Dominique Willem Berretty

jurnalis Belanda

Dominique Willem Berrety (20 November 1890 – 20 Desember 1934) adalah wartawan dan raja koran Hindia Belanda. Ia juga direktur perusahaan pers ANETA.[1]

Kehidupan awal

sunting

Dominique Willem Berretty adalah putera Dominique Auguste Leonardus Berrett', pengusaha dan pemilik sekolah swasta keturunan Italia. Ibu D.W. Berrety adalah wanita Jawa bernama Marie Salem.[1]

Pada tahun 1910, Berretty mulai berkarier sebagai korektor di Bataviaasch Nieuwsblad, dan tak lama kemudian menjadi reporter kota. Sejak sekitar tahun 1915, ia bekerja juga sebagai redaktur Java-Bode di Batavia (kini Jakarta). Pada tanggal 1 April 1917 di Batavia, Berretty mendirikan ANETA dengan uang pinjaman. Pada masa inilah, teknik pengiriman berita via telegraf tiba di Hindia Belanda, yang sangat bermanfaat dalam perdagangan Nusantara-Belanda. Melalui kenalannya, Berretty mengetahui jaringan telegrafi dunia dan korespondensi yang lebih cepat dibandingkan pesaingnya dengan informasi yang disampaikan.

Raja koran

sunting

Pada pertengahan tahun 1919, Berretty mengambil alih 2 perusahaan saingannya, sehingga menjadikan ANETA perusahaan monopoli berita di Hindia Belanda. Dengan surat-surat kabar Hindia Belanda, ia menandatangani kontrak untuk menjamin penyamnpaian berita telegraf dengan tarif tetap. Kemudian, ia menjaga berita di koran agar pemerintah kolonial tetap baik citranya dan ia memelihara hubungan baik dengan pemerintah. Hal itu membawa kesuksesan dan monopoli itu membawanya menjadi orang kaya. Ia populer dengan julukan "raja rumor dari Bandoeng". Ia memiliki kantor besar di Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng), Batavia.

 
Villa Isola, kediaman terakhir Berretty.

Karena jaringan komunikasi bertambah cepat dan banyak, ia kehilangan monopoli pada tahun 1920-an. Kemudian terjadi kecemburuan. Akibat kritikan yang terus mengalir, ia melancarkan tindakan perlawanan melalui De Zweep pada tahun 1920. Harian tersebut memuat "pesan memukul" dan harus mengirimkannya pula ke harian-harian lainnya, atau tidak akan menerima berita lagi. Setelah gagal, ia membeli harian tersebut, dan dijalankan sebagai D'Orient, mingguan bergambar yang agak lebih lunak. Monopoli informasinya menyebabkan diadakannya penyelidikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1930, dan menemukan adanya penyalahgunaan wewenang. Hal tersebut merusak citra Berretty.

Villa Isola

sunting

Pada bulan Oktober 1932-Maret 1933, ia membangun Villa Isola di Bandoeng, yang pada masa tersebut merupakan puncak modernitas. Bangunan tersebut dirancang oleh Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker, dan dana pembangunannya yang sebesar ƒ500.000 (setara Rp250.000.000.000,-) berasal dari Jepang, yang pada tahun-tahun tersebut mulai menunjukkan tendensi menjajah daerah-daerah sekitarnya dengan menjalin hubungan dengan Berretty melalui hubungan komunikasi antara Jawa-Jepang. Sumber lain dananya diduga berasal dari korupsi, mengingat ekonomi zaman itu yang tengah depresi.

Kematian

sunting

Berretty hanya bisa menikmati tempat tinggal barunya selama setahun. Dalam perjalanan pulang dari Amsterdam ke Batavia, ia tewas saat Douglas DC-2 Uiver dari KLM yang ditumpanginya jatuh di dekat perbatasan Suriah-Irak, tak jauh dari kilang minyak Ruthbah pada akhir tahun 1934. Ia dimakamkan di pemakaman Inggris di Baghdad.

Kehidupan pribadi

sunting

Berretty menikah 6 kali dan memiliki 3 orang anak. Pada tahun 1934, ia menjalin asmara dengan salah satu puteri Bonifacius Cornelis de Jonge, GubJend yang sedang berkuasa saat itu. Sayangnya, hubungan tersebut tidak direstui oleh sang ayah, yang memang tidak menyukai Berretty karena monopoli yang dijalankannya di ANETA.[butuh rujukan]

Daftar Referensi

sunting
  1. ^ a b Matanasi, Petrik. "DW Berretty: Legenda Sinyo Jawa Tampan yang Jadi Raja Media". tirto.id. Diakses tanggal 2020-01-22.