Raja Yerusalem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
Meskipun negara-negara bentukan Tentara Salib sudah runtuh, sejumlah bangsawan Eropa masih saja mendaku-daku sebagai ahli waris gelar "Raja Yerusalem," yakni bangsawan-bangsawan yang masih termasuk nasab [[Kerajaan Siprus|raja-raja Siprus]] atau [[Daftar Penguasa Napoli|raja-raja Napoli]], bahkan [[Kerajaan Spanyol|Raja Spanyol]] yang memerintah saat ini pun mendaku sebagai ahli waris yang sah atas gelar tersebut.
 
== Sejarah ==
== Raja-raja Yerusalem (1099–1291)==
[[File:10 paoli 1747 - FRANCIS II.jpg|thumb|250px|left|[[koin perak|Uang perak]] pecahan 10 Paoli, keluaran [[Franz I, Kaisar Romawi Suci|Adipati Agung Toskana, Francesco III]], tahun 1747. [[Kepala dan ekor|Sisi kepala]] memuat singkatan Latin ''FRANCISCVS·D·G·R·I·S·A·G·H·REX· LOT·BAR·M·D·ETR'' (Fransiskus, Atas Berkat Rahmat Allah, Kaisar Bangsa Romawi, Mulia Senantiasa, Raja Jerman dan Yerusalem, Adipati Lotharingen dan Bar, Adipati Agung Toskana)]]
Kerajaan Yerusalem terbentuk pada masa Perang Salib I, ketika usulan-usulan untuk menjadikan kota Yerusalem sebagai sebuah [[teokrasi|praja gerejawi]] ditolak. Pada tahun 1099, Godefridus bangsawan Bouillon, terpilih menjadi kepala pemerintahan Yerusalem yang pertama dari kalangan Katolik Latin. Upacara pelantikannya dilangsungkan di [[Gereja Kelahiran]], [[Betlehem]]. Ia menyandang gelar pangeran dan ''[[Gelar Godefroy dari Bouillon|Advocatus Sancti Sepulchri]]'', Pembela Makam Kudus. Mungkin sekali alasan di balik pemilihan gelar tersebut adalah anggapan masyarakat bahwa Kristus sajalah yang boleh bertajuk mahkota di Yerusalem.{{sfn|Murray|2006|pp=533–535|loc=Godefridus bangsawan Bouillon (wafat tahun 1100)}} ''[[Advocatus]]'' adalah gelar yang sudah tidak asing lagi bagi Godefridus, karena jamak dipakai di negeri-negeri asal Tentara Salib sebagai gelar bagi tokoh awam yang melindungi dan mengurus harta benda milik Gereja.{{sfn|Holt|1986|p=23}}{{sfn|Jotischky|2004|pp=59–60, 62}} Godefridus mangkat pada tahun berikutnya. Adiknyalah, [[Baudouin I dari Yerusalem|Balduinus I]], yang pertama kali menyandang gelar raja, dan yang pertama kali dinobatkan menjadi raja di Gereja Makam Kudus.
Baris 35:
 
Manakala lingkup kewenangan raja di sejumlah negara Eropa kian meluas, lingkup kewenangan Raja Yerusalem justru terus-menerus menyempit, digerogoti tokoh terkuat dari antara para baron bawahannya. Penyebabnya antara lain adalah banyaknya raja yang naik takhta pada usia belia, dan seringnya jabatan pemangku raja dipegang pembesar dari kalangan bangsawan.
 
Pada tahun 1127, seorang duta utusan Raja [[Baudouin II dari Yerusalem|Balduinus II]], datang menghadap [[Foulques, Raja Yerusalem|Bupati Anjou, Fulko V]], mempersembahkan tawaran perjodohan dari Kerajaan Yerusalem. Raja Balduinus II tidak dikaruniai putra, tetapi sudah menetapkan putrinya, [[Melisende dari Yerusalem|Melisenda]], sebagai calon penerus. Sang raja hendak melindungi hak waris putrinya dengan jalan mengawinkannya dengan seorang bangsawan yang disegani. Fulko adalah anggota Tentara Salib yang kaya, panglima kawakan, dan seorang duda. Pengalaman militer Fulko kelak terbukti sangat berguna bagi Kerajaan Yerusalem, sebuah negara di garis depan yang senantiasa dibayang-bayangi perang.
 
Fulko mengajukan syarat yang lebih tinggi, bukan hanya sekadar mempersunting Melisenda, ia ingin menjadi raja yang memerintah bersama Melisenda. Dengan pertimbangan kekayaan dan kiprah militer Fulko, Raja Balduinus II menerima syarat tersebut. Fulko melepas jabatan Bupati Anjou kepada putranya, [[Geoffrey Plantagenet, Count of Anjou|Gefredus]], lalu berlayar ke Yerusalem dan mengawini Melisenda pada tanggal 2 Juni 1129. Kemudian hari, Raja Balduinus II mendongkrak kedudukan Melisenda di Kerajaan Yerusalem dengan menjadikannya sebagai satu-satunya wali [[Baudouin III dari Yerusalem|Balduinus III]], buah perkawinannya dengan Fulko yang lahir pada tahun 1130.
 
Fulko dan Melisenda naik takhta bersama-sama menjadi kepala negara sesudah Raja Balduinus II mangkat pada tahun 1131. Sedari awal Fulko sudah memonopoli urusan pemerintahan, Melisenda sama sekali tidak dilibatkan. Ia mengutamakan orang-orang yang sedaerah-asal dengannya ketimbang kaum bangsawan asli. Negara-negara Tentara Salib lainnya di utara khawatir kalau kalau Fulko akan memaksa mereka menjadi negara bawahan Kerajaan Yerusalem, seperti yang pernah dilakukan Raja Balduinus II, tetapi lantaran Fulko tidak sekuat mendiang mertuanya itu, negara-negara di utara menolak kewenangannya.
 
[[File:FoulquesofAnjou-death.jpg|left|thumb|150px|Kemangkatan Fulko, gambar di dalam naskah buatan Ako yang memuat risalah Wilhelmus Uskup Agung Tirus, ''Historia'', berikut ''Lanjutan Prancis Lama''-nya, koleksi [[Bibliothèque nationale de France|Perpustakaan Nasional Prancis]] nomor 13C.]]
 
Di Yerusalem pun Fulko tidak disenangi warga Kristen generasi kedua yang lahir dan membesar di kota itu sejak zaman Perang Salib I. Warga Kristen "bumiputra" tersebut lebih suka bertuan kepada saudara misan Ratu Melisenda, yakni [[Kabupaten Yafo dan Askelon|Bupati Yafo]], [[Hugo II dari Yafo|Hugo II]], yang sangat setia berbakti kepada sang ratu. Di mata Fulko, Hugo adalah saingan. Demi menyingkirkan saingannya itu, pada tahun 1134, Fulko menuduh Hugo berbuat serong dengan Melisenda. Hugo menggugat tuduhan itu dengan memberontak. Ia berkubu di Yafo, dan bersekutu dengan umat Islam [[Ashkelon|Askelon]]. Angkatan perang yang dikerahkan Fulko dapat ia kalahkan, tetapi entah sampai kapan ia sanggup menahan gempuran. [[Patriarkat Latin Yerusalem|Batrik Yerusalem]] akhirnya turun tangan menengahi, mungkin atas titah Melisenda. Fulko bersedia berdamai, sementara Hugo rela hidup terbuang dari Yerusalem selama tiga tahun, bukan suatu hukuman yang berat.
 
Meskipun perseteruan sudah mereda, Hugo pernah nyaris saja tewas dibunuh orang. Sekalipun tidak ada bukti yang kuat, sudah menjadi keyakinan umum bahwa Fulko atau para pendukungnyalah yang mendalangi upaya pembunuhan atas diri Hugo. Skandal ini dimanfaatkan para pendukung ratu untuk mengambil alih pemerintahan lewat gerakan yang memuncak pada suatu kudeta istana. Penulis dan sejarawan Bernard Hamilton mengemukakan di dalam bukunya bahwa para pendukung Fulko "dicekam rasa takut kehilangan nyawa" di istana. Pujangga dan sejarawan sezaman, [[Willelmus Tyrensis|Wilelmus, Uskup Agung Tirus]], meriwayatkan di dalam tawarikhnya bahwa Fulko "tidak lagi berani coba-coba mengambil prakarsa, bahkan untuk urusan remeh-temeh sekalipun, tanpa persetujuan (Melisenda)". Akibatnya, sejak tahun 1136, Melisenda mengendalikan pemerintahan secara langsung tanpa diganggu gugat pihak mana pun. Fulko akhirnya kembali rukun dengan istrinya sebelum tahun 1136, dan pasangan itu sekali lagi dikaruniai seorang putra, yang diberi nama [[Amaury I dari Yerusalem|Amalrikus]].
 
Pada tahun 1143, ketika sedang berlibur bersama istrinya di [[Akka|Ako]], Fulko mangkat akibat kecelakaan selagi asyik berburu. Pujangga Wilelmus meriwayatkan bahwa kuda yang ditungganginya jatuh tersandung, kepala Fulko membentur pelana, "dan otaknya menyembur keluar dari lubang-lubang telinga maupun hidung." Ia segera dilarikan ke Ako, dan terbaring tak sadarkan diri selama tiga hari sebelum akhirnya dijemput ajal. Ia dikebumikan di dalam [[Gereja Makam Kudus]] di Yerusalem. Sekalipun rumah tangga mereka diawali dengan konflik, Melisenda berkabung meratapi kepergian Fulko, baik saat sedang sendirian maupun di depan khalayak ramai. Ahli-ahli waris Fulko adalah Gefredus, anaknya dari istri pertama, serta Balduinus III dan Amalrikus I, anak-anaknya dari Melisenda.
 
[[Baudouin III dari Yerusalem|Balduinus III]] naik takta bersama-sama ibunya pada tahun 1143. Awal masa pemerintahannya diwarnai cekcok dengan ibunya terkait kepemilikan Yerusalem. Cekcok anak-beranak itu baru usai sesudah Balduinus III memegang sendiri kendali pemerintahan pada tahun 1153. Pada tahun 1163, Balduinus III mangkat tanpa meninggalkan keturunan. Adiknya, [[Amaury I dari Yerusalem|Amalrikus]], naik tahkta menggantikannya, kendati perkawinan Amalrikus tidak direstui beberapa pihak di kalangan bangsawan. Pada tahun 1157, saat Balduinus III masih berpeluang dikaruniai seorang putra, pihak-pihak tersebut bersedia merestui perkawinan Amalrikus dengan [[Agnes dari Courtenay|Agnes, putri Bupati Edesa]], tetapi saat Amalrikus mewarisi takhta lantaran abangnya mangkat tanpa keturunan, [[Majelis Tinggi Yerusalem|''Haute Cour'']] tidak bersedia mengakui hak warisnya jika perkawinannya dengan Agnes tidak dibatalkan. Harus diakui bahwa mungkin saja kebencian terhadap Agnes terlampau dilebih-lebihkan oleh pujangga Wilelmus, mengingat Agneslah yang menjegal ambisinya menjadi [[Patriarkat Latin Yerusalem|Batrik Yerusalem]] berpuluh-puluh tahun kemudian, demikian pula oleh pujangga-pujangga yang meneruskan penulisan tawarikh Wilelmus, misalnya [[Ernoul]], yang menyajikan secuil informasi mengenai akhlak Agnes lewat kalimat "car telle n'est que roine doie iestre di si haute cite comme de Jherusalem" (tidak pantas ratu semacam dia memerintah kota sesuci Yerusalem).
 
Bagaimanapun juga, [[konsanguinitas|kedekatan hubungan darah]] sudah cukup memadai untuk dijadikan alasan penentangan. Amalrikus akhirnya setuju naik takhta tanpa permaisuri, kendati Agnes tetap menyandang gelar Istri Bupati Yafo dan Askelon, serta menerima pensiun dari pendapatan dua daerah bumi lungguh itu. Gereja memutuskan bahwa anak-anak Amalrikus dari Agnes adalah anak-anak yang sah, dan oleh karena itu adalah ahli-ahli waris yang sah atas takhta Kerajaan Yerusalem. Melalui anak-anaknya, Agnes leluasa mencampuri urusan pemerintahan Yerusalem selama hampir 20 tahun. Amalrikus digantikan putranya dari Agnes, [[Baudouin IV dari Yerusalem|Balduinus IV]].
 
[[File:Maria Comnena and Amalric I of Jerusalem.jpg|thumb|left|200px|Upacara perkawinan Raja Amalrikus dengan Putri Maria Komnena di [[Tirus]]]]
 
[[Agnes dari Courtenay|Agnes]] kawin lagi dengan [[Renaud dari Sidon|Bupati Sidon, Reginaldus]], pada tahun 1170, sementara [[Maria Comnena, Queen consort of Jerusalem|Permaisuri Maria Komnena]], sepeninggal Amalrikus, kawin lagi dengan [[Balian dari Ibelin|Tuan Besar Ibelin, Balianus]], pada tahun 1177. Saat itu Putri Sibila, anak Amalrikus dan Agnes, sudah tumbuh dewasa, memiliki seorang putra, dan jelas-jelas adalah calon kuat pengganti abangnya, tetapi [[Isabella I dari Yerusalem|Putri Isabela]], anak Amalrikus dari Maria Komnena, didukung keluarga besar ayah tirinya, [[wangsa Ibelin]].
 
Pada tahun 1179, Raja Balduinus IV berencana menjodohkan Putri Sibila dengan [[Hugues III dari Bourgogne|Adipati Burgundia, Hugo III]], tetapi sampai dengan musim seni tahun 1180, usaha perjodohan tersebut tidak kunjung tertuntaskan. [[Raymond III dari Tripoli|Bupati Tripoli, Raimundus III]], berusaha melancarkan kudeta. Ia memimpin pasukannya berbaris menuju Yerusalem bersama-sama pasukan Pangeran Antiokhia, Boamundus III, dengan maksud memaksa raja untuk mengawinkan Putri Sibila dengan seorang bangsawan setempat yang ditentukannya sendiri. Mungkin sekali calon yang hendak disodorkan Raimundus adalah [[Baudouin dari Ibelin|Tuan Besar Ramlah, Balduinus]], abang Balianus. Demi menggagalkan upaya Raimundus, sang raja buru-buru mengawinkan Putri Sibila dengan [[Guy dari Lusignan|Guido, kesatria bangsawan Lusignan]], adik [[Aimery dari Siprus|Aimerikus]], [[Pejabat Kerajaan Yerusalem#Jagabaya|Jagabaya]] Kerajaan Yerusalem. Perjodohan dengan bangsawan luar negeri dianggap penting karena membuka peluang bagi pengerahan bala bantuan dari luar Kerajaan Yerusalem. Karena Raja Prancis yang baru, [[Philippe II dari Prancis|Filipus II]], masih di bawah umur, status Guido selaku kawula Raja Prancis maupun kawula Raja Inggris yang masih terhitung saudara misan Putri Sibila, yakni [[Henry II dari Inggris|Raja Henrikus II]] – yang diwajibkan Sri Paus untuk melakukan ziarah silih dosa ke Tanah Suci – dianggap ada gunanya.
 
Pada tahun 1182, Raja Balduinus IV, yang kian kesulitan menjalankan pemerintahan akibat penyakit kusta yang dideritanya, mengangkat Guido menjadi ''bailli'' (pengemban titah, wakil raja). Pengangkatan tersebut ditentang Raimundus, tetapi sesudah Guido kehilangan kepercayaan raja setahun kemudian, Raimundus diangkat kembali menjadi ''bailli'' dan dihadiahi kepemilikan atas [[Beirut]]. Raja Balduinus akhirnya mencapai mufakat dengan Raimundus dan [[Majelis Tinggi Yerusalem|''Haute Cour'']] untuk mengangkat Balduinus bangsawan Monferrato, anak Sibila dari suami pertama, menjadi ahli warisnya, dengan hak waris mendahului Sibila dan Guido. Pada tahun 1183, anak Sibila yang masih kanak-kanak itu dinobatkan menjadi Raja Balduinus V, untuk memerintah bersama-sama Balduinus IV, dalam suatu upacara yang dipimpin Raimundus. Disepakati bahwa apabila raja kanak-kanak itu mangkat sebelum akil balik, hak perwaliannya turun kepada "ahli-ahli waris yang paling berhak" sampai para kerabatnya – Raja Inggris, Raja Prancis, dan [[Frederick I, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Romawi Suci, Frederikus I]] – dan [[Paus (Gereja Katolik)|Sri Paus]] dapat memutuskan pihak mana yang lebih berhak dinobatkan menggantikannya, Sibila atau Isabela. Tidak diperinci siapa saja "ahli-ahli waris yang paling berhak" tersebut.
 
Raja Balduinus IV mangkat pada musim semi tahun 1185, dan digantikan kemenakannya, Balduinus V. Raimundus memegang jabatan ''bailli'', tetapi melimpahkan hak perwaliannya atas Balduinus V kepada Yoselinus III, Bupati Tituler Edesa, adik dari ibu Sibila, lantaran enggan dicurigai yang bukan-bukan apabila sang raja kanak-kanak yang kondisi kesehatannya tidak kunjung membaik itu tiba-tiba mangkat. Raja Balduinus V mangkat pada musim gugur tahun 1186, di [[Akka|Ako]]. Baik kubu Sibila maupun kubu Isabela mengabaikan wasiat Balduinus IV.
 
Seusai upacara pengebumian, Yoselinus mencalonkan Sibila sebagai pengganti Balduinus IV, meskipun Sibila harus bersedia menceraikan Guido, sama seperti ayahnya dulu dipaksa menceraikan ibunya, tetapi dijanjikan akan diperbolehkan memilih sendiri pendamping baru. Sesudah dinobatkan, Sibila langsung menobatkan Guido. Sementara itu, Raimundus berangkat ke [[Nablus]], kota tempat Balianus dan Maria bermastautin, lalu mengundang semua bangsawan yang setia kepada Putri Isabela dan wangsa Ibelin. Raimundus menghendaki Isabela dan suaminya, [[Onfroy IV dari Toron|Hunfridus IV, Tuan Besar Toron]], dinobatkan menjadi penguasa Yerusalem, tetapi Hunfridus yang berayahtirikan [[Renaud dari Châtillon|Reginaldus bangsawan Châtillon]], salah seorang sekutu Guido, malah membelot dan berprasetia kepada Guido dan Sibila.
 
Sesudah Yerusalem jatuh ke tangan Mamluk pada tahun 1187, ibu kota Kerajaan Yerusalem berpindah ke [[Akka|Ako]] sampai tahun 1291, meskipun upacara penobatan dilangsungkan di kota [[Tirus]].
Baris 46 ⟶ 76:
Jatuhnya Ako ke tangan [[Mamluk]] pada tahun 1291 mengakhiri kiprah Tentara Salib di Timur Tengah.
 
== Daftar Raja-raja dan Ratu Yerusalem (1099–1291)==
=== Wangsa Boulogne (1099–1118) ===
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />Rentang usia<br />Dinasti
!Gambar
!Berkuasa
Baris 55 ⟶ 85:
|-
|1
|align="center" |[[Godefroy dari Bouillon|<big>'''Godefroy''']]</big><br />{{small|sekitar 1060 {{ndash}} 18 Juli 1100}}<br />Boulogne
|align="center" |[[Berkas:Godfroy.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|22 Juli 1099 – 18 Juli 1100<br />({{age in years and days|1099|7|22|1100|7|18|duration=yes}})}}
Baris 63 ⟶ 93:
|-
|2
|align="center" |[[Baudouin I dari Yerusalem|<big>'''Baudouin I''']]</big><br />{{small|sekitar 1058 {{ndash}} 2 April 1118}}<br />Boulogne
|align="center" |[[Berkas:Baldwin 1 of Jerusalem (Cropped).jpg|100px]]
|align="center" |{{small|25 Desember 1100 - 2 April 1118<br />({{age in years and days|1100|12|25|1118|4|2|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Adik laki-laki dari (1) '''Godefroy'''
|}
 
=== Wangsa Rethel (1118–1153) ===
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />Rentang usia
!Gambar
!Berkuasa
!width="40%" |Catatan
|-
|3
|align="center" |[[Baudouin II dari Yerusalem|<big>'''Baudouin II''']]</big><br />{{small|sekitar 1075 {{ndash}} 21 Agustus 1131}}<br />Rethel
|align="center" |[[Berkas:Balduin2.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|2 April 1118 – 21 Agustus 1131<br />({{age in years and days|1118|4|2|1131|8|21|duration=yes}})}}
Baris 86 ⟶ 107:
|-
|4
|align="center" |[[Melisende dari Yerusalem|<big>'''Melisende''']]</big><br />{{small|1105 {{ndash}} 11 September 1161 }}<br />Rethel
|align="center" |[[Berkas:Melisenda.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|1131 – 1153<br />''Bersama [[Foulques, Raja Yerusalem|Foulques]] (1131 - 1143)<br />dan [[Baudouin III dari Yerusalem|Baudouin III]] (1143 - 1163)''}}
Baris 95 ⟶ 116:
=== Wangsa Anjou (1153–1205) ===
{{see also|Wangsa Ingelger}}
 
Pada tahun 1127, seorang duta utusan Raja [[Baudouin II dari Yerusalem|Balduinus II]], datang menghadap [[Foulques, Raja Yerusalem|Bupati Anjou, Fulko V]], mempersembahkan tawaran perjodohan dari Kerajaan Yerusalem. Raja Balduinus II tidak dikaruniai putra, tetapi sudah menetapkan putrinya, [[Melisende dari Yerusalem|Melisenda]], sebagai calon penerus. Sang raja hendak melindungi hak waris putrinya dengan jalan mengawinkannya dengan seorang bangsawan yang disegani. Fulko adalah anggota Tentara Salib yang kaya, panglima kawakan, dan seorang duda. Pengalaman militer Fulko kelak terbukti sangat berguna bagi Kerajaan Yerusalem, sebuah negara di garis depan yang senantiasa dibayang-bayangi perang.
 
Fulko mengajukan syarat yang lebih tinggi, bukan hanya sekadar mempersunting Melisenda, ia ingin menjadi raja yang memerintah bersama Melisenda. Dengan pertimbangan kekayaan dan kiprah militer Fulko, Raja Balduinus II menerima syarat tersebut. Fulko melepas jabatan Bupati Anjou kepada putranya, [[Geoffrey Plantagenet, Count of Anjou|Gefredus]], lalu berlayar ke Yerusalem dan mengawini Melisenda pada tanggal 2 Juni 1129. Kemudian hari, Raja Balduinus II mendongkrak kedudukan Melisenda di Kerajaan Yerusalem dengan menjadikannya sebagai satu-satunya wali [[Baudouin III dari Yerusalem|Balduinus III]], buah perkawinannya dengan Fulko yang lahir pada tahun 1130.
 
Fulko dan Melisenda naik takhta bersama-sama menjadi kepala negara sesudah Raja Balduinus II mangkat pada tahun 1131. Sedari awal Fulko sudah memonopoli urusan pemerintahan, Melisenda sama sekali tidak dilibatkan. Ia mengutamakan orang-orang yang sedaerah-asal dengannya ketimbang kaum bangsawan asli. Negara-negara Tentara Salib lainnya di utara khawatir kalau kalau Fulko akan memaksa mereka menjadi negara bawahan Kerajaan Yerusalem, seperti yang pernah dilakukan Raja Balduinus II, tetapi lantaran Fulko tidak sekuat mendiang mertuanya itu, negara-negara di utara menolak kewenangannya.
 
[[File:FoulquesofAnjou-death.jpg|left|thumb|150px|Kemangkatan Fulko, gambar di dalam naskah buatan Ako yang memuat risalah Wilhelmus Uskup Agung Tirus, ''Historia'', berikut ''Lanjutan Prancis Lama''-nya, koleksi [[Bibliothèque nationale de France|Perpustakaan Nasional Prancis]] nomor 13C.]]
 
Di Yerusalem pun Fulko tidak disenangi warga Kristen generasi kedua yang lahir dan membesar di kota itu sejak zaman Perang Salib I. Warga Kristen "bumiputra" tersebut lebih suka bertuan kepada saudara misan Ratu Melisenda, yakni [[Kabupaten Yafo dan Askelon|Bupati Yafo]], [[Hugo II dari Yafo|Hugo II]], yang sangat setia berbakti kepada sang ratu. Di mata Fulko, Hugo adalah saingan. Demi menyingkirkan saingannya itu, pada tahun 1134, Fulko menuduh Hugo berbuat serong dengan Melisenda. Hugo menggugat tuduhan itu dengan memberontak. Ia berkubu di Yafo, dan bersekutu dengan umat Islam [[Ashkelon|Askelon]]. Angkatan perang yang dikerahkan Fulko dapat ia kalahkan, tetapi entah sampai kapan ia sanggup menahan gempuran. [[Patriarkat Latin Yerusalem|Batrik Yerusalem]] akhirnya turun tangan menengahi, mungkin atas titah Melisenda. Fulko bersedia berdamai, sementara Hugo rela hidup terbuang dari Yerusalem selama tiga tahun, bukan suatu hukuman yang berat.
 
Meskipun perseteruan sudah mereda, Hugo pernah nyaris saja tewas dibunuh orang. Sekalipun tidak ada bukti yang kuat, sudah menjadi keyakinan umum bahwa Fulko atau para pendukungnyalah yang mendalangi upaya pembunuhan atas diri Hugo. Skandal ini dimanfaatkan para pendukung ratu untuk mengambil alih pemerintahan lewat gerakan yang memuncak pada suatu kudeta istana. Penulis dan sejarawan Bernard Hamilton mengemukakan di dalam bukunya bahwa para pendukung Fulko "dicekam rasa takut kehilangan nyawa" di istana. Pujangga dan sejarawan sezaman, [[Willelmus Tyrensis|Wilelmus, Uskup Agung Tirus]], meriwayatkan di dalam tawarikhnya bahwa Fulko "tidak lagi berani coba-coba mengambil prakarsa, bahkan untuk urusan remeh-temeh sekalipun, tanpa persetujuan (Melisenda)". Akibatnya, sejak tahun 1136, Melisenda mengendalikan pemerintahan secara langsung tanpa diganggu gugat pihak mana pun. Fulko akhirnya kembali rukun dengan istrinya sebelum tahun 1136, dan pasangan itu sekali lagi dikaruniai seorang putra, yang diberi nama [[Amaury I dari Yerusalem|Amalrikus]].
 
Pada tahun 1143, ketika sedang berlibur bersama istrinya di [[Akka|Ako]], Fulko mangkat akibat kecelakaan selagi asyik berburu. Pujangga Wilelmus meriwayatkan bahwa kuda yang ditungganginya jatuh tersandung, kepala Fulko membentur pelana, "dan otaknya menyembur keluar dari lubang-lubang telinga maupun hidung." Ia segera dilarikan ke Ako, dan terbaring tak sadarkan diri selama tiga hari sebelum akhirnya dijemput ajal. Ia dikebumikan di dalam [[Gereja Makam Kudus]] di Yerusalem. Sekalipun rumah tangga mereka diawali dengan konflik, Melisenda berkabung meratapi kepergian Fulko, baik saat sedang sendirian maupun di depan khalayak ramai. Ahli-ahli waris Fulko adalah Gefredus, anaknya dari istri pertama, serta Balduinus III dan Amalrikus I, anak-anaknya dari Melisenda.
 
[[Baudouin III dari Yerusalem|Balduinus III]] naik takta bersama-sama ibunya pada tahun 1143. Awal masa pemerintahannya diwarnai cekcok dengan ibunya terkait kepemilikan Yerusalem. Cekcok anak-beranak itu baru usai sesudah Balduinus III memegang sendiri kendali pemerintahan pada tahun 1153. Pada tahun 1163, Balduinus III mangkat tanpa meninggalkan keturunan. Adiknya, [[Amaury I dari Yerusalem|Amalrikus]], naik tahkta menggantikannya, kendati perkawinan Amalrikus tidak direstui beberapa pihak di kalangan bangsawan. Pada tahun 1157, saat Balduinus III masih berpeluang dikaruniai seorang putra, pihak-pihak tersebut bersedia merestui perkawinan Amalrikus dengan [[Agnes dari Courtenay|Agnes, putri Bupati Edesa]], tetapi saat Amalrikus mewarisi takhta lantaran abangnya mangkat tanpa keturunan, [[Majelis Tinggi Yerusalem|''Haute Cour'']] tidak bersedia mengakui hak warisnya jika perkawinannya dengan Agnes tidak dibatalkan. Harus diakui bahwa mungkin saja kebencian terhadap Agnes terlampau dilebih-lebihkan oleh pujangga Wilelmus, mengingat Agneslah yang menjegal ambisinya menjadi [[Patriarkat Latin Yerusalem|Batrik Yerusalem]] berpuluh-puluh tahun kemudian, demikian pula oleh pujangga-pujangga yang meneruskan penulisan tawarikh Wilelmus, misalnya [[Ernoul]], yang menyajikan secuil informasi mengenai akhlak Agnes lewat kalimat "car telle n'est que roine doie iestre di si haute cite comme de Jherusalem" (tidak pantas ratu semacam dia memerintah kota sesuci Yerusalem).
 
Bagaimanapun juga, [[konsanguinitas|kedekatan hubungan darah]] sudah cukup memadai untuk dijadikan alasan penentangan. Amalrikus akhirnya setuju naik takhta tanpa permaisuri, kendati Agnes tetap menyandang gelar Istri Bupati Yafo dan Askelon, serta menerima pensiun dari pendapatan dua daerah bumi lungguh itu. Gereja memutuskan bahwa anak-anak Amalrikus dari Agnes adalah anak-anak yang sah, dan oleh karena itu adalah ahli-ahli waris yang sah atas takhta Kerajaan Yerusalem. Melalui anak-anaknya, Agnes leluasa mencampuri urusan pemerintahan Yerusalem selama hampir 20 tahun. Amalrikus digantikan putranya dari Agnes, [[Baudouin IV dari Yerusalem|Balduinus IV]].
 
[[File:Maria Comnena and Amalric I of Jerusalem.jpg|thumb|left|200px|Upacara perkawinan Raja Amalrikus dengan Putri Maria Komnena di [[Tirus]]]]
 
[[Agnes dari Courtenay|Agnes]] kawin lagi dengan [[Renaud dari Sidon|Bupati Sidon, Reginaldus]], pada tahun 1170, sementara [[Maria Comnena, Queen consort of Jerusalem|Permaisuri Maria Komnena]], sepeninggal Amalrikus, kawin lagi dengan [[Balian dari Ibelin|Tuan Besar Ibelin, Balianus]], pada tahun 1177. Saat itu Putri Sibila, anak Amalrikus dan Agnes, sudah tumbuh dewasa, memiliki seorang putra, dan jelas-jelas adalah calon kuat pengganti abangnya, tetapi [[Isabella I dari Yerusalem|Putri Isabela]], anak Amalrikus dari Maria Komnena, didukung keluarga besar ayah tirinya, [[wangsa Ibelin]].
 
Pada tahun 1179, Raja Balduinus IV berencana menjodohkan Putri Sibila dengan [[Hugues III dari Bourgogne|Adipati Burgundia, Hugo III]], tetapi sampai dengan musim seni tahun 1180, usaha perjodohan tersebut tidak kunjung tertuntaskan. [[Raymond III dari Tripoli|Bupati Tripoli, Raimundus III]], berusaha melancarkan kudeta. Ia memimpin pasukannya berbaris menuju Yerusalem bersama-sama pasukan Pangeran Antiokhia, Boamundus III, dengan maksud memaksa raja untuk mengawinkan Putri Sibila dengan seorang bangsawan setempat yang ditentukannya sendiri. Mungkin sekali calon yang hendak disodorkan Raimundus adalah [[Baudouin dari Ibelin|Tuan Besar Ramlah, Balduinus]], abang Balianus. Demi menggagalkan upaya Raimundus, sang raja buru-buru mengawinkan Putri Sibila dengan [[Guy dari Lusignan|Guido, kesatria bangsawan Lusignan]], adik [[Aimery dari Siprus|Aimerikus]], [[Pejabat Kerajaan Yerusalem#Jagabaya|Jagabaya]] Kerajaan Yerusalem. Perjodohan dengan bangsawan luar negeri dianggap penting karena membuka peluang bagi pengerahan bala bantuan dari luar Kerajaan Yerusalem. Karena Raja Prancis yang baru, [[Philippe II dari Prancis|Filipus II]], masih di bawah umur, status Guido selaku kawula Raja Prancis maupun kawula Raja Inggris yang masih terhitung saudara misan Putri Sibila, yakni [[Henry II dari Inggris|Raja Henrikus II]] – yang diwajibkan Sri Paus untuk melakukan ziarah silih dosa ke Tanah Suci – dianggap ada gunanya.
 
Pada tahun 1182, Raja Balduinus IV, yang kian kesulitan menjalankan pemerintahan akibat penyakit kusta yang dideritanya, mengangkat Guido menjadi ''bailli'' (pengemban titah, wakil raja). Pengangkatan tersebut ditentang Raimundus, tetapi sesudah Guido kehilangan kepercayaan raja setahun kemudian, Raimundus diangkat kembali menjadi ''bailli'' dan dihadiahi kepemilikan atas [[Beirut]]. Raja Balduinus akhirnya mencapai mufakat dengan Raimundus dan [[Majelis Tinggi Yerusalem|''Haute Cour'']] untuk mengangkat Balduinus bangsawan Monferrato, anak Sibila dari suami pertama, menjadi ahli warisnya, dengan hak waris mendahului Sibila dan Guido. Pada tahun 1183, anak Sibila yang masih kanak-kanak itu dinobatkan menjadi Raja Balduinus V, untuk memerintah bersama-sama Balduinus IV, dalam suatu upacara yang dipimpin Raimundus. Disepakati bahwa apabila raja kanak-kanak itu mangkat sebelum akil balik, hak perwaliannya turun kepada "ahli-ahli waris yang paling berhak" sampai para kerabatnya – Raja Inggris, Raja Prancis, dan [[Frederick I, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Romawi Suci, Frederikus I]] – dan [[Paus (Gereja Katolik)|Sri Paus]] dapat memutuskan pihak mana yang lebih berhak dinobatkan menggantikannya, Sibila atau Isabela. Tidak diperinci siapa saja "ahli-ahli waris yang paling berhak" tersebut.
 
Raja Balduinus IV mangkat pada musim semi tahun 1185, dan digantikan kemenakannya, Balduinus V. Raimundus memegang jabatan ''bailli'', tetapi melimpahkan hak perwaliannya atas Balduinus V kepada Yoselinus III, Bupati Tituler Edesa, adik dari ibu Sibila, lantaran enggan dicurigai yang bukan-bukan apabila sang raja kanak-kanak yang kondisi kesehatannya tidak kunjung membaik itu tiba-tiba mangkat. Raja Balduinus V mangkat pada musim gugur tahun 1186, di [[Akka|Ako]]. Baik kubu Sibila maupun kubu Isabela mengabaikan wasiat Balduinus IV.
 
Seusai upacara pengebumian, Yoselinus mencalonkan Sibila sebagai pengganti Balduinus IV, meskipun Sibila harus bersedia menceraikan Guido, sama seperti ayahnya dulu dipaksa menceraikan ibunya, tetapi dijanjikan akan diperbolehkan memilih sendiri pendamping baru. Sesudah dinobatkan, Sibila langsung menobatkan Guido. Sementara itu, Raimundus berangkat ke [[Nablus]], kota tempat Balianus dan Maria bermastautin, lalu mengundang semua bangsawan yang setia kepada Putri Isabela dan wangsa Ibelin. Raimundus menghendaki Isabela dan suaminya, [[Onfroy IV dari Toron|Hunfridus IV, Tuan Besar Toron]], dinobatkan menjadi penguasa Yerusalem, tetapi Hunfridus yang berayahtirikan [[Renaud dari Châtillon|Reginaldus bangsawan Châtillon]], salah seorang sekutu Guido, malah membelot dan berprasetia kepada Guido dan Sibila.
 
{|class="wikitable"