Ilmu titen (aksara Jawa: ꦲꦶꦭ꧀ꦩꦸꦠꦶꦠꦺꦤ꧀, ilmu titèn) adalah ilmu tradisional Jawa berupa kepekaan terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri alam. Ilmu titen biasanya digunakan untuk membaca gejala alam yang mendahului datangnya bencana.[1] Ilmu titen bukanlah ilmu yang bersifat saintifik, melainkan berupa kumpulan pengamatan yang berulang-ulang.[2]

Contoh

sunting

Beberapa contoh pembacaan tanda alam dalam khazanah ilmu titen di antaranya:[1][2][3]

  • Sebelum gunung berapi meletus, hewan-hewan akan turun.
  • Jika terdapat retakan di tanah dan mengeluarkan air keruh, gempa akan terjadi.
  • Jika pagi hari tidak bisa membuka pintu, berarti akan terjadi gempa.
  • Jika sungai menjadi keruh padahal tidak ada hujan, maka banjir bandang akan datang.
  • Kedatangan burung pertanda akan kedatangan tamu yang sudah lama tidak bertemu.
  • Kedatangan kupu-kupu pertanda akan mendapatkan rezeki.

Selain itu, hitung-hitungan Jawa seperti pranata mangsa disebut juga sebagai bagian dari ilmu titen.[4]

Pendekatan modern

sunting

Ilmu titen yang secara turun-temurun diwariskan dalam masyarakat Jawa Tengah didokumentasikan dan diterbitkan dalam sebuah buku bertajuk Disaster Management and Ilmu Titen.[1]

Budaya populer

sunting
  • Dalam Ketika Cinta Bertasbih, Volume 2, terdapat dialog perdebatan tentang apakah ilmu titen termasuk bidah dan khurafat atau tidak.[5]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c Gewati, Mikhael (ed.). "Kembangkan Ilmu Titen, Ganjar Dianggap Berhasil Bangun Sistem Mitigasi". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  2. ^ a b developer, lampost co (2017-04-06). "Ngelmu Titen". lampost.co. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  3. ^ irawati, rika. "Saatnya Mengandalkan Ilmu Titen". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  4. ^ "Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi - PDF Download Gratis". docplayer.info. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  5. ^ Shirazy, Habiburrahman El (2007). Ketika cinta bertasbih. Penerbit Republika. ISBN 978-979-1102-13-1.