Ransum tentara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Pranala luar: clean up
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
A. Latar Belakang
{{globalize}}
Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi atau biasa disebut Bekasi Raya adalah
[[Berkas:French_combat_ration_dsc06927.jpg|jmpl|275x275px|Sebuah {{PAGENAME}} [[Angkatan Darat Prancis|Tentara Prancis]], dengan dua [[makanan]] dan bar [[energi]].]]
bagian dari provinsi Jawa Barat yang dikenal dengan sebutan “Bumi Patriot”. Sebutan
'''Ransum tentara''' (Inggris: ''Individual Combat Rations'') adalah makanan pra-saji atau makanan kaleng yang mudah disiapkan dan dimakan. Dan biasanya dibawa oleh pasukan [[militer]] di medan [[perang]]. Mereka dibedakan dari makanan biasa, karena dirancang untuk persiapan cepat di lapangan, menggunakan kaleng, pra-masak atau [[Pengeringan beku|beku kering]], bubuk minuman, dan makanan konsentrat berbentuk batang, serta dengan [[umur simpan]] jangka panjang.
ini disematkan karena kegigihannya dalam memperjuangkan wilayah melawan
penjajah. Semangat juang dan rela berkorban ini menjadikan Bekasi pernah menjadi
medan pertempuran melawan penjajah. Julukan Kota Patirot ini juga dijadikan sebagai
lambang kota Bekasi dan tercatat dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 01 tahun
1998. Dalam periode mempertahankan kemerdekaannya, Bekasi telah menjadi medan
pertempuran. Setidaknya, ada 23 titik pertempuran besar, 37 pertempuran umum, 83
markas pejuang yang tersebar di wilayah Bekasi dan 10 kampung yang pernah
dibumihanguskan oleh sekutu. Berbagai pertempuran yang terjadi di Bekasi ini
mengakibatkan banyak rumah-rumah hingga gedung-gedung yang ada di wilayah
Bekasi sempat dijadikan sebagai markas pertahanan untuk mempertahan khususnya
wilayah Bekasi.1
Terjadinya berbagai pertempuran sengit tersebut tercatat dalam sejarah bukan
karena tanpa alasan. Dahulu, Bekasi merupakan daerah karesidenan Kota Batavia yang
dahulunya sempat menjadi ibu kota Hindia Belanda. Pada masa tersebut, Bekasi
merupakan daerah penting yang menjadi daerah pertahanan Indonesia dalam mencegah
sekutu untuk menguasai Jawa Barat dengan melalui jalur dari arah pantai Utara.
Karesidenan sendiri merupakan sebuah daerah administratif yang dikepalai oleh
residen dan karesidenan ini hanya digunakan pada pemerintahan Hindia Belanda.Semenjak tahun 1950 karesidenan tidak lagi terpakai dan digantikan dengan
Kabupaten.2
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Bekasi sempat menjadi
wilayah industri pertanian dan perkebunan. Akibatnya, masyarakat Bekasi banyak
yang menjadi petani bagi tuan-tuan tanah yang menguasai beberapa wilayah di Bekasi.
Tambun merupakah salah satu bekas wilayah yang pernah dikuasai oleh tuan tanah
pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Di Tambun, terdapat salah satu bangunan
bekas rumah tuan tanah yang meninggalkan warisan bersejarah bagi masyarakat Bekasi
hingga sekarang. Bangunan tersebut berbentuk gedung yang lama dikenal dengan
Gedung Juang 45. Dalam perkembangannya, Gedung Juang Bekasi ini mengalami
beberapa perubahan fungsi guna bangunan pada tiap masa yang dilalui nya.3
Gedung Juang atau dahulu bernama Gedung Tinggi merupakan sebuah
bangunan situs sejarah yang sekarang difungsikan sebagai museum digital.
Dialihfungsikannya gedung juang menjadi museum digital ini dimaksudkan agar selain
membekali masyarakat Bekasi dengan pengetahuan sejarah atau informasi tentang
koleksi-koleksi yang ada di museum juga untuk membekali masyarakat dengan
identitas budaya. Identitas budaya ini dirasa perlu dibutuhkan oleh masyarakat, dengan
maksud agar masyarakat terhindar dari rasa kehilangan jati diri serta untuk mengatasi
terseretnya masyarakat dari arus globalisasi yang dapat menghilangkan jati diri atau
identitas budaya.4 Untuk itu, dalam suatu identitas budaya diperlukan sebuah sejarah
dalam bermasyarakat. Gedung Juang merupakan salah satu warisan sejarah yang
mengingatkan masyarakat Bekasi akan identitas daerahnya
 
== Di berbagai negara ==