Dekadensi

kemerosotan yang dirasakan dalam standar, moral, martabat, keyakinan agama, atau keterampilan dalam memerintah

Secara umum kata dekadensi dapat diartikan sebagai "penurunan" atau "kemerosotan", dalam penggunaannya, kata dekadensi lebih sering merujuk pada segi-segi sosial seperti moral, ras, bangsa, agama, sikap dan seni. Istilah dekadensi muncul pada akhir abad ke-19 di Eropa, sebagai protes terhadap aliran neoklasikisme dan romantisisme. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial-politik masyarat pada masa itu yang melatarbelakangi munculnya istilah tersebut. Pada masa itu muncul suatu gerakan yang disebut Decadent Movement, yang dipimpin oleh Charles Baudelaire, J.K. Huysmans, Paul Verlaine, Arthur Rimbaud, Stéphane Mallarmé, dkk di Prancis.[1] Gerakan tersebut (Decadent Movement) mengkritik gaya hidup yang lebih mengutamakan emosi dan perasaan daripada kenyataan. Menurut mereka, hal semacam itu merupakan suatu kemunduran budaya.

Thomas Couture: Les Romains de la décadence, 1847

Ditinjau dari segi bahasa, kata dekadensi sendiri berasal dari bahasa latin abad pertengahan, (dēcadentia), yang kemudian diserap menjadi decadence, yang berarti "kemunduran" atau "kemerosotan" dalam bahasa inggris.

Referensi sunting

  1. ^ "Aestheticism, Decadence And Symbolism: Fin de Siècle Movements in Revolt". Journal of Literature, Culture and Media Studies. IV 7&8. 2012.  line feed character di |title= pada posisi 46 (bantuan)

Pranala luar sunting