Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andreweys (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Andreweys (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Update Sejarah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 69:
[[File:Makassar airport map.jpg|thumb|left|Peta Bandara Sultan Hasanuddin]]
 
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dulunya bernama Lapangan Terbang Kadieng dan sudah melayani rute internasional internasional tapi harus di tutup sejak tahun 2008 karena banyak maskapai penerbangan rute internasional mengalami kerugian.
Bandara Hasanuddin yang semula bernama Lapangan Terbang Kadieng, dibangun pada tahun 1935 oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] , kurang lebih 22 kilometer ke arah utara Makassar. Landasan pacu lapangan terbang dengan ukuran rumput [ perlu klarifikasi ] 1600m x 45m (Runway 08-26) diresmikan pada tanggal 27 September 1937 oleh penerbangan komersial dari Singapura, Pesawat Douglas D2/F6 yang dioperasikan oleh KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij). Pada tahun 1942, pemerintah Jepang memperluas lapangan dengan menggunakan tenaga kerja POW dan menamakannya Lapangan Mandai. Pada tahun 1945, Belanda membangun landasan pacu baru.
 
Lapangan Terbang Kadieng atau Bandara Lama Sultan Hasanuddin beroperasi dengan rute komersil pertama kali dengan tujuan Surabaya. Memanfaatkan landasan pacu dengan jenis rumput sepanjang 1,600m x 45m dan saat ini disebut Runway 08-26. Diresmikan pada tanggal 27 September 1937 dengan pesawat awal Doughlas D2/F6 yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan belanda KNILM (Koningklijke Netherland Indische Luchtvaan Maatschappij).
Pada tahun 1950, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia Bagian Lapangan Terbang mengambil alih lapangan tersebut, dan pada tahun 1955 dialihkan ke [[Perhubungan Udara]] , sekarang Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yang memperpanjang landasan pacu menjadi 2345m x 45m dan berganti nama menjadi bandara Air Mandai. Pada tahun 1980, landasan pacu 13–31 dibangun—2500m x 45m; pada tahun yang sama namanya berubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin. Pada tahun 1985 Pelabuhan Hasanuddin Air berubah nama menjadi Bandara Hasanuddin.
 
Bandara mengalami peningkatan kembali di masa penjajahan Jepang dengan melakukan perbaikan landasan pacu yang awalnya rumput menjadi beton. Namanya pun menjadi Lapangan Terbang Mandai. Penambahan landasan pacu pun terjadi dan dilakukan oleh pihak Sekutu pada tahun 1945 dengan kode Runway 13-31 yang dibangun dengan ukuran 1745 m x 45 m. Pekerja saat itu mencapai 4000 orang dan bekas tahanan perang Jepang atau disebut Romusha.
Pada tanggal 3 Maret 1987 pengelolaan bandar udara dialihkan dari [[Direktorat Jenderal Perhubungan Udara]] kepada Perum Angkasa Pura I, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1987 tanggal 9 Januari 1987. Pada tanggal 1 Januari 1993 nama perusahaan berubah menjadi PT (Persero). ) Angkasa Pura I. Pada tanggal 30 Oktober 1994, Bandara Hasanuddin, sekarang Bandara Internasional sesuai dengan keputusan [[Menteri Perhubungan]] nomor KM 61/1994 tanggal 7 Januari 1995, diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi Selatan. . 28 Maret 1995 menandai penerbangan [[Malaysia Airlines]] langsung dari [[Kuala Lumpur]] menuju Hasanuddin, disusul dengan penerbangan [[SilkAir]] dari [[Singapura]]. Sejak tahun 1990, Bandara Hasanuddin telah digunakan sebagai titik embarkasi/debarkasi [[haji]] ke [[Jeddah]] .
 
Bandara kembali kepangkuan tanah air pada tahun 1950 dan pengoperasian serta pemeliharaannya di pegang oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang. Selama pengoperasiannya bandara ini menjadi salah satu bandara tersibuk karena menghubungkan Indonesia bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.
Bandara Hasanuddin melayani Wilayah Indonesia Timur dan Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 20 Agustus 2008 terminal baru dibuka, menggantikan terminal lama yang kemudian diserahkan kepada TNI AU.
 
Tahun 1955 pengoperasiaanya dipegang oleh Jawatan Penerbangan Sipil yang saat ini di sebut Direktorat Jendral Penerbangan Udara. Landasan pacu pun ditambah panjangnya menjadi 2,345 m x 45 m dan diubah namanya menjadi Pelabuhan Udara Mandai.
Pada tanggal 8 Januari 2010, bandara ini meresmikan landasan pacu sepanjang 3100 m yang baru dibangun (21/3) untuk penerbangan komersial. Dengan dibukanya landasan pacu ke-2, Hasanuddin menjadi bandara komersial kedua di Indonesia yang memiliki dua landasan pacu, yang lainnya adalah [[Bandara Internasional Soekarno-Hatta]] di Jakarta. Ini juga satu dari hanya dua bandara di Indonesia yang memiliki landasan pacu silang, dengan Bandara Budiarto di dekat Serpong yang berfungsi sebagai sekolah terbang.
 
Pada tanggal 7 Januari 1995 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan saat itu yakni Bapak Zainal Basri Palaguna. Penerbangan Makassar – Kuala Lumpur dibuka pada tanggal 28 Maret 1995 oleh Maskapai Malaysia Airline System (MAS) disusul oleh maskapai Silk Air yang membuka rute Changi Airport Singapore.
 
Perlu diketahui rute Internasional Bandara Sultan Hasanuddin sudah dimulai 1985 disaat bandara ini di jadikan bandara embarkasi haji yang melayani rute Makassar – Jeddah. Selain itu bandara ini sudah menjadi bandara yuridiksi Indonesia timur yang melalui rute hingga ke Papua Nugini serta Australia
 
Hal yang mengejutkan terjadi ketika 28 Oktober 2006 sampai pertengahan 2008 rute internasional berhenti total ketika rute Makassar -Singapura di tutup oleh Garuda Indonesia karena mengalami kerugian besar mengikuti jejak Malaysia Airline dan Silk Airline yang lebih dahulu menghapus rutenya ke makassar. Praktis saat itu hanya penerbangan haji menuju jeddah yang tetap beroperasi.
 
Sejak Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di pindahkan ke gedung terminal baru. Praktis gedung terminal terbengkalai. Walaupun pada awalnya masih ada aktifitas dari manajemen angkasa pura II yang beroperasi namun mulai 2009 semua aktifitas terhenti. Puncaknya pada tanggal 14 Agustus 2016 malam. Gedung terminal bandara lama terbakar dan menghanguskan seluruh bangunan dari ujung barat dan timur. Sebelum kejadian bandara lama sering di jadikan area parkir pesawat perintis dan pesawat TNI AU.
 
Bandara Sultan Hasanuddin menempati terminal baru dengan konstruksi bangunan yang lebih unik. Di dalam area tunggu terdapat miniatur kebanggan Kapal Phinisi khas Sulawesi Selatan. Di depan terminal juga terdapat air mancur yang menjadi objek foto para wisatawan. Patung perunggu Sultan Hasanuddin akan menyambut kamu ketika masuk menuju area bandara sebagai sambutan selamat datang.
 
Bandara yang saat ini menyosong tema airport city dilengkapi dengan area rumah sakit yang berada di sekitar bandara, hotel bujet bagi para wisatawan yang tanpa harus keluar bandara untuk menunggu waktu transit di hotel. Disini terdapat juga banyak area makanan dan oleh-oleh yang menjadikan bandara menjadi business center terbaik.
 
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin kini juga sudah menjadi bandara terpadat dan melayani penerbangan seluruh Indonesia dan terhubung dengan berbagai bandara di kota-kota besar lainnya. Hampir semua maskapai menjual tiket perjalanan ke Makassar baik internasional maupun domestik.
 
Bandara ini pun mendapat predikat tiga bandara terbaik di indonesia dengan menyabet penghargaan pada tahun 2011 dan juga penghargaan sebagai bandara dengan pelayanan terbaik serta toilet terbersih. Penghargaan tertinggi pada tahun 2012 mendapat penghargaan dari Kementrian Perhubungan dalam Bandara Award sebagai bandara terbaik.
 
[[File:Sultan Hasanuddin International Airport Terminal.jpg|thumb|left|Ruang Tunggu]]