Ferdinan Marisan atau yang lebih dikenal sebagai Ferry Marisan lahir di kampung Noribo, pulau Numfor tahun 1971. Ferry merupakan Alumni SMA Oikumene, Manokwari dan melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) jurusan antropologi, kemudian menikah dengan Pendeta Yembise.[1] Ferry Marisan adalah seorang aktivis HAM (Direktur ELSHAM) dan juga seniman Papua. ia memiliki cara tersendiri dalam mengadvokasi kasus-kasus HAM di tanah Papua, tidak hanya lewat laporan atau data, melainkan juga melalui musik (lagu).[2]

Aksi-aksi

sunting

Mendiang Fery Marisan, merupakan salah satu koordinator aksi demo pertama di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) pada Agustus 1995. Demo yang melibatkan sebanyak 800 mahasiswa se-Kota Jayapura.Demo tersebut merupakan yang pertama sejak 1969 di Kota Jayapura. Demo ini merespon laporan pelanggaran HAM berat kasus Bela dan Alamat di sekitar area PT Freeport Indonesia yang dilaporkan Uskup Herman Muninghoff. Sejak aksi inilah almarhum langsung bergabung dengan ELSHAM Papua.[3]

Ferry Marisan memang sudah lama menderita penyakit gula, sehingga komplikasinya bisa ke mana-mana bisa ke paru-paru maupun hati. “Sudah satu bulan lebih mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Abepura,” kata dr. Trayanus Yembise yang juga ipar Marisan saat dihubungi Jubi,Sabtu (6/7/2019) pagi melalui telepon selular. Almarhum meninggal subuh, Sabtu 6 Juli 2019 dan jenazahnya di semayamkan di rumah duka keluarga Pdt.Yembise di kompleks Sekolah Tinggi Thelogia (STT) IS. Kijne, jalan Trikora Abepura.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b mampioper, dominggus (06 juli 2019). "Biografi ferry marisan". Diakses tanggal 08 maret 2020. 
  2. ^ 06 juli 2019, Pademme (Arjuna). "Prestasi ferry Marisan". Diakses tanggal 06 maret 2020. 
  3. ^ mambruk. "Rakyat Papua selalu mengenang perjuangan Feri Marisan" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-09. [pranala nonaktif permanen]