Jean-Paul Sartre: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Baris 43:
Sartre merupakan salah satu pendukung eksistensialisme. Berbeda dengan para tokoh eksistensialisme yang lainnya, Sartre menyatakan [[premis]] dasar dari eksistensialisme secara gamblang. Premis ini menyatakan bahwa setiap orang memiliki kebebasan menjalani hidupnya sesuai dengan apapun yang disukainya. Secara sederhana. premis ini menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi.{{Sfn|Ruswantoro|2010|p=36-37}}
 
Penjelasan mengenai premis tersebut diberikan oleh Sarte melalui sebuah [[analogi]]. Dalam analogi ini, manusia tidak disamakan dengan pisau kertas. Analogi ini dinyatakannya tidak bisa dilakukan karena konsep pisau kertas dibuat oleh seseorang sebelum pisau tersebut dibuat. Dalam analogi ini, konsep mengenai pisau kerta ada terlebih dahulu dibandingkan keberadaannya. Berarti, esensi mendahului eksistensi. Sedangkan pada manusia, Sartre meyakini bahwa keberadaan manusia tercapai tanpa esensi. Esensi ada pada manusia sebagai hasil dari eksistensi manusia yang kemudian membuat esensi atas dirinya sendiri.{{Sfn|Roswantoro|2010|p=37-38}}
 
Sartre meyakini bahwa keberadaan manusia tidak bersifat konseptual, melainkan aktual. Ia melandasi pemikirannya ini sebagai tanggapan atas gagasan [[ateisme]] abad ke-18 yang menolak keberadaan Tuhan, tetapi menerima gagasan bahwa esensi mendahului eksistensi. Gagasan ini merupakan hasil pemikiran dari Diderot, Voltaire dan Immanuel Kant. Dalam pemikiran kemanusiaan, Sartre meyakini bahwa setiap manusia dapat mewakili konsep manusia universal karena memiliki watak manusia yang menjadi konsep tentang manusia.{{Sfn|Roswantoro|2010|p=38}}