Efavirenz

senyawa kimia

Efavirenz (EFV), dengan nama dagang Sustiva dan lainnya, adalah obat antiretroviral yang digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV/AIDS.[1] Efavirenz digunakan secara bersamaan dengan obat ARV lain.[1] Efavirenz digunakan sebagai pencegahan setelah tertusuk jarum suntik atau setelah terpapar dengan risiko yang berpotensi menularkan HIV.[1] Efavirenz dijual dalam bentuk tunggal dan dalam kombinasi efavirenz/emtrisitabin/tenofovir.[1] Obat ini diminum sekali sehari.[1]

Efavirenz
Nama sistematis (IUPAC)
(4S)-6-Kloro-4-(2-siklopropiletinil)-4-(trifluorometil)-2,4-dihidro-1H-3,1-benzoksazin-2-on
Data klinis
Nama dagang Atripla, Sustiva, others[1]
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a699004
Data lisensi EMA:pranala
Kat. kehamilan D(US)
Status hukum POM (UK) -only (US) Dengan resep
Rute Melalui mulut (kapsul, tablet)
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas 40–45% (dalam keadaan puasa)
Ikatan protein 99,5–99,75%
Metabolisme Hati (Dimediasi CYP2A6 dan CYP2B6)
Waktu paruh 40–55 jam
Ekskresi Urin (14–34%) dan feses (16–61%)
Pengenal
Nomor CAS 154598-52-4 YaY
Kode ATC J05AG03
PubChem CID 64139
DrugBank DB00625
ChemSpider 57715 YaY
UNII JE6H2O27P8 YaY
KEGG D00896 YaY
ChEBI CHEBI:119486 YaY
ChEMBL CHEMBL223228 YaY
NIAID ChemDB AIDSNO:032934
Data kimia
Rumus C14H9ClF3NO2 
Massa mol. 315.675 g/mol
  • InChI=1S/C14H9ClF3NO2/c15-9-3-4-11-10(7-9)13(14(16,17)18,21-12(20)19-11)6-5-8-1-2-8/h3-4,7-8H,1-2H2,(H,19,20)/t13-/m0/s1 YaY
    Key:XPOQHMRABVBWPR-ZDUSSCGKSA-N YaY

Efek samping yang umum terjadi antara lain ruam, mual, sakit kepala, rasa lelah, dan sulit tidur.[1] Dalam beberapa kasus, ruam yang parah sindrom Stevens-Johnson mungkin terjadi.[1] Efek samping berat yang mungkin terjadi antara lain depresi, pikiran untuk bunuh diri, gangguan hati, dan kejang.[1] Efavirenz tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien hamil.[1] Efavirenz termasuk dalam obat golongan inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor/NNRTI) dan bekerja dengan cara menghambat transkriptase balik.[1]

Efavirenz memperoleh persetujuan oleh FDA pada tahun 1998.[1] Efavirenz termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[2] Per tahun 2015, efavirenz masih belum tersedia dalam versi generik.[3] Biaya pengobatan dengan efavirenz di negara berkembang adalah sekitar US$3,27−9,15 per bulan.[4] Pada 2015 biaya untuk satu bulan pengobatan di Amerika Serikat lebih dari US$200.[3] Di Indonesia, pengobatan untuk HIV ditanggung oleh pemerintah. Pasien dapat menerima obat ARV secara gratis di beberapa fasilitas kesehatan yang tersebar di Indonesia.[5][6]

Indikasi sunting

Untuk infeksi HIV yang belum pernah diobati sebelumnya, Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan efavirenz dalam kombinasi dengan tenofovir/emtrisitabin (Truvada) sebagai piluhan utama pengobatan berbasis NNRTI pada pasien dewasa, remaja,[7] dan anak-anak.[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan kombinasi efavirenz, tenofovir, dan lamivudin (atau emtrisitabin) sebagai terapi HIV lini pertama.[9]

Efavirenz juga digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antiretroviral lain untuk profilaksis pascapajanan agar mengurangi risiko infeksi HIV pada orang yang terpajan risiko penularan (misalnya tertusuk jarum suntik, behubungan seks tanpa perlindungan, dll).[10][11]

Kehamilan dan menyusui sunting

Efavirenz aman digunakan selama trimester pertama kehamilan.[12] ASI yang dikeluarkan memiliki kadar efavirenz sehingga terdapat kemungkinan bayi dapat terpapar efavirenz.[13]

Kontraindikasi sunting

Pasien yang mengalami reaksi alergi harus menghindari penggunaan obat ini. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi antara lain sindrom Steven-Johnson dan eritema multiforme.[14]

Efek samping sunting

Efek samping yang umum terjadi adalah gangguan psikis seperti gangguan tidur (mimpi buruk, insomnia, dan rasa lelah di siang hari), pusing, sakit kepala, vertigo, penglihatan kabur, kecemasan, dan gangguan kognitif (rasa bingung, dan gangguan ingatan serta konsentrasi), dan depresi, termasuk rasa ingin bunuh diri.[15][16] Beberapa orang mengalami euforia.[15]

Ruam dan mual mungkin dapat terjadi.[14]

Penggunaan efavirenz dapat menghasilkan hasil positif palsu pada pemeriksaan ganja melalui urin.[17][18]

Efavirenz akan memperpanjang interval QT, sehingga tidak boleh digunakan pada pasien dengan risiko torsades de pointes.[19]

Efavirenz dapat menyebabkan kejang pada pasien dewasa dan anak-anak yang memiliki riwayat kejang akibat epilepsi.[14]

Interaksi obat sunting

Efavirenz dimetabolisme dihati oleh enzim golongan sitokrom P450, seperti CYP2B6 dan CYP3A4.[14] Efavirenz adalah substrat dari enzim ini dan dapat menurunkan metabolisme obat lain yang membutuhkan enzim yang sama.[14] Namun, efavirenz juga dapat menginduksi enzim ini. Hal ini membuat aktivitas enzim meningkat, sehingga metabolisme obat lain yang membutuhkan CYP2B6 dan CYP3A4 akan meningkat.[14]

Salah satu golongan obat yang dipengaruhi efavirenz adalah inhibitor protease (PI) yang juga merupakan obat untuk HIV/AIDS. Efavirenz akan menurunkan kadar inhibitor protease dalam darah seperti aprenavir, atazanavir, dan indinavir.[14]

Efavirenz juga mempengaruhi obat antijamur dengan mekanisme yang serupa pada golongan PI. Efavirenz menurunkan kadar obat antijamur dalam darah seperti vorikonazol, itrakonazol, ketokonazol, dan posakonazol.[14]

Mekanisme kerja sunting

Efek anti-HIV sunting

Efavirenz termasuk dalam ARV kelas NNRTI. Baik RTI nukleosida dan non-nukleosida menghambat enzim yang sama, enzim transkriptase balik, enzim virus yang mentranskripsi RNA virus menjadi DNA.[1] Efavirenz tidak efektif terhadap HIV-2, karena kantung transkriptase balik HIV-2 memiliki struktur yang berbeda dibandingkan HIV-1, sehingga resisten terhadap ARV kelas NNRTI.[20] Karena NNRTI bekerja pada lokasi yang sama, virus yang resisten terhadap efavirenz biasanya juga resisten terhadap NNRTI lain seperti nevirapin dan delavirdin . Mutasi yang paling umum diterjadi setelah pengobatan efavirenz adalah pada K103N yang juga diamati setelah pengobatan dengan NNRTI lainnya.[14] inhibitor transkriptase balik nukleosida (NRTI), PI, dan efavirenz memiliki target yang berbeda, sehingga tidak akan terjadi resistensi silang.[1]

Efek neuropsikiatri sunting

Per tahun 2016, mekanisme efek samping neuropsikiatrik efavirenz masih belum diketahui dengan pasti.[15][16] Kemungkinan efavirenz memiliki efek neurotoksisitas dengan mengganggu mitokondria akibat penghambatan kreatin kinase atau merusak membran mitokondria atau dengan mengganggu persinyalan nitrat oksida.[15] Beberapa efek samping neuropsikiatrik dapat dimediasi melalui reseptor kanabinoid, atau melalui aktivitas pada reseptor 5-HT2A. Namun, efavirenz berinteraksi dengan banyak reseptor SSP lainnya, sehingga masih belum diketahui dengan jelas penyebab efek samping ini.[15] Efek samping neuropsikiatrik berkaitan dengan jumlah dosis yang diberikan.[15]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n "Efavirenz". The American Society of Health-System Pharmacists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 November 2016. Diakses tanggal 28 November 2016. 
  2. ^ "WHO Model List of Essential Medicines (19th List)" (PDF). World Health Organization. April 2015. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 13 December 2016. Diakses tanggal 8 December 2016. 
  3. ^ a b Hamilton, Richart (2015). Tarascon Pocket Pharmacopoeia 2015 Deluxe Lab-Coat Edition. Jones & Bartlett Learning. hlm. 62. ISBN 9781284057560. 
  4. ^ "Efavirenz". International Drug Price Indicator Guide. Diakses tanggal 28 November 2016. 
  5. ^ Ernawati, Jujuk (2018-12-17). "Jumlah Penderita HIV di Jakarta Paling Tinggi di Indonesia". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2019-07-02. 
  6. ^ Wening, Andhika Anggoro. Baqiroh, Nur Faizah Al Bahriyatul, ed. "Menkes: Obat Penyakit HIV Gratis dan Dijamin Ketersediaannya". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-07-02. 
  7. ^ "Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected Adults and Adolescents". July 14, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 23, 2013. 
  8. ^ "Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in Pediatric HIV Infection". NIH AIDSinfo. March 1, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 15, 2016. 
  9. ^ "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-10-05. Diakses tanggal 2019-06-26. 
  10. ^ Kuhar, David T.; Henderson, David K.; Struble, Kimberly A.; Heneine, Walid; Thomas, Vasavi; Cheever, Laura W.; Gomaa, Ahmed; Panlilio, Adelisa L. (2013-09-01). "Updated US Public Health Service Guidelines for the Management of Occupational Exposures to Human Immunodeficiency Virus and Recommendations for Postexposure Prophylaxis". Infection Control & Hospital Epidemiology. 34 (9): 875–892. doi:10.1086/672271. ISSN 0899-823X. PMID 23917901. 
  11. ^ "Antiretroviral Postexposure Prophylaxis After Sexual, Injection-Drug Use, or Other Nonoccupational Exposure to HIV in the United States" (PDF). Centers for Disease Control and Prevention. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal January 27, 2017. Diakses tanggal November 7, 2016. 
  12. ^ Ford, N; Mofenson, L; Shubber, Z; Calmy, A; Andrieux-Meyer, I; Vitoria, M; Shaffer, N; Renaud, F (March 2014). "Safety of efavirenz in the first trimester of pregnancy: an updated systematic review and meta-analysis". AIDS. 28 Suppl 2: S123–31. doi:10.1097/qad.0000000000000231. PMID 24849471. 
  13. ^ Waitt, Catriona John; Garner, Paul; Bonnett, Laura Jayne; Khoo, Saye Hock; Else, Laura Jayne (2015-07-01). "Is infant exposure to antiretroviral drugs during breastfeeding quantitatively important? A systematic review and meta-analysis of pharmacokinetic studies". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 70 (7): 1928–1941. doi:10.1093/jac/dkv080. ISSN 1460-2091. PMC 4472329 . PMID 25858354. 
  14. ^ a b c d e f g h i "Efavirenz label" (PDF). FDA. October 2016. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2016-11-10. 
  15. ^ a b c d e f Treisman, GJ; Soudry, O (October 2016). "Neuropsychiatric Effects of HIV Antiviral Medications". Drug Safety. 39 (10): 945–57. doi:10.1007/s40264-016-0440-y. PMID 27534750. 
  16. ^ a b Apostolova, N; Funes, HA; Blas-Garcia, A; Galindo, MJ; Alvarez, A; Esplugues, JV (October 2015). "Efavirenz and the CNS: what we already know and questions that need to be answered". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 70 (10): 2693–708. doi:10.1093/jac/dkv183. PMID 26203180. 
  17. ^ Rossi, S; Yaksh, T; Bentley, H; Van Den Brande, G; Grant, I; Ellis, R (2006). "Characterization of interference with 6 commercial delta9-tetrahydrocannabinol immunoassays by efavirenz (glucuronide) in urine". Clinical Chemistry. 52 (5): 896–7. doi:10.1373/clinchem.2006.067058. PMID 16638958. 
  18. ^ Röder, CS; Heinrich, T; Gehrig, AK; Mikus, G (2007). "Misleading results of screening for illicit drugs during efavirenz treatment". AIDS. 21 (10): 1390–1. doi:10.1097/QAD.0b013e32814e6b3e. PMID 17545727. 
  19. ^ Abdelhady, Ahmed M.; Shugg, Tyler; Thong, Nancy; Lu, Jessica Bo Li; Kreutz, Yvonne; Jaynes, Heather A.; Robarge, Jason D.; Tisdale, James E.; Desta, Zeruesenay (2016-10-01). "Efavirenz Inhibits the Human Ether-A-Go-Go Related Current (hERG) and Induces QT Interval Prolongation in CYP2B6*6*6 Allele Carriers". Journal of Cardiovascular Electrophysiology. 27 (10): 1206–1213. doi:10.1111/jce.13032. ISSN 1045-3873. PMC 5065384 . PMID 27333947. 
  20. ^ Ren, J.; Bird, L. E.; Chamberlain, P. P.; Stewart-Jones, G. B.; Stuart, D. I.; Stammers, D. K. (2002-10-29). "Structure of HIV-2 reverse transcriptase at 2.35-A resolution and the mechanism of resistance to non-nucleoside inhibitors". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 99 (22): 14410–14415. doi:10.1073/pnas.222366699. ISSN 0027-8424. PMC 137897 . PMID 12386343.