fransisco Le Sa yang melakukan pengembaraan ke Parigi pada tanggal 26 Desember 1517,<ref>Supri Na’a, Arkham M. Pibete, Sejarah Parigi, Hal. 11-13. Band. Hi. Hasim Marasobu, Sejarah Budaya Dan Hukum Adat Kerajaan Parigi, (Parigi: Perpustakaan Kabupaten Parigi Moutong), hal. 1.</ref> walaupun data tersebut dibantah oleh banyak kalangan, namun dari sini dapat dicatat bahwa kemungkinan besar daerah Parigi telah dimasuki oleh negara luar jauh sebelum kedatangan kolonial Belanda. Bahkan pertengahan abad ke- 17 Portugis telah memiliki sebuah gudang di Parigi. Kemudian gudang tersebut ditutup dan ditinggalkan pada tahun 1663.<ref name=bendriosibarani/>
 
Kedatangan orang-orang [[Kristen]] dari daerah [[Sulawesi Utara]] ([[Minahasa]] dan [[Sangihe]]) di Parigi berlangsung dalam beberapa periode dan latar belakang yang berbeda-beda. Selain karena ditugaskan oleh pemerintah [[Belanda]] termasuk para buruh kasar (± 1905), ada juga yang datang karena mengikuti program kolonisasi pada tahun 1909 yang diprakarsai oleh Belanda. Tahun 1910 ternyata orang-orang Rampi juga telah tersebar di daerah Parigi Moutong dan mereka telah beragama [[Kristen]] [[Protestan]]. Persekutuan kristen yang pertama kali di Parigi berawal dari kesadaran para pegawai pemerintah (orang-orang pribumi) untuk mengekspresikan iman mereka dalam kebaktian yang berlangsung di rumah para pegawai tersebut. Setelah mendengar keberadaan orang-orang [[Kristen]] di daerah ini, maka pada tahun 1915 datanglah badan-badan zending/penginjil seperti '''M. Larumpoa'''<ref>Dalam suratnya kepada BPS GMIM tanggal 20 November 1939, G. A. Tenda menyatakan bahwa M. Larumpoa-lah guru djemaat pertama di wilayah Teluk Tomini. Lihat, Dr. M. C. Jongeling, Sejarah Singkat GPID, (Makassar, 1972), hal. 1.</ref> tepatnya di daerah [[Teluk Tomini]] (wilayah utara Parigi Moutong). Pada tahun 1920 '''T. Bokau''' memulai pelayanannya di Sipayo. T. Bokau berhasil mendirikan jemaat di Spayo berkat hubungan yang baik dengan penduduk setempat. Selanjutnya tahun 1925 seorang zendeling yang datang dari Gorontalo yakni, Pdt. Pandelaki tiba di daerah Teluk Tomini untuk membantu pelayanan kepada jemaat-jemaat yang telah mulai tersebar di sana.<ref name=bendriosibarani/>
 
Keterangan tentang kapan jemaat pertama terbentuk di Donggala sangat sulit ditentukan. Selain tidak adanya arsip-arsip gereja tentang hal tersebut, orang-orang yang mengetahui cerita tersebut telah tidak ada lagi. Namun berdasarkan tulisan pada batu nisan yang ditemukan pada kuburan orang-orang Kristen di Donggala, maka dapat diperkirakan bahwa orang-orang Kristen telah ada di Donggala sebelum tahun 1910.<ref>Pada batu nisan orang Kristen tersebut tercatat tahun meninggal pada tahun 1910. Lokasi pekuburan Kristen di Donggala terletak di Gunung Bale yang diberikan oleh Raja Banawa.</ref> Persekutuan ibadah di Donggala dilaksanakan oleh para pegawai pemerintah yang pribumi dan berkebangsaan Belanda secara bersama-sama. Mereka dilayani oleh pelayan [[Indische Kerk]] yang datang dari [[Manado]]. Ada dua versi cerita mengenai berdirinya gedung gereja di Donggala. Versi yang pertama mengatakan bahwa gedung gereja yang pertama di Donggala adalah bekas gudang garam salah satu perusahaan VOC yang kemudian diambil alih oleh pemerintah Belanda dan versi yang kedua mengatakan bahwa gedung gereja di Donggala dibangun oleh pemerintah Belanda kemudian diserahkan kepada GMIM untuk dilayani setelah terjadi pemisahan administratif tahun 1935.<ref>Pdt. Waney telah diutus ke Donggala pada tahun 1934 kemudian pada tahun berikutnya dikirim lagi beberapa tenaga Pendeta dari GMIM. Lihat, F. K. Taga, 10 Tahun GPID, (Makassar: Skripsi Sarjana muda STT Intim, 1976), hal. 26-27.</ref> Dari Donggala, Injilpun mulai tersebar hingga ke daerah pantai barat seperti misalnya di daerah Tanjung yakni Walandano (tahun 1910), Lewonu dan sekitarnya. Hal ini dimungkinkan karena Belanda juga mulai memasuki daerah-daerah tersebut dalam rangka kepentingan ekonominya. Untuk mencapai daerah pantai barat tersebut khususnya di sekitaran Tanjung, maka Belanda menempuhnya melalui laut yang memang sangat dekat dari Donggala jika dibandingkan dengan perjalanan darat. Pada waktu itulah para pekerja (orang-orang Minahasa) mulai tersebar ke Walandano dan daerah di sekitarnya.<ref>Sejarah Berdirinya Jemaat GPID Tiberias Walandano, (Palu: Arsip Sinode GPID). Persekutuan Kristen di tempat ini dimulai oleh 12 orang Minahasa yang memasuki tempat ini pada tahun 1910. Mereka kemudian memberitakan Injil kepada penduduk setempat setelah beradaptasi bahkan kawin mawin dengan mereka. </ref>
Baris 110:
* {{id}} [https://www.facebook.com/pages/GPID-Gereja-Protestan-Indonesia-Donggala-/193216257379415 GPID di Facebook]
 
{{gereja-stub}}
{{Portal|Kristen}}
[[Kategori:Gereja di Indonesia]]