Goal-based Requirement Analysis Method (GBRAM)

Goal-based Requirement Analysis Method (GBRAM) adalah salah satu metode dari pendekatan Goal-oriented Requirement Engineering (GORE). Metode berbasis goal ini menekankan perlunya mengkarakterisasi, mengkategorikan, menguraikan dan menyusun goal sebagai kebutuhan, tetapi biasanya gagal menawarkan strategi untuk mengidentifikasi goal, dan menerima begitu saja bahwa goal telah didokumentasikan.[1][2][3] Penekanan Goal-based Requirement Analysis Method (GBRAM) [4][5] adalah pada identifikasi awal dan abstraksi goal dari berbagai sumber informasi. Metode Ini mengasumsikan bahwa tidak ada goal yang telah didokumentasikan atau diperoleh dari para pemangku kepentingan (stakeholder) dan dengan demikian dapat menggunakan diagram, pernyataan tekstual, transkrip wawancara, dll. untuk mendapatkan goal tersebut. Metode ini berguna untuk mengidentifikasi, menguraikan, dan mengatur goal untuk spesifikasi kebutuhan.[4] Pendekatan berbasis goal fokus pada mengapa sistem dibangun, memberikan motivasi dan alasan untuk membenarkan kebutuhan perangkat lunak.[4] Serupa dengan pendekatan GORE lainnya, sistem dan lingkungannya di GBRAM direpresentasikan sebagai kumpulan agen. Di sini, agen didefinisikan sebagai entitas atau proses yang berusaha untuk mencapai goal dalam suatu organisasi atau sistem berdasarkan tanggung jawab yang diasumsikan untuk goal. Dalam GBRAM, goal, agen, pemangku kepentingan, dll. ditentukan dalam bentuk tekstual dalam goal schema. Anehnya, metode ini tidak memberikan notasi grafis untuk mewakili goal, penyempurnaan goal (goal refinement), agen, dll. GBRAM melibatkan kegiatan berikut: goal analysis dan goal refinement.[6]

Goal Analysis

sunting

Goal adalah sasaran tingkat tinggi dari sebuah bisnis, organisasi, atau sistem. Goal tersebut menangkap alasan mengapa suatu sistem diperlukan dan memandu keputusan di berbagai tingkatan dalam perusahaan.[4] Proses goal analysis adalah tentang eksplorasi sumber informasi untuk identifikasi goal diikuti oleh organisasi dan klasifikasi goal itu sendiri.[6] Goal analysis merupakan proses eksplorasi dokumen yang dikumpulkan, dimulai dari informasi tentang organisasi (misalnya tujuan perusahaan) ke informasi spesifik sistem (misalnya kebutuhan sistem). Sering diasumsikan bahwa sistem perangkat lunak dibangun dengan beberapa goal atau tujuan,[7] namun terkadang goal atau tujuan tersebut tidak jelas, tujuan perusahaan tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi.[1] Dengan demikian, penting untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk mendapatkan pemahaman yang luas tentang domain, organisasi, proses dan sistem.[4]

Kegiatan ini selanjutnya dibagi menjadi:

  • Eksplorasi (Explore Activities): mengeksplorasi informasi yang tersedia.[6]
  • Identifikasi (Identify Activities): penggalian goal dan agen yang bertanggung jawab dari informasi yang telah didapatkan pada kegiatan eksplorasi.[6]
  • Organisir (Organize Activities): mengklasifikasikan dan mengatur goal sesuai dengan hubungan ketergantungannya.[6]

Goal dapat diekstraksi dari berbagai jenis informasi yang dikumpulkan termasuk deskripsi proses seperti diagram alir atau diagram Entity Relationship (ER). Penting untuk mengidentifikasi goal dari deskripsi proses dengan cara mencari pernyataan yang tampaknya memandu keputusan desain di berbagai tingkatan dalam suatu sistem atau organisasi. Ketika digunakan sebagai sumber informasi eksklusif, deskripsi proses tidak cukup untuk mencapai ketelitian dan kelengkapan. Oleh karena itu, jika memungkinkan, praktisi harus mempertimbangkan sumber-sumber lain yang mungkin seperti transkrip wawancara dengan para pemangku kepentingan. Namun, para pemangku kepentingan cenderung untuk mengungkapkan kebutuhan mereka dalam hal operasi dan tindakan daripada dalam bentuk goal. Dengan demikian, mencari kata-kata tindakan adalah cara yang berguna untuk mengekstrak goal dari deskripsi pemangku kepentingan.[4] Contohnya, pada menu penjadwalan rapat, pemangku kepentingan mungkin akan menggunakan kata kerja semacam "menjadwalkan" dan "memesan" yang akan menjadi goal seperti "menjadwalkan rapat" dan "memesan ruang rapat".[4]

Selain goal, ada pula agen, pemangku kepentingan, dan batasan (constraint) juga harus diidentifikasi. Pendekatan yang paling masuk akal adalah mengidentifikasi sedini mungkin agen yang bertanggung jawab dengan menentukan agen apa yang pada akhirnya bertanggung jawab untuk mencapai dan memelihara suatu goal. Contohnya, goal "menjadwalkan rapat" merupakan tanggung jawab dari penjadwal rapat. Batasan berguna karena mereka memberikan informasi tambahan mengenai kebutuhan yang harus dipenuhi agar goal tertentu dapat diselesaikan. Batasan diidentifikasi dengan mencari penghubung temporal, seperti kata "selama", "sebelum", dan "sesudah", atau varian apa pun darinya. Batasan juga dapat diidentifikasi dengan mencari hubungan ketergantungan. Bayangkan goal "Rapat dijadwalkan" pada sistem penjadwalan rapat dengan batasan: Ruang rapat harus tersedia selama rapat berlangsung (tanggal/waktu). Setelah goal, tanggung jawab agen dan pemangku kepentingan diidentifikasi dan ditentukan, goal tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kondisi target mereka dan mulai dikembangkan.[4]

Goal Refinement

sunting

Kebutuhan akan berubah-ubah dan terus berubah, banyaknya iterasi dalam proses penyempurnaan adalah hanya karena kebutuhan tersebut disalahtafsirkan.[7] Setiap pemangku kepentingan memiliki kebutuhan dan prioritas yang berbeda, dan terkadang saling bertentangan. Seringkali, strategi untuk identifikasi dan penyelesaian konflik tidak memadai.[4] Goal berkembang karena para pemangku kepentingan mengubah pikiran mereka dan memperbaiki serta mengoperasionalkan goal tersebut menjadi kebutuhan perilaku (behavioural requirement). Seiring berjalannya waktu, goal dari pemangku kepentingan dapat berubah atau, setidaknya, prioritas sasaran mereka cenderung berubah. Perubahan goal pertama adalah elaborasi (elaboration) dan yang kedua adalah penyempurnaan (refinement).[4] Oleh karena itu, evolusi goal dipengaruhi melalui goal elaboration dan goal refinement. Teknik penting dalam goal elaboration adalah mengidentifikasi hambatan goal, menganalisis skenario [8] dan batasannya, dan mengoperasikan goal. Goal refinement menyangkut evolusi goal dari saat mereka pertama kali diidentifikasi hingga saat mereka diterjemahkan ke dalam kebutuhan operasional untuk spesifikasi sistem.[6]

Kegiatan ini dibagi menjadi:

  • Pemangkasan (Pruning Activities): Kegiatan pemangkasan seperangkat goal, yaitu menghilangkan goal yang bermakna sama[6]
  • Penguraian (Elaborate Activities): Kegiatan yang merujuk pada proses menganalisis goal yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya hambatan [5] (perilaku atau goal lain yang mencegah atau menghalangi pencapaian goal yang diberikan).[6] Mengidentifikasi hal yang dapat menghambat goal untuk mempertimbangkan cara yang mungkin membuat goal gagal tercapai, memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi kasus pengecualian (exception). Ketika prioritas sasaran berubah, skenario akan memfasilitasi evaluasi prioritas baru ini.[4]
  • Membangun skenario (deskripsi perilaku dari suatu sistem dan lingkungannya yang timbul dari situasi terbatas) untuk mengungkap goal dan kebutuhan yang tersembunyi[6]
  • Mengoperasionalkan (Operationalize Activities): Kegiatan yang mewakili penerjemahan goal menjadi kebutuhan operasional.[6]

Goal refinement terjadi ketika goal identik direkonsiliasi, ketika goal digabungkan ke dalam kategorisasi sub-goal, ketika kendala diidentifikasi, dan ketika goal dioperasionalkan. Dalam GBRAM, achievement goal digabung dan didaftar sesuai dengan hubungan dan ketergantungan yang mendahuluinya. Susunan ini memungkinkan untuk menentukan kondisi prasyarat (precondition) dan kondisi pasca (post-condition) dari sebuah goal.[4] Dengan demikian, salah satu kegiatan yang dibutuhkan GBRAM selama fase goal refinement adalah identifikasi prioritas goal. Hal ini pada dasarnya mewakili kebutuhan untuk mengidentifikasi goal mana yang harus dicapai sebelum yang lain. Metode ini menyarankan untuk mengajukan pertanyaan seperti “Goal apa yang harus mengikuti goal ini?” dan seterusnya. Metode lain yang berguna untuk menentukan hubungan prioritas adalah untuk mencari dependensi agen. Begitu prioritas goal telah ditetapkan, tabel diproduksi dengan goal yang disusun sesuai dengan urutan prioritas itu.[6]

Goal disempurnakan dengan menghilangkan redudansi dan merekonsiliasi goal yang identik. Misalnya, "Rapat diatur" dan "Rapat dijadwalkan" memiliki maksud yang sama dan dapat direkonsiliasi. Pendekatan terbaik untuk menghilangkan redudansi adalah setelah goal digabung menjadi satu set goal yang diurutkan. Lebih mudah untuk mengidentifikasi goal yang identik karena mereka biasanya terdaftar berdekatan satu sama lain dalam set yang disusun karena mereka cenderung berbagi hubungan prioritas yang sama. Goal yang dioperasionalkan, agen yang bertanggung jawab, pemangku kepentingan, hambatan dan skenario akhirnya dikonsolidasikan ke dalam serangkaian goal schema yang dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam spesifikasi kebutuhan. Artefak yang dihasilkan, meskipun tidak formal, memberikan representasi tekstual dari kebutuhan sistem yang diatur sesuai dengan tujuan sistem.[4]

Referensi

sunting


  1. ^ a b Ant&, A.I., W.M. McCracken & C. Potts, “Goal Decomposition and Scenario Analysis in Business Process Reengineering,” Advanced Information System Engineering: 6th Int. Conf., CAiSE ‘94 Proc., Utrecht, The Netherlands, 6-10 June 1994, pp. 94-104, 1994.
  2. ^ Dardenne, A.; Fickas, S.; van Lamsweerde, A. "Goal-directed concept acquisition in requirements elicitation". Proceedings of the Sixth International Workshop on Software Specification and Design. IEEE Comput. Soc. Press. doi:10.1109/iwssd.1991.213081. ISBN 0818623209. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2019-07-13. 
  3. ^ Yu; Mylopoulos (1994). "Using goals, rules, and methods to support reasoning in business process reengineering". Proceedings of the Twenty-Seventh Hawaii International Conference on System Sciences HICSS-94. IEEE Comput. Soc. Press. doi:10.1109/hicss.1994.323491. ISBN 0818650907. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2019-07-13. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m Anton, A.I. "Goal-based requirements analysis". Proceedings of the Second International Conference on Requirements Engineering. IEEE Comput. Soc. Press. doi:10.1109/icre.1996.491438. ISBN 0818672528. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2019-07-13. 
  5. ^ a b Antoń, Ana I., 1966-. Goal identification and refinement in the specification of software-based information systems. OCLC 37471644. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2019-07-13. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k Alexei Lapouchnian, “Goal-oriented Requirements Engineering: An Overview of the Current Research”, Department of Computer Science University of Toronto, 2005.
  7. ^ a b A. M. Davis, "Software Requirements: Objects, Functions, &’ Stutes", Prentice-Hall, 1993.
  8. ^ Potts, Colin (1995). "Using schematic scenarios to understand user needs". Proceedings of the conference on Designing interactive systems processes, practices, methods, & techniques - DIS '95. New York, New York, USA: ACM Press. doi:10.1145/225434.225462. ISBN 0897916735.