Deklarasi Marhaenis

Deklarasi Marhaenis adalah sebuah deklarasi yang dicetuskan dalam pertemuan BPK PNI di Lembang, Bandung pada November 1964. Lucien Pahala Hutagaol (pengurus DPP PNI yang berasal dari GMNI) mempresentasikan rumusan Deklarasi Marhaenis, yang kemudian disetujui BPK PNI. Rumusan Deklarasi Marhaenis itu, antara lain, berbunyi:

Partai Nasional Indonesia/Front Marhaenis adalat alat bagi kaum Marhaen untuk memperdjuangkan dan merealisasikan tjita2ja jaitu: Kemerdekaan penuh, sosialisme, dan dunia baru. Didalam perdjuangan untuk merealisasikan tjita-tjitanya PNI/Front Marhaenis senantiasa mengintegrasikan perdjuanganja dengan garis dan kepemimpinan revolusioner Bung Karno/Bapak Marhaenisme/Pemimpin Besar Revolusi/Penjambung Lidah Rakyat. Oleh karena itu, setiap Marhaenis harus senantiasa membadjakan diri dan mendidik dirinja di dalam teori dan praktek perdjuangan rakjat untuk dapat mendjadi Marhaenis jang lebih baik lagi, sebagai murid2 jang terbaik dan terperdjaja dari Bapak Marhaenisme Bung Karno, jang sekaligus djuga adalah perasan NASAKOM.

………………………….. Tidak ada gerakan revolusioner, tanpa didasari oleh teori perdjuangan jang revolusioner. Marhaenisme adalah suatu faham perdjuangan jang revolusioner berdiri diatas sendi2nja massa aksi jang revolusioner dan menghendaki sjarat2 perdjuangan jang revolusioner…..

Kami jakin tanpa massa-actie jang revolusioner oleh massa Marhaen, tidak akan pernah ada transformasi sosial yang mencapai tingkat tertinggi di dalam masjarakat“

Deklarasi Marhaenis menegaskan bahwa: “PNI/Front Marhaenis adalah kongkretisasi ideologi Marhaenisme sebagaimana dirumuskan oleh Bung Karno sebagai pelopor perjuangan Marhaen.“

Salah satu hal penting yang termaktub dalam Deklarasi Marhaenis adalah menerima Marxisme sebagai sumber ideologi partai. Dengan itu, para pemimpin PNI untuk pertama-kalinya menciptakan kemungkinan untuk memberi bentuk ideologis yang lebih koheren bagi radikalisme sosial yang selalu tersebar di berbagai bagian partai. Penerimaan Marxisme memungkinkan penggunaan alat analisis sosial dengan tradisi yang panjang dan luas dibaliknya. Lebih dari itu, kenyataan Marhaenisme dirumuskan kembali semata-mata dalam istilah ini (“marhaenisme adalah marxisme yang diterapkan di Indonesia“) menandakan adanya maksud untuk sungguh-sungguh berupaya merombak partai dengan cara lain.

Retorika Deklarasi Marhaenis bukanlah sekedar tanggapan taktis terhadap iklim Demokrasi Terpimpin, melainkan merupakan tanda-tanda perubahan nyata sikap PNI terhadap isu-isu dasar yang berkembang saat itu. Pimpinan PNI mulai menatap kondisi-kondisi domestik serta kelompok yang dalam tingkah lakunya memberi peluang bagi imperialisme. Gerak politik PNI berhasil mengimbangi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan tokoh-tokoh Angkatan Darat dalam pentas politik nasional. Salah satu pembuktian itu adalah acara peringatan milad PNI, 4 Juli 1965, yang membuat Soekarno terkagum-kagum.[1]

Referensi

sunting