Hakkari (wilayah bersejarah)

Hakkari (bahasa Suryani: ܚܟܐܪܝ Ḥakkāri, atau ܗܟܐܪܝ Hakkāri), adalah sebuah wilayah pegunungan pada zaman dahulu yang berada di selatan Danau Van, yang kini merupakan bagian dari provinsi Hakkâri, Şırnak, Van di Turki dan Dohuk di Irak. Selama era Kesultanan Utsmaniyah, ini merupakan sanjak yang berada di dalam Vilayet Van.

Sejarah sunting

Wilayah Hakkari terbentang dari Tur Abdin ke Hakkari, membentuk daerah Nairi yang menjadi garis depan Asyur utara dan perbatasan dengan Urartian. Orang-orang Asyur di wilayah ini merupakan Kristen yang mengikuti ajaran Gereja Asyur Timur dan tinggal disana hingga tahun 1924, dimana orang-orang Asyur terakhir yang selamat dari genosida dan pembantaian Asyur yang terjadi pada 1918 diusir. Sebagian besarnya pindah ke lembah Sapna dan lembah Nahla di Irak bagian utara. Mereka yang pergi ke Simele akhirnya berimigrasi lebih jauh ke Subdistrik Tell Tamer di Suriah selama tahun 1930-an.

Diikuti dengan hancurnya pusat-pusat urban di Mesopotamia dalam serangan oleh Timur Lenk, seorang pemimpin militer keturunan Turk yang bertujuan untuk mengembalikan Kekaisaran Mongol, dan dikenal sebagai "Pedang Islam". Penaklukannya atas Baghdad dan wilayah lainnya, terutama penghancuran Tikrit, mempengaruhi Gereja Ortodoks Suriah yang berlindung dekat Nineveh di Monasteri Mar Mattai setelah penghancuran orang-orang Kristen, Ismailiyah, Sunni, dan Muslim Syiah tanpa pandang bulu oleh Timur selama pada sebagian akhir abad ke-14. Beberapa penyintas mencari suaka diantara orang-orang Asyur di Hakkari dan wilayah sekitarnya. Wilayah ini juga menghasilkan banyak uskup dan patriark karena suksesi turun-temurun digunakan untuk mencegah keruntuhan gereja. Pada abad ke-16, orang-orang Asyur menghilang dari banyak perkotaan dimana mereka sebelumnya berkembang, seperti di Tabriz dan Nisibis. Kepala Gereja Timur pindah dari Baghdad ke Maragha di Urmia pada 1553.

Pada tahun 1500an, orang-orang Asyur berpusat di versi lama dari segitiga Asyur, yaitu dengan Diyarbakir di barat dan Maragha di timur. Gereja Timur juga kehilangan beberapa pengikutnya selama beberapa abad mengikuti Skisma tahun 1552 ke Gereja Katolik Kaldea, yang berpusat di Diyarbakir. Mereka yang tinggal di Hakkari, tidak terpengaruh oleh konflik sampai pada tahun 1692 ketika Uskup Agung Kaldea di Diyarbakir, Shimun IX Dinkha, memisahkan diri dari Roma dan pindah ke Qudshanis di Hakkari dimana dia mengenalkan kembali garis Shimun sebagai garis suksesi turun-temurun patriark yang berlangsung hingga tahun 1976.

Patriark yang berpihak dengan Gereja Mār Shalīṭa di Qudshanis menikmati kekuatan spiritual dan politik atas rakyatnya. Karena pendeta sebelumnya wajib untuk tetap selibat, patriark berpindah dari paman ke keponakan. Sistem ini kemudian dikenal dengan nama Nāṭar Kursyā (ܢܛܪ ܟܘܪܣܝܐ "Penjaga takhta"), dan pada abad ke-19, sistem ini diterapkan pada semua keuskupan Hakkari. Para orang-orang Asyur membentuk aliansi yang rumit dengan suku-suku Kurdi dan para penguasa Utsmaniyah, dan setiap suku dipimpin oleh seorang Malik (ܡܠܟ) yang juga berfungsi sebagai pemimpin militer pada masa peperangan.

Referensi sunting