Pemahaman Kristiani

sunting

Doa Syafaat (Syafa'at) adalah salah satu karakter doa dan sering disebut di dalam kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Kadang jemaat sering menyebutnya sebagai 'mendoakan orang lain' termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.

Doa dan Komunikasi

sunting

Dalam komunikasi dibutuhkan dua pribadi yang saling berinteraksi, dengan tujuan menjalin sebuah relasi. Doa adalah komunikasi analog paling dasar yang dimiliki oleh manusia, jauh sebelum manusia bisa berkomunikasi dengan dunia disekitarnya. Doa adalah sebuah saluran langsung (direct line) antara individu dengan Tuhan. Untuk mengurangi 'noise' di dalam komunikasi, sebagaimana layaknya komunikasi modern pada peradaban manusia, maka doa pun membutuhkan sebuah keteduhan atau kontemplatif untuk mengurangi gangguan. Dan, sebagaimana komunikasi antar manusia yang memiliki tujuan dan objek pembicaraan (pesan), maka doa pun demikian. Syafa'at adalah salah satu bagian di antaranya.

Tinjauan Alkitabiah

sunting

Secara eksplisit, Alkitab mencatat perihal doa syafaat. Misalnya bahwa umat harus berdoa bagi semua yang berkuasa (1 Timotius 2:2), para hamba Tuhan (Filipi 1:19); gereja (Mazmur 122:6); teman-teman (Ayub 42:8); teman-teman sebangsa (Roma 10:1); orang-orang sakit (Yakobus 5:14); para musuh (Yeremia 29:7); mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44); mereka yang membuang kita (2 Timotius 4:16); dan semua orang (1 Timotius 2:1).[1].

Beberapa tokoh di dalam Perjanjian Lama juga menjadi Pendoa Syafaat: Abraham menjadi pendoa syafaat bagi Sodom dan Gomorah; Musa dibantu Harun dan Hur menjadi team pendoa syafaat yang menentukan kemenangan dalam peperangan bangsa Israel; Daniel menjadi pendoa syafaat bagi orang-orang Yahudi yang ada di dalam pembuangan di Babel; Nehemia menjadi pendoa syafaat bagi kota Yerusalem yang hancur; Ester menjadi pendoa syafaat bagi seluruh bangsa Yahudi di pembuangan, dan seterusnya.[2]

DOA Syafaat di dalam kehidupan bergereja juga TIDAK hanya dilakukan oleh Hamba Tuhan dalam hal ini pendeta atau pengurus gereja, melainkan seluruh umat Kristen.

Doa Syafaat Profetik

sunting

Doa syafaat profetik adalah doa syafaat yang berhubungan dengan nubuatan, suara Tuhan, untuk disampaikan kepada jemaat/orang lain dan atau untuk menjadi beban doa. Orang yang melakukan doa syafaat profetik, berdoa bukan saja atas pergumulan orang lain tetapi menerima beban doa di dalam dirinya dari Roh Kudus. Dia akan berhenti berdoa setelah Roh Kudus menyampaikan jawaban atau memberikan konfirmasi bahwa Surga telah mendengar dan/atau memberi respon.

Doa syafaat profetik adalah salah satu spesifikasi doa syafaat yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang percaya pada tingkat panggilan tertentu. Misalnya, panggilan untuk menjadi pendoa syafaat. Pesan Tuhan adalah ciri khas dari sebuah doa syafaat profetik atau selanjutnya kita sebut doa profetik. Petrus mengalami hal yang sama di dalam roh saat berdoa di loteng sebuah rumah di Yope. Pesan Tuhan jelas. Tuhan tidak menginginkan Petrus menyampaikan Injil secara eksklusif kepada bangsa Yahudi saja tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain.[3]

Referensi

sunting