Historiografi kolonial

Historiografi kolonial merupakan salah satu penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda terhadap bangsa Indonesia. Penulisan sejarah pada masa tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda.[1] Penulisan historiografi ini bertujuan sebagai bahan laporan pada pemerintah kerajaan Belanda, dan sebagai bahan untuk evaluasi dalam menentukan kebijakan terhadap wilayah kolonial.[2]

Karakteristik historiografi kolonial sunting

Salah satu karakteristik historiografi pada masa kolonial adalah bersifat belandasentris atau Neerlandosentris. Neerlandosentris artinya berpusat pada kehidupan atau aktivitas penjajahan bangsa Belanda di Indonesia. Karena bersifat Neerlandosentris maka historiografi kolonial menggunakan sudut pandang atau pendekatan penulisan sejarah yang cenderung bersifat objektif mengenai peranan bangsa Indonesia dalam sejarah.[1]

Sumber historiografi kolonial sunting

Sumber-sumber sejarah yang dipakai untuk penyusunan historiografi kolonial adalah berasal dari arsip negara di Belanda (Algeemen Rijkasarchieve), arsip-arsip VOC, dan arsip pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Banyak para penulis historiografi kolonial yang tidak pernah melihat Indonesia sehingga mereka memakai arsip-arsip tersebut sebagai sumber historiografi kolonial.[1]

Contoh-contoh karya historiografi kolonial sunting

Contoh karya sejarah kolonial adalah reizen (catatan perjalanan) yang ditulis mulai tahun 1600-an oleh Nicholaus de Graff, Cornelis de Bruijn, Rijklofs van Goens, dan Valentijn. Penyebab banyaknya penulisan mengenai kisah perjalanan dikarenakan para penulis tersebut mengikuti kegiatan pelayaran dan kolonialisasi di tanah penjajahan.[1]

Salah satu karya mengenai reizen adalah catatan-catatan perjalanan Nicolaus de Graff dalam jurnal Oost Indische Spigle. Nicolaus de Graff berkunjung ke Indonesia antara tahun 1639-1643 sampai dengan tahun 1668-1687, ia menulis kisah perjalanannya ke Indonesia melalui kapal laut dan kehidupan masyarakat Indonesia di setiap pelabuhan yang ia kunjungi.[1]

Rijklofs menulis buku tentang kisah perjalanannya ke kerajaan Mataram sebagai duta besar VOC antara tahun 1648-1654 yang diberi judul Oost Indische Spiegel (Kisah Hindia Timur). Contoh lain mengenai reizen adalah delapan jilid buku Oud en Nieuw Oost Indien (Hindia Timur Dulu dan Sekarang) yang ditulis oleh Pastor Francois Valentijn. Buku tersebut berisi penggambaran kondisi masyarakat, bahasa, politik, dan perdagangan di Indonesia pada abad ke-18.[1]

Contoh lain dari karya historiografi kolonial adalah buku babon Belandasentris. Buku ini ditulis 3 tahun sebelum kekalahan Belanda terhadap Jepang, pemerintah Hindia Belanda berhasil menerbitkan buku sejarah yang ditulis berdasarkan perspektif Belandasentris. Buku tersebut di beri judul Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda) dan terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan secara bertahap pada tahun 1938, 1939, dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W. Stapel, sejarawan kolonial yang banyak menulis buku sejarah untuk kepentingan pengajaran sejarah di sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah kolonial.[3]

Pembahasan buku ini diawali dengan masa prasejarah di Indonesia. Pokok bahasannya ditulis oleh Dr. A.N.J. Thomassen A. Thuessink van der Hoop. Periode prasejarah berakhir dengan dikenalnya tulisan yang memberitahu keberadaan kerajaan Hindu di Jawa Barat dan Kalimantan. Penulisnya yaitu Prof. Dr. N.J. Krom. Masa Hindu diakhiri dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Islam. Pokok bahasan ini ditulis oleh R.A. Kern yang percaya bahwa agama Islam di Indonesia berkembang pada abad ke-13 masehi dan berasal dari India. Keyakinan ini berdasarkan hasil temuan arkeologis berupa batu nisan para sultan.[3]

Beberapa pokok pembahasan pada buku tersebut berfokus terhadap pulau Jawa. Historiografi Jawa mendapat perhatian khusus pada jilid kedua, yakni Javaansche Geschiedschrijving yang ditulis oleh Prof. Dr. C.C. Berg. Dalam jilid dua ini pembahasan mulai berubah yang semula banyak membahasa mengenai sejarah bangsa Indonesia menjadi sejarah kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Awal pembahasan dimulai dengan tulisan C. Wessels S.J yang membahas mengenai kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol. Periode selanjutnya adalah kedatangan bangsa Prancis, Inggris dan Belanda yang ditulis oleh Dr. H. Terpstra.[3]

Bab ketiga pada buku ini banyak memfokuskan pada kegiatan bangsa Belanda dalam membangun wilayah koloni Hindia Belanda melaui pembentukan VOC. Penulisnya adalah Dr. F.W. Stapel. Ada dua inti pembahasan, yakni De Oprichting Der Vereenigde Oostindische Compagnie dan De Nederlandsch Oostindische Compagnie in De Zeventiende Eeuw. Pembahasannya berakhir pada abad ke-17. Untuk abad ke-18 dibahas dalam jilid empat oleh Prof. Dr. E.C. Godee Molsbergen.[3]

Awal abad ke-19 terjadi perubahan pemerintahan yang semula dari Belanda ke Prancis, Prancis ke Inggris, dan dari Inggris ke Belanda kembali. Perubahan pemerintahan ini dibahas dalam jilid lima dan ditulis oleh Dr. F.W. Stapel. Pembahasan diawali dengan pendirian Republik Batavia oleh pemerintah Prancis. Masa modern, yakni abad ke-20 dibahas pada jilid enam oleh Dr. I.J. Brugmans, yakni De Moderne Tijd En Zijn Uitingen in Indië. Namun jilid ini tidak pernah selesai karena wilayah Hindia Belanda dikuasai pasukan Jepang pada bulan Maret 1942, dan pemerintah kolonial menyingkir ke Australia.[3]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif. Solo: Platinum. 2014. hlm. 88. ISBN 978-602-257-577-1. 
  2. ^ Wahyu, Sukmawati (2012). "PEMIKIRAN KUNTOWIJOYO TENTANG HISTORIOGRAFI ISLAM DI INDONESIA" (dalam bahasa Inggris). UIN Sunan Ampel Surabaya. 
  3. ^ a b c d e Syukur, Abdul (2010). "Historiografi Belandasentris: pembentukan dan perkembangannya". Jurnal Sejarah Lontar. 7 (2): 47–48.