Bhutan dikategorikan sebagai negara berkembang. Dari total penduduk Bhutan berdasarkan data dari United Nations Development Program, sebanyak 26,2 persen populasi masyarakat Bhutan hidup dengan penghasilan kurang dari 1.25 US Dollar per-hari. Banyak dari beberapa organisasi internasional memberikan bantuan program dalam bidang pendidikan dan proyek-proyek lainnya di Bhutan. Namun, terdapat batasan yang ditetapkan pemerintah Bhutan dalam menjaga budaya tradisional negara Bhutan.

Ekonomi Bhutan secara mayoritas bertopang pada bidang pertanian dan peternakan yang menopang kebutuhan hidup bagi 80 persen dari jumlah total populasi penduduk Bhutan. Untuk industri, hanya terbatas pada sektor perhutanan (kayu balok) dan pembangunan villa penginapan. Kebanyakan barang-barang konsumsi dan barang penting lainnya diimpor dari luar negeri. Sedangkan ekspor dari Bhutan berupa kalsium karbida, semen, produk berbasis kayu, mineral dan hasil produk holtikultura. Hidro elektrik merupakan ekspor Bhutan yang terbesar ke luar negeri. India merupakan partner dagang utama Bhutan. Kedua negara memiliki perjanjian perdagangan bebas. Sebanyak 90 persen ekspor Bhutan tertuju ke India, yang juga merupakan impor utama sebesar 70 persen. Selain India, Bhutan juga memiliki perjanjian dagang dengan Bangladesh. Sektor pariwisata di Bhutan memiliki prinsip yang berbasis ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Prinsip turisme yang dimiliki pemerintah Bhutan yaitu bernilai tinggi dan sedikit jumlah volume manusianya. Hal itu turut menjaga status eksklusif Bhutan sebagai destinasi wisata demi menjaga budaya tradisi dari negara Bhutan.[1]

Latar Belakang sunting

 
Pertanian sebagai salah satu sektor penghasilan dari ekonomi negara Bhutan

Bhutan merupakan salah satu negara dengan wilayah terkecil di Asia Selatan namun memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian di dunia. Antara tahun 2006 dan 2015 pertumbuhan ekonomi dengan sekitar rata-rata 7.5 persen. Berada pada ranking 13 dari 118 negara di dunia dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi secara global sebesar 4,4 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut berdampak pada mayoritas masyarakat Bhutan yang mana menurunnya tingkat kemiskinan dari 25 persen ke tingkat hanya sebesar 2 persen pada 2012, yang didasarkan pada standar garis kemiskinan internasional pendapatan se besar $1,90 per hari (yang diukur dari kemampuan daya beli). Jika dibanding secara regional, tingkat kemiskinan di Asia Selatan berada pada rata-rata 19 persen. Hal tersebut memperlihatkan bahwa telah tercipta akses terhadap dasar-dasar pelayanan ke masyarakat seperti kesehatan, pendidikan dan kepemilikan asset bagi tiap individu. Pada saat ini pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, inflasi dan pertukaran kurs mata uang dan cadangan devisa menunjukkan bahwa bhutan menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil di pertengahan kuartal tahun 2017.[2]

Referensi sunting

  1. ^ Bhutan: The Land of Thunder Dragon”, http://www.bhutan.com/economy, diakses 15 November 2017
  2. ^ “How does Bhutan’s Economy Look?“, by Tenzin Lhaden, http://blogs.worldbank.org/endpovertyinsouthasia/how-does-bhutan-s-economy-look, diakses 15 November 2017.