Prabu Darmakusuma atau Sang Mokteng Winduraja adalah Maharaja Sunda Galuh yang memerintah tahun 1157 - 1175 M menantu Prabu Menakluhur. Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi (1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri Prabu Menakluhur (1155-1157), lantas oleh cucunya, Prabhu Darmakusuma (1157-1175). Dari Prabu Darmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabu Guru Darmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297).[1]

Prabu Guru Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu memiliki putra mahkota Rakeyan Jayadarma, dan berkedudukan di Pakuan. Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3, Rakeyan Jayadarma adalah menantu Mahisa Campaka di Jawa Timur, karena ia berjodoh dengan putrinya bernama Dyah Lembu Tal. Mahisa Campaka adalah anak dari Mahisa Wong Ateleng, yang merupakan anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes dari Kerajaan Singhasari.

Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal berputera Sang Nararya Sanggramawijaya, atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya yang dikatakan terlahir di Pakuan. Dengan kata lain, Raden Wijaya adalah turunan ke-4 dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Karena Jayadarma wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya, Raden Wijaya dan ibunya kembali ke Jawa Timur.

Referensi sunting

Pranala sunting

Didahului oleh:
Menakluhur
Raja Kerajaan Sunda Galuh
(11571175)
Diteruskan oleh:
Darmasiksa