Heinar pipi merah
Heinar pipi-merah ( Sminthopsis virginiae ) disebut demikian karena bulu merah khas pada pipinya. Ia adalah marsupial Australasia . Panjang totalnya 167–270 mm (6,6–10,6 in) ; panjang tubuh rata-ratanya adalah 80–135 mm (3,1–5,3 in) dengan ekor 87–135 mm (3,4–5,3 in) . Panjang telinga 12–13 mm (0,47–0,51 in) . Berat badannya bervariasi antara 18 dan 75 g (0,63 dan 2,65 oz) . Ekornya tipis dan berwarna merah muda pucat.
Heinar pipi merah
| |
---|---|
Sminthopsis virginiae | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 40549 |
Taksonomi | |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Dasyuromorphia |
Famili | Dasyuridae |
Tribus | Sminthopsini |
Genus | Sminthopsis |
Spesies | Sminthopsis virginiae |
Tata nama | |
Sinonim takson | Phascologale virginiae |
Distribusi | |
Endemik | Australia |
Sebaran dan habitat
suntingHeinar pipi-merah tersebar di Australia dan pulau Papua esies nominasi S. v. virginiae terdapat di Queensland sekitar Teluk Utara, pantai NE, Mackay hingga Cape York . Subspesies S. v. nitela mendiami Kimberley sampai wilayah utara . Habitatnya meliputi hutan, hutan berbatu terbuka, padang rumput sabana, rawa, daerah
Organisasi sosial dan pembiakan
suntingPerilaku heinar pipibmerah, seperti kebanyakan spesies Sminthopsis, tidak diketahui dengan baik. Mereka berkembang biak mulai bulan Oktober hingga Maret. Anakan dikandung selama 15 hari dan disapih pada umur 65–70 hari dengan kematangan seksual pada usia 4–6 bulan.
Pola makan
suntingMakanan utamanya meliputi serangga dan vertebrata kecil. Mereka dengan cepat belajar untuk menghindari kodok tebu yang beracun. [2]
Subspesies
suntingAda tiga subspesies yang dikenal dari heinar pipi merah:
Referensi
sunting- ^ Helgen, K.; Dickman, C.; Lunde, D.; Burnett, S.; Woinarski, J.; Woolley, P. (2016). "Sminthopsis virginiae". 2016: e.T40549A21948773. doi:10.2305/IUCN.UK.2016-2.RLTS.T40549A21948773.en.
- ^ Webb, Jonathan K; Pearson, David; Shine, Richard (2011-12-09). "A small dasyurid predator (Sminthopsis virginiae) rapidly learns to avoid a toxic invader". Wildlife Research. 38 (8): 726–731. doi:10.1071/WR10206. Diakses tanggal 2022-10-06.