Frenulum kulup, sering kali hanya disebut frenulum saja, adalah pita jaringan elastis di bawah kepala penis yang terhubung ke kulup hingga mukosa vernal, berfungsi membantu kulup menutup kepala penis saat mengkerut.[1] Dalam kasus frenulum yang pendek atau agar keseluruhan kepala penis terpapar secara bebas, frenulum kulup dapat dipotong sebagian atau seluruhnya.[2][3][4]

Frenulum kulup
Rincian
Pengidentifikasi
Bahasa LatinFrenulum praeputii penis
TA98A09.4.01.012
TA23676
FMA19647
Daftar istilah anatomi

Kepekaan sunting

Frenulum kulup dan delta frenular di sisi ventral penis di bawah korona dianggap sebagai bagian penis yang segera bereaksi terhadap rangsang dan utamanya peka terhadap sentuhan ringan dan lembut. Sisi ventral batang penis yang ada di bawah korona merupakan sumber kenikmatan yang istimewa.[5] Crooks dan Baur mendapati bahwa dua bagian tubuh laki-laki yang sangat peka terhadap rangsang adalah korona dan frenulum kulup.[6] Rangsangan yang berulang di bagian tersebut menyebabkan orgasme dan ejakulasi pada beberapa laki-laki.

Pada laki-laki yang mengalami cedera sumsum tulang belakang sehingga sensasi yang ditimbulkan tidak dapat diantar ke otak, frenulum kulup yang berada tepat di bawah kepala penis dapat dirangsang untuk menghasilkan orgasme dan respons pengiring ejakulasi.[7][8]

Frenektomi sunting

Frenektomi atau bedah frenulum kulup dilakukan dengan memotong frenulum kulup untuk menangani masalah frenulum pendek.[9] Frenulum kulup dapat juga terpotong saat sunat yang bisa jadi ikut mengurangi ukuran delta frenular. Tiga survei menunjukkan bahwa 20%, 26,7%, dan 33,33% frenulum kulup terpotong saat sunat.[9][10]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Jensen, Christian (2011). Can I Just Ask?. Hay House. hlm. 58. ISBN 9781848502468. 
  2. ^ Griffin, A.S.; Kroovand, R. (1990). "Frenular Chordee: Implications and Treatment". Urology. 35 (2): 133–4. doi:10.1016/0090-4295(90)80060-Z. PMID 2305537. 
  3. ^ Preiser, G.; Herschel, M.; Bartman, T.; Andersson, C.; Bailis, S.A.; Shechet, R.J.; Tanenbaum, B.; Kunin, S.A.; Hodges, F.M.; Fleiss, P.M.; Antonopoulos, J.; Rockney, R.; Taylor, A.; Stang, H.; Snellman, L.; Fontaine, P.; Condon, L.M.; Lannon, C.M. (2000). "Circumcision: The Debates Goes On". Pediatrics. 105 (3 Pt 1): 681–684. doi:10.1542/peds.105.3.681. PMID 10733391. 
  4. ^ "Neonatal Circumcision: An Audiovisual Primer". Stanford School of Medicine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-26. Diakses tanggal 2014-07-24. 
  5. ^ Hass, K.; Hass, A. (1993). Understanding Sexuality. St. Louis: Mosby. hlm. 99–100. ISBN 0801667488. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-25. Diakses tanggal 2014-07-24. 
  6. ^ Crooks, R.; Baur, K. (1993). Our Sexuality (edisi ke-ke-5). Redwood City: Benjamin/Cummings. hlm. 129. ISBN 0-534-59567-7. 
  7. ^ Saulino, Michael F. (2006). "Rehabilitation of Persons With Spinal Cord Injuries". WebMD. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-02. Diakses tanggal 2014-07-24. 
  8. ^ Pryor, JL; Leroy, Suzanne C.; Nagel, Theodore C.; Hensleigh, Hugh C. (1995). "Vibratory Stimulation for Treatment of Anejaculation in Quadriplegic Men". Archives of Physical Medicine and Rehabilitation. 76 (1): 59–64. doi:10.1016/S0003-9993(95)80044-1. PMID 7811177. 
  9. ^ a b Griffin A.S., Kroovand R.L. (1990). "Frenular Chordee: Implications and Treatment". Urology. 35 (2): 133–4. doi:10.1016/0090-4295(90)80060-Z. PMID 2305537. 
  10. ^ "Frenular Chordee" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-20. Diakses tanggal 2014-07-24.