Gelanggang hoki lapangan

Gelanggang hoki lapangan merupakan arena bermain untuk olahraga permainan hoki lapangan. Secara historis, permainan ini dimainkan di rumput alami dan saat ini lebih banyak dimainkan di rumput sintetis. Peraturan penggunaan rumput sintetis untuk lapangan permainan dimulai sejak tahun 1970-an dan menjadi syarat untuk kompetisi besar pada tahun 1976. Seluruh garis, tanda dan spesifikasi yang tergambar di lapangan memiliki ketentuan tersendiri yang telah dijelaskan oleh Federasi Hoki Internasional dalam "The Rules of Hockey".

Ukuran standar lapangan. Gelanggang hoki lapangan berukuran 914 x 55 meter (1.000 yd × 60 yd) dengan area luas 5027 m2 (1,24 hektar).

Semua tanda dan garis di dalam lapangan memiliki aturannya masing-masing. Beberapa contoh diantaranya adalah: bola yang berhenti tepat di garis samping (side line) tetap dinyatakan sebagai bola masuk, bola yang berhenti tepat di garis penalti dianggap masuk ke dalam area penalti, bola yang melewati garis batas luar lapangan dinyatakan bola keluar, serta bola yang sepenuhnya melewati garis gawang dapat dinyatakan gol.

Dimensi standar lapangan hoki awalnya dinyatakan dalam satuan imperial tetapi sejak tahun 1998 diganti dalam satuan metrik, dengan tidak terlepas dari beberapa satuan imperial masih digunakan secara umum oleh beberapa negara.

Lapangan permainan sunting

 
Lapangan berwarna digunakan untuk membedakan lapangan permainan (hijau) dan run-off (merah).

Lapangan hoki berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh beberapa garis tepi. Garis perimeter yang lebih panjang disebut garis samping (side line), garis yang lebih pendek yang berlawanan disebut garis belakang (back line), serta garis yang terletak antara tiang gawang disebut sebagai garis gawang (goal line). Garis samping memiliki panjang 91,4 m (100 yard) dan garis belakang berukuran 55 m (60 yard). Bagian run-off memiliki jarak minimum 2 m (6 kaki 7 inci) di garis samping dan 3 m (10 kaki) di garis belakang. Semua tanda garis berwarna putih dengan lebar 75 milimeter (3 inci). Di setiap sudut lapangan diletakkan bendera sudut dengan ukuran luas benderanya tidak lebih dari 300 mm persegi dan dipasang pada tiang setinggi 1,2–1,5 m (3 kaki 11 inci – 4 kaki 11 inci).[1]

Secara historis, dimensi lapangan awalnya menggunakan satuan imperial yang kemudian digantikan dengan satuan metrik pada 1998. Aturan penetapan ukuran lapangan pertama yang tercatat mengacu pada lapangan yang digunakan klub London kala itu. Catatan Surbiton Hockey Club bertahun 1876 menyatakan ukuran panjang lapangan adalah 100–150 yard (91–137 m) dan lebar 50–80 yard (46–73 m). Sementara aturan yang dikeluarkan Asosiasi Hoki Inggris pada 1886 menetapkan panjang lapangan 100 yard dan lebar 55-60 yard.[2] Pada tahun 1905, International Rules Board mengusulkan ukuran lebar lapangan menjadi 66 yard (60 meter) tetapi keputusan ini dibatalkan pada tahun 1909. Pada 1975 aturan mengenai lebar lapangan yang sah adalah 60 yard.[2]

Bagian permukaan lapangan hoki dicat hijau, biru laut atau biru sinyal (signal blue).[3] Pada saat Olimpiade Musim Panas 2012 diselenggarakan, lapangan yang digunakan adalah lapangan hoki bercat biru. Hal ini karena pemilihan warna tersebut lebih memudahkan penonton di televisi melihat dengan jelas keadaan di lapangan selama permainan berlangsung. Tidak semua lapangan hoki dicat biru, tetapi saat ini aturan tersebut menjadi standar untuk turnamen hoki lapangan profesional.[4]

Gawang sunting

 
Gawang hoki di Olimpiade Musim Panas 1960. Gawangnya lebih dalam di permukaan tanah dengan sisi dan papan di sekitar pangkalan.

Gawang ditempatkan di titik tengah pada garis belakang (back line). Masing-masing gawang ditandai oleh dua tiang tegak yang bagian atasnya dihubungkan oleh mistar gawang dan bagian belakangnya ditutupi oleh jaring. Lebar gawang berukuran 3,66 meter (4 yard), sementara tingginya 2,14 meter (7 kaki) di atas tanah. Tiang gawang dan mistar gawang dicat putih dan berbentuk persegi panjang dengan lebar 50 milimeter (2 inci) dan panjang 50-75 milimeter (2-3 inci).[5]

Jarak dari tiang gawang ke arah bagian dalam gawang berukuran minimal 1,2 meter. Sementara bagian atasnya yang menghadap ke arah yang sama berukuran 0,9 meter dari mistar gawang. Area gawang bagian bawah dibatasi dengan papan gawang (backboard) dan dua papan samping (side-board) setinggi 460 milimeter (18 inci). Bagian belakang gawang dikaitkan dengan jaring.[6]

Jaring gawang memiliki ukuran yang bervariasi tergantung pada posisi dikaitkannya (mistar gawang, papan gawang, dan tiang gawang). Standar dimensi jaring untuk hoki lapangan adalah 3,7 m (panjang) x 1,2 m (lebar) x 2,1 m (tinggi).[4][5]

Gawang untuk hoki yang pertama memiliki tinggi 2,1 meter dengan jarak antara keduanya sekitar 5,5 m. Kemudian dirombak kembali menjadi 3,7 m yang tidak dicatat dalam aturan tahun 1886. Pada tahun 1987 hoki lapangan memperkenalkan aturan baru yang mana di sudut penalti tembakan pertama ke gawang tidak boleh melewati garis gawang lebih tinggi dari 18 inci.[4]

Garis lingkaran sunting

 
Gambaran untuk lingkaran penalti (garis utuh), lingkaran putus-putus yang berada 5 m di depannya dan titik penalti.

Salah satu tim dinyatakan berhasil mencetak gol apabila pemain penyerang dapat memasukkan bola ke dalam gawang dari dalam lingkaran penalti (penalty circle). Tendangan sudut diberikan kepada tim lawan apabila pemain bertahan melakukan pelanggaran di dalam area tersebut. Disamping itu, penjaga gawang diperbolehkan mengontrol bola apabila masih berada di dalam lingkaran penalti. Secara umum lingkaran penalti membentang menyerupai huruf D yang dibentuk oleh garis lurus 3,66 meter (4 yard), sejajar dengan garis gawang, dan terhubung ke dua busur kuadran 14,63 meter (16 yard).[7][8]

Pada mulanya aturan tahun 1876 menyatakan bahwa gol tidak sah apabila bola dipukul dari jarak lebih dari 15 yard (14 meter) dari tiang gawang. Kemudian untuk mengenali batasnya, dibuat sebuah garis lingkaran dengan jari-jari 15 yard pada tahun 1886.[4] Jari-jari lingkaran ditingkatkan radiusnya menjadi 16 yard (15 m) pada tahun 1951 untuk hoki pria, begitu pula untuk hoki wanita pada 1968. Setiap pukulan bebas (free-hit) dalam jarak 5 m dari lingkaran penalti memiliki aturan yang sedikit berbeda dari yang lain dan ditandai lewat garis putus-putus sejauh 5 m dari lingkaran penalti.[8]

Titik pinalti ditempatkan secara terpusat tepat di depan gawang dan digunakan untuk pukulan penalti. Titik tersebut berdiameter 150 mm dan pusatnya berjarak 6,475 m dari luar garis gawang.[8] Istilah tembakan penalti baru dikenalkan pada tahun 1963 untuk menghentikan tembakan yang langsung diarahkan ke gawang. Tembakan tersebut pada awalnya dilakukan dari jarak 7,3 meter (8 yard) dari gawang. Pada aturan 1973, tembakan juga dapat diberikan bagi pelanggaran yang disengaja dilakukan di dalam lingkaran penalti, dan hingga tahun 1979, titik tembakan dipindahkan menjadi 6,4 m (7 yard) dari gawang.[2]

Tanda lainnya sunting

 
Simon Gougnard bersiap untuk mengambil tendangan sudut dari jarak 10 m. Garis 5 m di atas membatasi posisi terdekat yang mungkin dipegang oleh pemain bertahan.

Garis setengah jalan (half-way line) sejajar dengan garis belakang dan membagi lapangan menjadi dua bagian.[4] Setiap babak permainan dimulai dari garis tersebut, begitu juga setelah salah satu tim berhasil mencetak gol.

Tiap setengah dari lapangan terbagi lagi oleh satu garis yang disebut garis 23 meter atau garis 25 yard, sehingga menghasilkan panjang sisi 22,9 m dari garis belakang.[9] Secara historis, garis ini pertama kali digunakan untuk melanjutkan permainan setelah bola melewati garis belakang dan ditandai dengan bendera di sisi lapangan. Pada tahun 1949, pelanggaran pemain bertahan yang disengaja di daerah tersebut menghasilkan tendangan sudut. Sejak tahun 1961, para pemain bertahan yang tidak berada di sudut penalti berdiri di belakang garis ini. Garis tersebut juga digunakan untuk aturan offside antara tahun 1987 hingga aturan tersebut dihapuskan pada tahun 1996. Saat ini, terdapat aturan rinci mengenai pelanggaran dan pukulan bebas di area garis 23 meter tersebut.[10] Sejak 2015, garis 23 meter juga berlaku bagi tim penyerang untuk melanjutkan permainan ketika mereka melewati garis belakang.[11]

Terdapat garis sepanjang 300 mm tegak lurus dengan garis belakang yang menandakan jarak 10 m dan 5 m dari setiap tiang gawang. Terdapat juga tanda yang berkaitan dengan sudut penalti. Pada peraturan lama, tanda ini diberi jarak 4,6 m dan 9,1 m (5 dan 10 yard) yang digunakan untuk menentukan titik tendangan sudut tim penyerang dan titik tempat pemain bertahan berbaris. Tanda serupa juga dibuat tegak lurus dari garis samping, dengan panjang 5 m dan 14,6 m (panjang yang sama dengan titik puncak lingkaran penalti). Ada juga garis sepanjang 150 mm di mana tiang gawang berada.[12]

Lapangan sintetis sunting

Rumput buatan memungkinkan kontrol bola yang lebih mudah dan dengan sendirinya membantu mengurangi jumlah pelanggaran—yang berarti lebih sedikit peluit dan lebih sedikit penghentian di tengah permainan. Dengan demikian permainan menjadi lebih mudah untuk diikuti, serta menjadi tontonan yang lebih cepat dan jauh lebih menarik dari sudut pandang penonton.

— World Hockey, 1975

Secara historis, permainan hoki awalnya dimainkan di atas rumput alami. Namun, pada tahun 1976, Federasi Hoki Internasional (FIH) mengagendakan rencana lapangan buatan untuk semua kompetisi.[13] Olimpiade Musim Panas 1976 di Montreal menjadi kompetisi hoki pertama yang menggunakan rumput alami.[14] Meskipun saat ini tidak ada larangan bermain di atas rumput alami, semua kompetisi nasional dan pertandingan internasional diwajibkan bermain di atas rumput sintetis.[15] Kompetisi kelas dunia seperti olimpiade dan piala dunia, memerlukan standar permukaan lapangan yang berair. Namun, karena isu konservasi air, pemakaian lapangan jenis tersebut tidak digunakan sebagai alternatif jangka panjang.[16] Terdapat tiga jenis lapangan sintetis untuk permainan hoki:[17][18]

  • Unfilled atau water-based - serat buatan yang dikemas padat untuk stabilisasi, memerlukan irigasi atau penyiraman untuk menghindari keausan lapangan.
  • Dressed atau sand-dressed - serat buatan yang kemungkinantidak terlalu padat dan pasir menjadi bahan penyokong serat untuk bagian dari kedalaman tumpukan.
  • Filled atau sand-filled- serat buatan yang bisa lebih panjang namun kurang padat, serta pasir menjadi bahan penyokong serat untuk 100% dari kedalaman tumpukan.

Pada lapangan yang berair, serat yang lebih pendek dan rumput yang dibasahi daapt mengurangi gesekan dan meningkatkan kecepatan saat permainan berlangsung. Namun, lapangan ini membutuhkan penyiraman sebelum, selama dan setelah pertandingan dengan biaya perawatan yang cukup tinggi.[19] Lapangan yang dilapisi pasir (sand-dressed pitches) memiliki biaya yang lebih mahal daripada lapangan yang diisi pasir. Jenis lapangan ini lebih disukai karena tidak adanya pasir di dekat permukaannya.[20] Namun, lapangan yang sering dijumpai adalah lapangan serbaguna yang cocok untuk olahraga lain seperti sepak bola dan tenis, dan tidak untuk permainan hoki. Terdapat banyak spesifikasi dan kategori yang berbeda untuk rumput sintetis termasuk penyerapan goncangan, pantulan permukaan, dan gesekan yang telah diuraikan oleh Federasi Hoki Internasional.[21] Saat ini inovasi lapangan yang sedang populer adalah lapangan generasi ketiga atau lapangan 3G dengan tumpukan yang lebih panjang yang lebih cocok untuk sepak bola. Tetapi menurut Federasi Hoki Internasional lapangan ini tidak memenuhi kriteria pengujian untuk permainan hoki.

Kritik sunting

Majalah World Hockey memberitakan turnamen hoki pertama yang dimainkan di lapangan sintetis pada tahun 1975—pra pertandingan di Montreal sebelum Olimpiade—bahwa lapangannya membawa manfaat yang sangat besar. Steve Ruskin, dari Sports Illustrated mengatakan bahwa "Secara perlahan, permainan analitis membawa ke salah satu jalan tanpa henti, aksi lompatan sejati."[22] Namun, diberitakan juga bahwa keputusan pembuatan lapangan sintetis sangat digemari di negara-negara barat yang lebih maju dan mampu membuat lapangan baru tersebut.[23] Sebelum beralih ke lapangan sintetis, tim hoki pria asal India pernah mengumpulkan tujuh dari delapan medali emas olimpiade antara tahun 1928 dan 1964.[22] Tetapi atlet tersebut, Ajit Pal Singh pada tahun 1996 pernah memberi pernyataan bahwa meski dengan banyak penghargaan yang diraih India, pihak mereka hanya mampu membeli 12 atau lebih lapangan sintetis AstroTurf.[22] Sardara Singh, kapten tim hoki pria asal India, mengatakan bahwa tim mereka bermain di AstroTurf untuk pertama kalinya pada usia 19-20 tahun dan merasa kesulitan untuk beradaptasi disana.[23] Ruskin juga menjelaskan terkait lapangan sintetis bahwa bagi India perubahan tersebut seperti membuat tim mereka memulai dari awal kembali.[22]

Lihat juga sunting

Hoki dalam ruangan hanya diselenggarakan saat musim dingin berlangsung, ketika cuaca dingin saat itu menyebabkan lapangan hoki luar ruangan tidak dapat digunakan sementara. Akibatnya kompetisi luar ruangan diganti dengan lapangan dalam ruangan. Pihak penyelenggara memanfaatkan lapangan serba guna yang juga digunakan oleh cabang olahraga lain seperti bola basket, bola tangan, futsal, dll.

Referensi sunting

  1. ^ Peraturan FIH 2012, hlm. 8, 48-49, 54.
  2. ^ a b c "Umpiring and Rules" (PDF). The Hockey Museum. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-27. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  3. ^ Lapangan FIH 2015, hlm. 41.
  4. ^ a b c d e "Hockey Field & Goal Dimensions | Harrod Sport". www.harrodsport.com. 4 November 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-06. Diakses tanggal 2022-02-23. 
  5. ^ a b "Hockey Field & Goal Dimensions | Harrod Sport". www.harrodsport.com. 4 November 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-06. Diakses tanggal 2022-02-27. 
  6. ^ Peraturan FIH 2012, hlm. 52-54.
  7. ^ Connolly, Helen (1978). Field hockey : rules, tips, strategy, and safety. The Rosen Publishing Group. hlm. 22–23. ISBN 9781404201828. 
  8. ^ a b c Peraturan FIH 2012, hlm. 50.
  9. ^ Peraturan FIH 2012, hlm. 52.
  10. ^ Peraturan FIH 2012, hlm. 30-31.
  11. ^ Peraturan FIH 2015, hlm. 23.
  12. ^ Peraturan FIH 2012, hlm. 48-52.
  13. ^ Somaya, M. M. (4 Januari 2013) (31 Juli 1992). "Synthetic surfaces make predicting winners of hockey game difficult". India Today (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-02. Diakses tanggal 2022-02-23. 
  14. ^ Ians (5 Juli 2016). "1976 Olympics: Infighting mars India's performance". The Hindu (dalam bahasa Inggris). ISSN 0971-751X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-02. Diakses tanggal 2022-02-23. 
  15. ^ Lapangan FIH 2014, hlm. 5.
  16. ^ Lapangan FIH 2014, hlm. 1.
  17. ^ Lapangan FIH 2014, hlm. 8.
  18. ^ Lapangan FIH 2014, hlm. 19.
  19. ^ Bryson, Mark (27 November 2013). "Waterloo man pitches 'field hockey of dreams'". Toronto.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-27. Diakses tanggal 2022-02-27. 
  20. ^ "Artificial Grass for Sport" (PDF). web.archive.org. Department of Transport, Planning and Local Infrastructure. hlm. 31. Archived from the original on 2014-02-07. Diakses tanggal 2022-02-23. 
  21. ^ Lapangan FIH 2014, hlm. 43-46.
  22. ^ a b c d Staff, S. I. "Reign on The Wane Since The Turn of The Century, The Sport Has Belonged To The Sikhs and The Hindus, But The Rest of The World is Catching Up". Vault.Si.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-28. Diakses tanggal 2022-02-27. 
  23. ^ a b Merchant, Minhaz (15 Januari 2013). "The untold story of how India lost hockey supremacy". Times of India Blog (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-22. Diakses tanggal 2022-02-23. 

Daftar pustaka sunting