Gugum Gumbira
Drs. Gugum Gumbira Tirasondjaja (sering dikenal sebagai Gugum Gumbira; 4 April 1945 – 4 Januari 2020) adalah komposer Sunda, pemimpin orkestra, koreografer, dan pengusaha dari Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Gugum Gumbira | |
---|---|
Lahir | Gugum Gumbira Tirasondjaja |
Tempat tinggal | Jalan Kopo 15 |
Pekerjaan | Komposer, koreografer, pengusaha |
Gelar | Drs. |
Suami/istri | Euis Komariah |
Anak | Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Asye Ratna Mantili, Sonda Utami Dewi |
Jaipongan
suntingPada tahun 1961, Presiden Indonesia, Sukarno melarang musik rock and roll dan genre barat lainnya dan musisi Indonesia tertantang untuk menghidupkan kembali seni pribumi. Gugum Gumbira pun mengambil tantangan, belajar tari pedesaan dan festival musik selama dua belas tahun. Jaipongan, atau Jaipong, adalah hasil yang paling populer dari studinya yang memperbarui musik ritual desa bernama ketuk tilu dengan gerakan dari Pencak Silat, seni bela diri Indonesia, dan musik dari tarian teater bertopeng, Topeng Banjet, dan teater Wayang Golek.
Dalam ketuk tilu asli, kelompok biasanya terdiri dari pot-gong ketuk tilu, gong kecil lainnya, rebab, drum barel, dan seorang perempuan penyanyi-penari (ronggeng) yang sering juga melacur, mengajak laki-laki untuk menari dengannya secara sensual. Gugum memperluas bagian drum sebagai bagian dari gamelan perkotaan, mempercepat musik, mendefinisikan ulang penyanyi hanya sebagai penyanyi (sinden), dan datang dengan nama onomatope yang menarik. Banyak pendengar menganggap bahwa musik ini sangat kompleks dengan irama yang dinamis.
Jaipongan memulai debutnya pada 1974 ketika Pak Gugum beserta gamelan dan penari pertamanya tampil di depan umum. Pemerintah sporadis berupaya untuk menekan ini karena amoralitas yang dirasakan (mewarisi beberapa sensualitas ketuk tilu) yang hanya membuatnya lebih populer. Tarian ini selamat bahkan setelah larangan resmi Indonesia pada musik pop asing selama beberapa tahun, dan menggila pada 1980-an. Pada pertengahan 1980-an, Jaipongan sebagai tarian sosial telah memudar, tapi tetap populer sebagai tari panggung, dilakukan oleh perempuan, pasangan campuran atau sebagai solo.
Album Jaipongan yang paling banyak tersedia di luar Indonesia adalah Tonggeret oleh Idjah Hadidjah dan Gugum Gumbira Jugala orkestra, yang dirilis pada tahun 1987 dan kembali dirilis sebagai Jawa Barat: Jaipong Sunda dan Musik Populer lainnya]] oleh Nonesuch / Elektra Records.
Jugala
suntingStudio Jugala Gugum Gumbira di Bandung berfungsi sebagai dasar untuk orkestra Jugala itu sendiri dan kelompok tari, telah menciptakan dan merekam beberapa musisi lainnya, termasuk Sabah Habas Mustapha dan The Residents.
Orkestra Jugala termasuk instrumen gamelan Sunda, drum, rebab dan suling, memainkan jaipongan dan musik degung kontemporer.
Meninggal Dunia
suntingGugum Gumbira meninggal dunia pada pukul 01.59 Sabtu (4/1) di Rumah Sakit Santosa, Bandung.
Pribadi
suntingGugum Gumbira menikah dengan Euis Komariah, yang bernyanyi Orkestra Jugala. Putri mereka, Mira Tejaningrum (lahir 4 Maret 1969), adalah penari dan koreografer untuk kelompok tari Jugala.
Referensi
sunting- Manuel, Peter (1988). Popular Musics of the Non-Western World: An Introductory Survey. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-505342-7.
- Jaipongan Diarsipkan 2006-10-31 di Wayback Machine. Description and history, from the Harsanari Indonesian Dance Company Diarsipkan 2011-07-17 di Wayback Machine. website.
- Mira Tejaningrum[pranala nonaktif permanen] From "The Power of Music" website
- Jaipongan dance, created by Gugum Gumbira in West Java Short MOV video from a Jean Hellwig film on popular dancing in West Java (1989)
- Indonesian Music Diarsipkan 2005-11-25 di Wayback Machine. Overview at the Indonesian Music Shop
Ulasan album
sunting- Glorious Gamelan and Jaipongan Jive: They got the beat, Indonesians Diarsipkan 2011-07-16 di Wayback Machine. Rock Paper Scissors review of the Nonesuch Explorer Series album
- international titles at Aquarius Records Diarsipkan 2006-01-06 di Wayback Machine.