Tragedi
Tragedi atau dukacarita adalah genre drama yang menceritakan kisah yang menyedihkan. Dalam tragedi, tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang baik namun mengalami nasib yang buruk dan menyebabkan dirinya, atau kerabat dan sahabatnya, mengalami masalah. Drama tragedi berasal dari Yunani kuno dan biasanya dipentaskan dalam festival keagamaan. Penulis tragedi Yunani yang terkenal yaitu Aiskhilos, Sofokles, dan Euripides, sedangkan penulis tragedi masa modern yang terkenal adalah William Shakespeare.
Contoh tragedi
sunting1. Tragedi '65
Momen kelam dalam sejarah Indonesia, yang dikenal sebagai "Tragedi '65," tetap menjadi kenangan yang menyakitkan dan kontroversial dalam perjalanan negara ini. Tepat pada tanggal 30 September 1965, peristiwa yang akan mengubah arah sejarah Indonesia pun dimulai.
Gerakan 30 September (G30S), yang merupakan sekelompok perwira militer yang berupaya untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno, memulai aksinya dengan menculik dan membunuh enam jenderal TNI. Peristiwa ini menciptakan kekacauan dalam struktur kekuasaan militer dan politik Indonesia saat itu.
Mengikuti kudeta yang gagal ini, terjadi pembantaian massal terhadap anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisannya di berbagai wilayah Indonesia. Pembantaian ini, yang terjadi dalam skala besar dan dengan kekejaman yang tak terbayangkan, mengakibatkan ribuan hingga jutaan kematian, terutama di Pulau Jawa dan Bali.
Kasus ini masih menyisakan banyak pertanyaan dan kontroversi. Identitas dan motivasi sebenarnya di balik G30S belum sepenuhnya terungkap, dan banyak yang meyakini ada aktor-aktor luar yang terlibat. Selain itu, dampak politik dan sosial dari peristiwa ini masih terasa hingga saat ini.
Mengingat peristiwa "Pembantaian '65" adalah sebuah pengingat yang menyakitkan tentang perpecahan dan kekerasan yang pernah melanda Indonesia. Meskipun telah berlalu lebih dari setengah abad, peristiwa ini tetap menjadi salah satu momen tersulit dalam sejarah bangsa ini.
2. Pembunuhan Munir
19 tahun yang lalu, Indonesia kehilangan salah satu aktivis hak asasi manusia terkemuka, Munir Said Thalib. Peristiwa pembunuhan Munir pada tanggal 7 September 2004 tetap menjadi kenangan kelam dalam sejarah Indonesia dan masyarakat internasional.
Munir, seorang pendiri dan penggerak utama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dikenal karena perjuangannya dalam melawan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Dia adalah suara yang berani yang membeberkan kejahatan negara dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di berbagai tingkatan pemerintahan.
Tragedi terjadi ketika Munir sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Amsterdam, Belanda, menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Dia meninggal akibat keracunan arsenik dalam penerbangan tersebut. Hasil penyelidikan mengungkap bahwa arsenik itu disuntikkan ke minumannya di dalam pesawat.
Meskipun pelaku pembunuhan ini akhirnya dihukum, tetapi banyak yang meyakini bahwa ada aktor-aktor di balik layar yang terlibat dalam peristiwa ini. Pembunuhan Munir menjadi sorotan dunia dan menunjukkan pentingnya melindungi aktivis hak asasi manusia yang berani berbicara demi keadilan.
Hari ini, kita merenungkan kehilangan Munir dan komitmen kita untuk terus memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia. Peristiwa pembunuhan Munir adalah pengingat bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan harus terus berlanjut, dan kebenaran harus selalu diungkapkan, terlepas dari rintangan apa pun.