Gagak dan Ular adalah salah satu Fabel Aesop dan diberi nomor 128 dalam Perry Index.[1] Terdapat versi-versi Yunani alternatif dan dua diantaranya diadopsi pada zaman Renaisans Eropa. Fabel tersebut tak sama dengan cerita berjudul sama dalam Panchatantra, yang sepenuhnya berbeda.

Fabel gagak dan kalajengking yang digambar oleh Marcus Gheeraerts

Versi Yunani alternatif sunting

Pada zaman kuno, fabel tersebut hanya ditemukan dalam sumber-sumber Yunani dan mengisahkan seekor gagak yang sedang mencari makan dan menemukan seekor ular sedang tidur di bawah sinar matahari. Namun saat gagak hendak menggigitnya, ular tersebut membunuhnya dengan patukannya. Pesan moral dari cerita tersebut adalah nasib baik tak selalu tampak.[2] Sebuah fabel alternatif mengisahkan seekor gagak dan kalajengking yang dicantumkan sebagai puisi karya Arkias dari Mitilene dalam antologi Yunani.[3] Ceritanya sebagian besar sama namun pesan moralnya adalah bahwa rasa pahit itu kecil. Epigram lainnya karya Antipater dari Tesalonika, yang berasal dari abad pertama SM, mengisahkan seekor elang yang menemukan seekor gurita yang sedang berjemur di atas sebuah batu, ditarik oleh tentakel-tentakelnya dan jatuh ke laut, 'kehilangan mangsanya sekaligus nyawanya’.[4]

Referensi sunting

  1. ^ "Aesopica site". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 2018-10-11. 
  2. ^ F.R.Adrados, History of the Graeco-Latin Fable, Leiden NL 2003, p.168
  3. ^ Archived online
  4. ^ III.10 archived online

Pranala luar sunting