Guo Huai (meninggal 23 Februari 255) nama kehormatan Boji adalah jenderal Wei pada Zaman Tiga Negara yang mendapat kepercayaan tinggi keluarga Sima untuk menjaga perbatasan barat Wei dari serangan Shu. Ia memulai karir militernya dibawah jenderal Xiahou Yuan dan Zhang He pada masa Akhir Dinasti Han. Bersama dengan Deng Ai, Sun Li, keluarga Xiahou, dan Chen Tai, Guo Huai berhasil mempertahankan wilayah barat Wei dari serangan Jiang Wei. Karena inilah Guo Huai menjadi disegani dan diakui lawan maupun kawan. Guo Huai adalah jenderal yang terampil dalam taktik bertahan. Ia dapat disejajarkan dengan pendahulunya, Hao Zhao. Dari 220an sampai wafat pada 255, Guo Huai membela Cao Wei dan hidup selama masa pemerintahan empat kaisarnya (Cao Pi, Cao Rui, Cao Fang, dan Cao Mao), memerintah Provinsi Yong dan Liang (mencakupi wilayah modern Gansu, Shaanxi, Ningxia, Qinghai, dan Mongolia Dalam). Ia menangkal serangkaian invasi Shu, terutama dari Jiang Wei dan juga menumpas pemberontakan setempat yang diinstigasi oleh suku barbar.[1]

Mengabdi kepada Cao Cao

sunting

Saat Cao Pi memegang jabatan Jenderal Seluruh Urusan Rumah Tangga (五官中郎將) dari 211 sampai 220, ia merekrut Guo Huai sebagai pejabat biro penegakan hukum yang berada dibawahnya. Guo Huai kemudian dipindahkan untuk menjadi staf di biro urusan militer dibawah kanselir agung[2] yang dijabat oleh ayahnya, Cao Cao yang menjadi panglima perang dan orang terkuat dibawah Kaisar Xian dari Han sejak 196.[3]

Pada 215,[4] Guo Huai mengikuti Cao Cao untuk menguasai Hanzhong dari Zhang Lu. Setelah Zhang Lu dikalahkan, Xiahou Yuan ditinggalkan untuk menangkis kemungkinan serangan Liu Bei yang baru saja merebut Provinsi Yi (sekarang Sichuan dan Chongqing modern) dari Liu Zhang. Guo Huai tetap berada di Hanzhong untuk menjadi mayor (司馬) dibawah komando Xiahou Yuan.[5]

Pada 217,[6] Liu Bei menyerang Hanzhong untuk merebutnya dari pasukan Cao. Guo Huai tidak mengikuti fase awal pertempuran karena ia jatuh sakit. Setelah Xiahou Yuan gugur dibunuh oleh Huang Zhong di Pertempuran Gunung Dingjun pada 219,[6] pasukan Cao Cao sangat panik karena komandan mereka dibunuh. Guo Huai membantu menstabilkan keadaan moril dengan dua cara: Pertama, ia bersama Du Xi mengumpulkan kembali seluruh pasukan yang terpencar akibat keguguran Xiahou Yuan, dan kedua, ia menominasi Zhang He untuk menjadi panglima menggantikan Xiahou Yuan di Hanzhong.[7]

Pada hari berikutnya, saat pasukan Cao Cao mendengar bahwa Liu Bei hendak mengarungi Sungai Han untuk menyerang mereka, kebanyakan perwira Cao Cao beropini bahwa mereka harus membangun perkemahan di pinggiran sungai dan menggunakan sungai tersebut sebagai benteng pertahanan alami untuk melawan musuh yang lebih banyak.[8] Guo Huai tidak setuju dan berkata, "Ini bukan langkah yang terbaik karena itu akan memperlihatkan kelemahan kita kepada musuh dan tidak bisa melawan balik. Kenapa kita tidak membangun benteng kita jauh dari pinggiran sungai, mengiring musuh untuk menyerang benteng kita, dan menyerang balik saat mereka di tengah jalan? Kita bisa mengalahkan Liu Bei jika kita melakukan ini".[9] Zhang He dan perwira lain mengikuti rencana Guo Huai. Saat Liu Bei melihat benteng mereka yang menjauh dari sungai, ia menjadi curiga dan tidak mengerahkan pasukan untuk menyerang mereka. Guo Huai juga memerintah pasukannya untuk memperkuat pertahanan mereka dan tunjukkan kepada pasukan Liu Bei bahwa mereka siap mati mempertahankan tempat itu. Cao Cao kagum mendengar tindakan Guo Huai, kemudian menyetujui penunjukkan Zhang He sebagai panglima perang dan Guo Huai diangkat Cao Cao untuk menjadi wakil Zhang He.[10]

Mengabdi kepada Cao Pi

sunting

Setelah Cao Cao wafat pada 220, putranya Cao Pi mewarisi jabatan kanselir agung dan gelar Raja Wei (魏王) dibawah Dinasti Han.[11] Cao Pi memberikan Guo Huai gelar Marquis Kedua (關內侯) dan menugaskannya sebagai Kepala Staf (長史) dibawah posisi Jenderal Penjaga Barat (鎮西將軍).[12] Kemudian pada tahun itu, Cao Pi mengangkatnya sebagai pejabat Pelindung Pasukan Yang Melawan Qiang (征羌護軍) dan memerintahnya untuk mengikuti Zhang He dan Yang Qiu yang memimpin pasukan untuk melawan serdadu bandit Zheng Gan (鄭甘) dan barbar dari Lushui (盧水胡) di daerah Guanzhong. Mereka sukses menjalankan misi tersebut dan mengembalikan perdamaian dan stabilitas di wilayah Guanzhong.[13]

Pada akhir 220, Cao Pi merebut kekuasaan dari Kaisar Xian dari Han, mengakhiri Dinasti Han dan mendirikan Cao Wei sebagai kaisar baru.[14] Karena Guo Huai jatuh sakit dalam perjalanan menuju Luoyang dan harus istirahat, ia telat dalam memberi selamat kepada Cao Pi atas penobatannya.[15] Kemudian, pada saat acara jamuan makan, Cao Pi dengan tegas bertanya kepada Guo Huai di depan para hadirin: "Pada masa lalu, saat Yu yang Agung memanggil seluruh pejabat untuk menghadiri apel di Tushan, Fangfeng telat hadir dan dihukum mati sebagai hukuman. Hari ini, kamu telat dalam menghadiri perayaan. Kenapa?"[16] Guo Huai menjawab, "Saya mendengar bahwa Lima Kaisar mengajar dan memerintah rakyat dengan kebajikan. Penggunaan hukuman diberlakukan mulai dari Dinasti Xia saat pemerintah mulai melemah. Hari ini karena saya hidup seperti saat pada masa Yao dan Shun, saya percaya bahwa saya tidak bernasib sama dengan Fangfeng".[17]

Jawaban lugu Guo Huai memuaskan Cao Pi yang tidak jadi menghukumnya dan mengangkatnya sebagai pejabat Inspektur Provinsi Yong dan menganugerahinya sebagai Marquis Desa Sheyang (射陽亭侯). Jabatannya sebagai Inspektur Provinsi Yong kemudian diresmikan 5 tahun kemudian.[18] Diantara 220 sampai 226, Guo Huai memimpin pasukan Wei untuk menekan pemberontakan yang dilakukan oleh kepala suku Qiang, Biti (辟蹏) di Komando Anding (安定郡; sekitar Kabupaten Zhenyuan saat ini, Gansu). Setiap kali suku Qiang dan pemimpin suku lainnya di Provinsi Yong menyatakan kesediaan mereka untuk tunduk pada kekuasaan Wei, Guo Huai selalu mengirim bawahannya untuk mengumpulkan informasi tentang klan mereka (misalnya demografi) terlebih dahulu. Ketika ia berbicara kepada para pemimpin, ia mengejutkan dan membuat mereka terkesan dengan pengetahuannya tentang klan mereka. Ia juga memperhatikan dengan saksama, dan menunjukkan pengertian terhadap kekhawatiran yang mereka miliki. Orang-orang di Provinsi Yong memujinya sebagai gubernur yang cerdas dan bijaksana.[19]

Akhir kehidupan dan meninggal

sunting

Pada 250, Kaisar Cao Fang mengeluarkan dekrit kekaisaran untuk berterima kasih kepada Guo Huai atas pengabdiannya selama lebih dari 30 tahun di daerah Guanzhong dan menaikkan pangkatnya menjadi Jenderal Kereta Perang dan Kavaleri (車騎將軍), memberikannya otoritas kekaisaran penuh dan memerintah bahwa ia diberlakukan layaknya Sangong. Guo Huai tetap berada di Yong dan Liang untuk mengawasi operasi militer disana.[20]

Guo Huai juga dipromosikan dari seorang marquis distrik menjadi marquis kabupaten dengan gelar "Marquis Yangqu" (陽曲侯), dengan marquisat yang terdiri dari 2.780 rumah tangga kena pajak. Pemerintah Wei kemudian mengambil 300 rumah tangga dari marquisatnya, menciptakan marquisat baru, dan menganugerahkannya kepada salah satu putranya dengan gelar marquis desa.[21] Guo Huai meninggal pada 23 Februari 255 pada masa pemerintahan Cao Mao. Ia diangkat secara anumerta sebagai Jenderal Tertinggi (大將軍) dan diberi gelar anumerta "Marquis Zhen" (貞侯).[22]

Keluarga

sunting

Guo Huai menikahi adik dari jenderal Wei Wang Ling. Pada 251, saat Wang Ling memberontak di Shouchun (壽春; di Kecamatan Shou, Anhui) melawan Wei namun gagal, Wang Ling bunuh diri saat dikawal ke Luoyang untuk dieksekusi mati. Pemerintahan Wei memerintah agar seluruh keluarganya dieksekusi. Saat sensor kekaisaran hendak ingin menangkap istrinya (karena istrinya adalah adik Wang Ling), banyak bawahan Guo Huai dan ribuan Qiang, Di dan Xiongnu meminta Guo Huai untuk memohon ampun kepada pemerintahan pusat, namun Guo Huai dengan berat hati menolak. Setelah istrinya ditangkap, banyak rakyat jelata berbaris untuk melihatnya sambil berlinang air mata, menarik tangannya, dan bahkan ingin menyerang pengawal. Kelima putra Guo Huai bertemu dengan ayahnya dan memohon-mohon sampai dahi mereka berdarah agar ayahnya dapat menyelamatkan ibunya. Guo Huai melunak setelah melihat kebaktian anaknya kepada ibu dan kemudian memerintah bawahannya untuk mengejar para pengawal. Mereka berhasil menemui pengawal itu dalam beberapa hari. Guo Huai kemudian menulis surat kepada wali penguasa Sima Yi: "Kelima putra saya siap mengorbankan diri demi ibunya. Jika ibunya tidak ada, maka mereka juga tidak ada. Tanpa kelima putra saya, saya juga tidak akan ada. Jika saya melanggar hukum karena memerintah bawahan saya untuk merebut istri saya dari pengawal, saya bersedia untuk menemui Kaisar dan bertanggung jawab atas tindakan saya!". Sima Yi kagum terhadap surat Guo Huai dan kemudian mengubah perintah, seluruh keluarga Wang Ling dihukum mati dengan pengecualian istri Guo Huai dan Sima Yi mengampuni istrinya.[23]

Di Kisah Tiga Negara

sunting

Guo Huai adalah seorang karakter figuran di novel abad ke-14 Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, yang meromantisasi peristiwa sejarah pada masa Zaman Tiga Negara. Ia memulai debutnya pada bab ke-70 "Zhang Fei yang ganas mengakali Jalur Wakou, dan Huang Zhong yang lama berencana untuk merebut Gunung Tiandang". Dia membujuk Cao Hong untuk tidak mengeksekusi Zhang He yang dikalahkan oleh Zhang Fei, dan membiarkannya menyerang Jalur Jiameng. Setelah Xia Houyuan meninggal di Gunung Dingjun, dia memilih Zhang He sebagai jenderal untuk membereskan kekacauan tersebut. Di Bab 93, Cao Zhen memilihnya sebagai wakil jenderal. Setelah itu, dia berperang melawan tentara Shu Han berkali-kali. Setelah kematian Zhuge Liang, Jiang Wei memimpin Ekspedisi Utara untuk melawan Sima Zhao, mengepung Sima Zhao di Gunung Tielong, dan meminta Raja Qiang mengirim pasukan untuk membantu. Guo Huai pertama-tama mengalahkan raja Qiang, dan kemudian bergabung dengan Sima Zhao untuk mengalahkan Jiang Wei. Guo Huai mengejar Jiang Wei, yang tidak memiliki senjata dan busur tetapi tidak memiliki anak panah. Dia menembak Jiang Wei dengan busur dan anak panah, tetapi dia menghindar dan menangkap anak panah tersebut, dan ditembak mati oleh Jiang Wei.[24]

Budaya populer

sunting

Film dan televisi

sunting
  • Serial TV 1994 "Romance of the Three Kingdoms": dimainkan oleh Chang Yuping dan Sun Qicheng
  • Serial TV 2010 "Three Kingdoms": diperankan oleh Zhang Feng
  • Serial TV 2016 "Unify the Three Kingdoms": diperankan oleh Cheng Xiangyin
  • Serial TV 2017 "The Advisors Alliance": diperankan oleh He Xiang
  • Serial TV 2022 "The Wind Rises in Longxi": diperankan oleh Guo Jingfei

Referensi

sunting
  1. ^ de Crespigny (2007), hlm. 283.
  2. ^ (文帝為五官將,召淮署為門下賊曹,轉為丞相兵曹議令史, ...) Sanguozhi vol. 26.
  3. ^ Zizhi Tongjian vol. 62.
  4. ^ Zizhi Tongjian vol. 67.
  5. ^ (... 從征漢中。太祖還,留征西將軍夏侯淵拒劉備,以淮為淵司馬。) Sanguozhi vol. 26.
  6. ^ a b Zizhi Tongjian vol. 68.
  7. ^ (淵與備戰,淮時有疾不出。淵遇害,軍中擾擾,淮收散卒,推盪寇將軍張郃為軍主,諸營乃定。) Sanguozhi vol. 26.
  8. ^ (其明日,備欲渡漢水來攻。諸將議衆寡不敵,備便乘勝,欲依水為陣以拒之。) Sanguozhi vol. 26.
  9. ^ (淮曰:「此示弱而不足挫敵,非筭也。不如遠水為陣,引而致之,半濟而後擊,備可破也。」) Sanguozhi vol. 26.
  10. ^ (以狀聞,太祖善之,假郃節,復以淮為司馬。) Sanguozhi vol. 26.
  11. ^ Zizhi Tongjian vol. 69.
  12. ^ (文帝即王位,賜爵關內侯,轉為鎮西長史。) Sanguozhi vol. 26.
  13. ^ (又行征羌護軍,護左將軍張郃、冠軍將軍楊秋討山賊鄭甘、盧水叛胡,皆破平之。關中始定,民得安業。) Sanguozhi vol. 26.
  14. ^ Zizhi Tongjian vol. 69.
  15. ^ (黃初元年,奉使賀文帝踐阼,而道路得疾,故計遠近為稽留。) Sanguozhi vol. 26.
  16. ^ (及群臣歡會,帝正色責之曰:「昔禹會諸侯於塗山,防風後至,便行大戮。今溥天同慶而卿最留遲,何也?」) Sanguozhi vol. 26.
  17. ^ (淮對曰:「臣聞五帝先教導民以德,夏后政衰,始用刑辟。今臣遭唐虞之世,是以自知免於防風之誅也。」) Sanguozhi vol. 26.
  18. ^ (帝恱之,擢領雍州刺史,封射陽亭侯,五年為真。) Sanguozhi vol. 26.
  19. ^ (安定羗大帥辟蹏反,討破降之。每羌、胡來降,淮輙先使人推問其親理,男女多少,年歲長幼;及見,一二知其款曲,訊問周至,咸稱神明。) Sanguozhi vol. 26.
  20. ^ (二年,詔曰:「昔漢川之役,幾至傾覆。淮臨危濟難,功書王府。在關右三十餘年,外征寇虜,內綏民夷。比歲以來,摧破廖化,禽虜句安,功績顯著,朕甚嘉之。今以淮為車騎將軍、儀同三司,持節、都督如故。」) Sanguozhi vol. 26.
  21. ^ (進封陽曲侯,邑凡二千七百八十戶,分三百戶,封一子亭侯。) Sanguozhi vol. 26.
  22. ^ (正元二年薨,追贈大將軍,謚曰貞侯。) Sanguozhi vol. 26.
  23. ^ (世語曰:淮妻,王淩之妹。淩誅,妹當從坐,御史往收。督將及羌、胡渠帥數千人叩頭請淮表留妻,淮不從。妻上道,莫不流涕,人人扼腕,欲劫留之。淮五子叩頭流血請淮,淮不忍視,乃命左右追妻。於是追者數千騎,數日而還。淮以書白司馬宣王曰:「五子哀母,不惜其身;若無其母,是無五子;無五子,亦無淮也。今輒追還,若於法未通,當受罪於主者,覲展在近。」書至,宣王亦宥之。) Shiyu annotation in Sanguozhi vol. 26.
  24. ^ Sanguo Yanyi ch. 109.