Khalid bin Walid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
Kemudian pada tahun 630, ketika Muhammad berada di Tabuk, ia mengirim Khalid untuk merebut kota pasar oasis Dumat al-Jandal.{{sfn|Crone|1978|p=928}} Khalid berhasil membuatnya menyerah dan menjatuhkan hukuman berat kepada penduduk kota, salah satu dari para petingginya, Ukaydir ibn Abd al-Malik al-Sakuni, diperintahkan oleh Khalid untuk menandatangani perjanjian kapitulasi dengan Muhammad di Madinah.{{sfn|Vaglieri|1965|p=625}} Pada bulan Juni 631 Khalid diutus oleh Muhammad sebagai kepala dari 480 orang untuk mengundang suku campuran Kristen dan politeis Balharith dari [[Najran]] untuk memeluk Islam.{{sfn|Schleifer|1971|p=223}} Suku tersebut mualaf dan Khalid menginstruksikan mereka tentang Qur'an dan hukum-hukum Islam sebelum kembali kepada Muhammad di Medinah dengan delegasi Balharith.{{sfn|Schleifer|1971|p=223}}
 
== LatihanKomandan Pertamadalam Perang Riddah ==
[[File:Khalid ibn al-Walid's Ridda campaign.png|thumb|upright=2|alt=Peta geografis abu-abu yang merinci rute kampanye militer Khalid ibn al-Walid di Arab tengah|Peta kampanye Khalid melawan suku-suku Arab [[Najd]] dan [[Al-Yamamah|Yamamah]], keduanya di Arab tengah, selama [[Perang Riddah]]. Rencana perjalanan ditandai dengan panah merah putus-putus. Wilayah negara Muslim awal, yang terdiri dari [[Mekah]], [[Madinah]] dan [[Ta'if]] dan sekitarnya, diarsir dengan warna hijau.]]
 
Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, salah satu sahabat awal dan dekatnya, [[Abu Bakar]], menjadi [[khalifah]]. Masalah suksesi pasca Muhammad telah menyebabkan perselisihan di antara umat Islam.{{sfn|Shoufani|1973|pp=48–53}} Orang-orang Ansar, penduduk asli Madinah yang menyambut Muhammad setelah perpindahannya dari Mekah, berusaha untuk memilih pemimpin mereka sendiri.{{sfn|Madelung|1997|p=31}} Pendapat antara sahabat terpecah di antara Muhajirin, sebagian besar penduduk asli Quraisy di Mekah yang berhijrah bersama Muhammad ke Madinah. Ada satu kelompok yang mendukung [[Ali bin Abi Talib|Ali]] yang memiliki kekerabatan dengan Muhammad, sementara kelompok yang lain, yang didukung oleh mualaf baru di kalangan bangsawan Quraisy, berkumpul di belakang Abu Bakar. Karena intervensi dari tokoh Muhajirin terkemuka, [[Umar ibn al-Khattab]] dan [[Abu Ubayda ibn al-Jarrah]], orang-orang Ansar menyetujuinya.{{sfn|Shoufani |1973|pp=48–53}} Khalid adalah pendukung setia suksesi Abu Bakar.{{sfn|Shoufani|1973|p=59}} Sebuah laporan yang disimpan dalam karya sarjana abad ke-13 [[Ibn Abi' l-Hadid]] mengklaim bahwa Khalid adalah partisan Abu Bakar, menentang pencalonan Ali, dan menyatakan bahwa Abu Bakar "bukan orang yang perlu [ditanyakan], dan karakternya sudah jelas terlihat".{{ sfn|Shoufani|1973|p=59}}
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban- kewajibannya.
 
Sebagian besar suku di Arab, kecuali mereka yang mendiami sekitar Mekah, Madinah dan Ta'if berusaha untuk menghentikan kesetiaan mereka kepada negara Muslim yang baru lahir setelah kematian Muhammad atau memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan formal dengan Madinah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=77– 78}} Sejarah awal Islam menggambarkan upaya Abu Bakar untuk mendirikan atau menegakkan kembali kekuasaan Islam atas suku-suku sebagai [[Perang Riddah]] yaitu peperangan yang ditujukan untuk melawan orang yang murtad. Pandangan tentang perang ini oleh sejarawan modern sangat bervariasi. Watt setuju dengan bahwa tindakan suku-suku di Arab yang memutuskan hubungan formal mereka dengan Madinah sebagai oposisi terhadap Islam, sementara [[Julius Wellhausen]] dan [[C. H. Becker]] berpendapat bahwa suku-suku itu hanya menentang kewajiban pajak (zakat) ke Madinah daripada menolak Islam sebagai agama. Dalam pandangan [[Leone Caetani]] dan [[Bernard Lewis]], suku-suku lawan yang telah menjalin hubungan dengan Madinah menganggap kewajiban salat dan zakat mereka sebagai kontrak pribadi dengan Muhammad dan bahwa upaya mereka untuk menegosiasikan persyaratan yang berbeda setelah kematian Muhammad ditolak oleh Abu Bakar, yang kemudian memutuskan untuk menggerakkan kampanye dalam rangka melawan suku-suku tersebut.{{sfn|Shoufani|1973|pp=72–73}}
Dia lebih leluasa untuk tidak perlu belajar berdagang, bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupannya tanpa suatu ikatan sehingga memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya, yakni tinju dan berkelahi.
 
Saat itu pekerjaan dalam seni berperang dianggap sebagai tanda seorang Kesatria. Seorang Panglima perang yang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata masyarakat.
 
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata masyarakat. Hal ini memberi dorongan besar kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman- pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid adalah agar menjadi orang yang dapat mengalahkan teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Karena itulah dia meleburkan dirinya ke dalam seni peperangan dan bela diri. Di dalam mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga memusatkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat di dalam dirinya, ditambah dengan latihan yang keras, telah menempa Khalid menjadi seorang yang luar biasa dalam kemahiran dan keberaniannya yang mengagumkan.
 
Pengetahuan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang sangat menakjubkan. Dengan jelas orang dapat menilai, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
 
Dari masa kanak-kanaknya dia mengharapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa jenialnya.
 
== Menentang Islam ==
 
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol di antara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati masyarakat. Karier Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy yang saat itu sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama orang Islam. Orang- orang Quraisy memandang Islam adalah bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Karena itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas - tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat- berakar. Khalid sebagai seorang pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap islam.
 
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang- orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia selalu menonjol dalam segala pertempuran, memperlihatkan kualitasnya sebagai petarung sejati kepada sukunya.
 
== Peristiwa Uhud ==
 
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat kemarahan yang meledak- ledak di dalam diri mereka , hampir-hampir mereka tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dengan terbunuhnya tokoh- tokoh dan jagoan- jagoan mereka dan berniat untuk membalas kekalahan.
 
Sebagai seorang pemuda Quraisy, Khalid bin Walid merasakan pahitnya kekalahan itu. Dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan di Uhud. Khalid bersama pasukannya bergerak ke Uhud dengan bertekad menang atau mati dalam perang. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
 
Sungguhpun terjaga dengan kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu lahan yang berbahaya, dimana tentara Quraisy dapat menyerang masuk ke dalam pertahanan Islam. Untuk menjaga lahan yang berbahaya ini, Nabi ﷺ menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi ﷺ memerintahkan kepada mereka agar bertahan dalam keadaan bagaimanapun agar jangan sampai meninggalkan posisinya masing-masing.
 
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan- kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi ciut menghadapi keberanian orang-orang Islam.
 
Sungguhpun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka pijak.
 
Formasi pasukan menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tetap tenang dan syarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali pasukannya mencari kesempatan baik melakukan pukulan yang menentukan.
 
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas tidak tahan hati. Pasukan Islam tersebut tergiur harta perang yang ada pada mayat- mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah meninggalkan posisinya dan menyerbu ke lapangan.
 
Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan, menyerang dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal diserang bersama-sama. Posisi tersebut dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
 
Dengan kecepatan melesat Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanan. Melihat Khalid telah masuk dari belakang, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai- berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Para pemenang antara beberapa menit yang lalu, telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi berbahaya.
 
Khalid bin Walid telah mengubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kekalahan. Yang tadinya orang-orang Quraisy kalah dan cerai- berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah berubah menjadi satu kemenangan. Dia menemukan celah kelemahan pertahanan orang Islam.
 
Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali pasukan yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk kembali bertempur. Strategi perang yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
 
== Memeluk Islam ==
 
Ketika Khalid bin Walid bertobat dan menerima Islam, Rasulullah ﷺ sangat bersyukur, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
 
Pada masa pemerintahan [[Abu Bakar]], Khalid diamanahkan untuk memperluas wilayah Islam dan membuat pasukan [[Romawi]] dan [[Persia]] berantakan. Pada tahun [[636]], pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam [[Pertempuran Yarmuk]], menandai dimulainya penyebaran [[Islam]] yang cepat di luar [[Jazirah Arab|Arab]].
 
Pada masa pemerintahan [[Umar bin Khattab]], Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Umar agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.
 
Dari enam zona konflik utama di Arab selama perang Riddah, dua diantaranya berpusat di [[Najd]] (dataran tengah Arab). Kedua pertempuran tersebut antara lain adalah pertempuran melawan pemberontak dari [[Banu Asad|Asad]], [[Tayy]] dan [[suku Ghatafan]] di bawah [[Thulaihah al-Asadi|Thulaihah]] dan pemberontakan suku [[Banu Tamim|Tamim]] yang dipimpin oleh [[Sajjah]]. Kedua pemimpin pemberontakan itu mengaku sebagai nabi.{{sfn|Lecker|2004|p=692}}{{sfn|Watt|1960|p=110}} Setelah Abu Bakar menggagalkan ancaman ke Madinah oleh Ghatafan di [[Pertempuran Dzul Qassa]],{{sfn|Kennedy|2004|p=55}} dia mengirim Khalid melawan suku pemberontak di Najd.{{sfn|Lecker|2004|p=693}}{{efn|Abu Bakar sebelumnya telah mengirim sebagian besar tentara Muslim, di bawah [[Usamah bin Zaid]] untuk menyerang Suriah Bizantium, meskipun ada ancaman terhadap kota-kota Muslim di Hijaz oleh suku-suku nomaden yang telah tidak lagi menerima otoritas Muslim.{{sfn| Watt|1960|p=110}}{{sfn|Lecker|2004|p=693}} Sejarawan Elias Shoufani berpendapat bahwa ekspedisi Usamah adalah ekspedisi yang memiliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada yang semula direncanakan oleh nabi Muhammad dan sehingga Usamah sendiri meragukan jajarannya yang bukan terdiri dari sebagian besar suku Ansar, Muhajirin, dan Badui di wilayah Mekah dan Madinah, melainkan sebagian besar terdiri dari orang-orang miskin, tipe perampok di antara Muslim yang bergantung pada barang rampasan dari serangan sebagai nafkah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=110–111}} Lecker berpendapat bahwa Khalid dikerahkan melawan suku-suku di Najd sebelum kembalinya pasukan Usamah,{{sfn|Lecker|2004|p=693}} sementara Watt mencatat Khalid dikirim dengan pasukan besar setelah kembalinya Usamah.{{sfn|Watt|1960|p=110}}}} Khalid adalah calon ketiga Abu Bakar untuk memimpin kampanye setelah dua pilihan pertamanya, [[Zaid bin Khattab]] dan [[Abu Hudzaifah bin Utbah]], menolak penugasan tersebut.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Pasukannya berasal dari Muhajirin dan Ansar.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Sepanjang kampanye, Khalid menunjukkan kemandirian operasional yang cukup besar dan tidak secara ketat mematuhi arahan khalifah.{{sfn|Shaban| 1971|p=24}} Dalam kata-kata Shaban, "dia hanya mengalahkan siapa pun yang ada di sana untuk dikalahkan".{{sfn|Shaban|1971|p=24}}
==Catatan==
{{notelist}}